Deg, wajah Amira langsung memerah. Sepertinya, apa yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Rere telah mengadu pada sang mama. Sekarang, sang mama langsung menyerang dirinya secara sepihak. Tanpa membiarkan dia bernapas dengan baik terlebih dahulu.
"M-- ma. Aku ... tidak ada hubungan apapun dengan mas Rohan. Mama percaya deh sama aku." Sebisa mungkin, Amira berusaha untuk mengelak dengan tenang. Meskipun pada dasarnya, saat ini ia sangat amat gugup. Karena apa yang sudah ia sembunyikan cukup lama, akhirnya terbongkar juga.
"Kenapa sih, mama bisa tiba-tiba membicarakan hal yang tidak masuk akan seperti ini, Ma? Mana mungkin aku menjalin hubungan dengan mas Rohan. Dia itukan ... suami Rere."
Ucapan Amira membuat mama Rere mengukir senyum seringai yang terlihat sangat menakutkan. Amira pun kini semakin dibuat gugup akibat senyum seringai itu.
"Ternyata, kamu bodoh, Amira. Sama seperti mama mu yang tidak punya malu itu."
Sontak, saat mama Rere membawa-bawa nama mamanya, Amira langsung naik emosi. Dia yang awalnya duduk, sekarang langsung berdiri dengan dada yang bergemuruh.
"Jaga ucapan mama! Jangan pernah bawa-bawa nama mamaku dalam kesalahan yang telah aku perbuat. Karena mamaku tidak tahu apa-apa soal apa yang aku lakukan, Ma!"
Bergetar suara Amira ketika mengatakan kata-kata barusan. Tapi sepertinya, mama Rere tidak merasa gentar sedikitpun. Jangankan merasa takut, merasa tidak nyaman saja tidak.
"Mama mu tidak tahu? Ya, tentu saja dia tidak tahu. Karena saat ini, dia sudah tidak ada lagi di dunia ini. Jika ia ada, tentu saja dia tahu, Amira. Dan, satu hal yang pasti, dia pasti akan membela kamu atas apa yang telah kamu lakukan. Karena kalian sama saja. Sama-sama busuk."
"Mama!" Semakin bergemuruh darah Amira. Tangannya sampai bergetar sekarang karena terlalu kesal dengan apa yang mama tirinya katakan. "Sudah aku katakan, jangan bawa-bawa mamaku, Mah! Apa yang aku lakukan, itu tidak ada hubungannya dengan mamaku!"
Nada tinggi yang Amira ucapkan membuat mama Rere semakin tidak bisa mengontrol emosi. Dia yang awalnya terlihat sangat tenang, meski pada dasarnya, sang mama ini hanya berusaha menahan diri saja sebelumnya. Tapi sekarang, hal itu tidak bisa ia lakukan lagi. Dan ... plak! Sebuah tamparan mendarat dengan sangat mulus ke pipi kiri Amira. Yang membuat wajah Amira langsung berpaling karena kerasnya tamparan itu.
"Berani sekali kamu bicara dengan nada tinggi padaku, Amira! Kau itu hanya anak har_ am yang aku tampung karena rasa kasihan. Tapi apa balasannya yang aku dapatkan, hm? Kau tak ubah anj_ ing yang tidak tahu balas budi. Setelah di tolong, kau malah mengigit orang yang sudah menolong mu."
Mata Amira membulat akibat ucapan kasar mama tirinya. Dengan satu tangan memegang pipi, Amira menatap tajam ke arah sang mama tiri. Tapi sayangnya, tidak ada kata yang bisa ia ucap untuk melepaskan semua amarah yang ada dalam hatinya saat ini. Karena nyali yang Amira punya terlalu kecil sekarang.
Sementara Amira tetap diam dengan kemarahan yang tidak bisa ia tumpahkan, mama Rere semakin bersemangat untuk memarahi Amira sekarang. Ia kembali mengatakan apa yang ingin ia katakan tanpa berpikir, jika Amira mungkin akan sangat sedih.
"Sejujurnya aku sangat menyesal karena telah merawat kamu dulu, Amira. Jika saja aku tahu kalau kamu sama persis seperti mamamu, maka aku tidak akan menerima kamu."
"Aku yang salah, karena terlalu berbaik hati dan berpikir, jika anak dari seorang pelakor tidak akan sama seperti ibunya. Tapi kenyataannya, buah memang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Kamu sama persis seperti mamamu. Mengambil apa yang orang lain miliki tanpa tahu malu."
"Kenapa mama menuduh aku seperti itu, Ma! Kenapa mama lagi-lagi menyalahkan mamaku, hah? Apa orang yang saling mencintai harus di benci?"
Akhirnya, perlawanan dengan kata-kata Amira lakukan juga. Dia sungguh tidak sabar lagi setelah semua ucapan kasar yang mama tirinya lontarkan.
"Heh ... kamu pikir aku tidak tahu apa yang telah terjadi, Amira? Kamu telah menggoda Rohan agar mau sama kamu. Iya 'kan?"
Lagi-lagi Amira merasa sangat tersakiti setelah apa yang mama tirinya katakan. Dengan air mata yang jatuh perlahan, Amira menatap tajam sang mama tiri.
"Aku tidak pernah menggoda mas Rohan, Ma."
"Tapi kalian punya hubungan, Amira!" Sebuah bentakan keras terdengar menggelegar memenuhi kamar tersebut.
Amira yang ada di hadapan mama tirinya saat ini, bukannya takut, tapi dia malah tersenyum penuh dengan kemenangan. Air mata yang jatuh pun ia seka dengan pelan.
"He ... aku akui jika kami memang punya hubungan, Ma. Kami saling mencintai. Kenapa? Apa itu salah?" Dengan nada penuh menantang, Amira mengatakan kata-kata itu dengan senyum kecil di bibirnya.
Tentu saja mama Rere sangat marah karena pengakuan Amira barusan. Dia langsung ingin menampar Amira lagi. Tapi kali ini, Amira sepertinya tidak akan membiarkan hal itu terulang lagi. Karena dengan sigap, dia menahan tangan mama tirinya yang ingin memberikan ia tamparan untuk yang kedua kalinya.
"Dasar anak tidak tahu diri kamu, Amira! Lepaskan tanganku sekarang juga!"
"Aku akan lepaskan, Ma. Tapi jangan pernah berniat untuk menyentuh aku untuk yang kedua kalinya. Karena aku tidak akan membiarkan mama melakukan hal itu."
"Anak kurang ajar kamu, Amira! Tidak tahu balas budi setelah aku besarkan, kamu malah membuat hidup anakku menderita. Aku tidak mau tau, kamu harus menjauh dari Rohan bagaimanapun caranya."
"Tidak akan!" Amira menjawab dengan nada tinggi yang membuat mata mama Rere membelalak.
"Aku tidak akan menjauhi mas Rohan. Karena aku dan dia saling mencintai."
Mama Rere yang semakin tersulut emosi karena perlawan dari anak tirinya itu langsung menjambak rambut Amira dengan keras. Gerakan yang sangat cepat membuat Amira tidak bisa menghindar. Amira pun langsung meringis karena kesakitan akibat Jambak kan dari sang mama tiri.
"Lepaskan aku, mama jahat! Kamu adalah orang tua yang kejam. Aku juga berhak bahagia dengan hidupku sendiri. Sudah cukup aku mengalah dengan anakmu selama ini."
"Harusnya aku dulu benar-benar membuang mu di panti asuhan agar tidak ada hari ini, Amira. Aku terlalu lemah karena kasihan pada seorang anak kecil yang tidak berdosa. Tapi sayangnya, anak kecil yang terlihat polos itu tak lain adalah bina_ tang yang tidak tahu balas budi."
"Lepaskan aku!" Amira berteriak keras sambil berusaha melepaskan diri dari mama Rere.
Dorong mendorong pun terjadi saat ini. Hingga pada akhirnya, tangan Amira tanpa sadar meraih sesuatu. Dan itu adalah gucci batu yang cukup besar.
Amira pun tanpa pikir panjang langsung mengangkat gucci itu. Lalu, ia pukul gucci tersebut ke kepala mama Rere. Alhasil, cengkraman tangan mama Rere perlahan melonggar bersamaan dengan mengalirnya darah segar dari kepala sang mama yang terbentur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Endang Priya
ngapain Rere mempertahankan Rohan. kalo nyata" Amira dan Rohan SDH lebih dulu memiliki hubungan.
2023-10-29
2
novi 99
orang kaya jangan bilang gak ada pembantu ataupun pasang CCTV.
keamanan jg pasti ada kan
2023-10-14
1
Yuen
Mama rere hilang ingatan kemudian ambyar seperti yg sudah2 tokoh utama sllu menderita.tamat haha
2023-10-02
0