'9

"Mas Rohan. Kamu kenapa sih?"

Sebuah suara yang datang dari belakang Rohan membuat ia tersadar akan apa yang saat ini ia pikirkan. Rohan pun menoleh.

"Kamu kok nggak jawab panggilan dari aku sih, Mas? Aku kan jadi cemas gara-gara kamu yang pergi lama, nggak kembali juga."

"Amira."

"Ah! Maaf, Mi. Aku .... "

Rohan dan Amira pun berbincang. Rere yang saat ini berada tak jauh dari mereka, melihat dengan tatapan kesal.

'Tuhan ... apakah mereka selalu seperti ini selama aku tidak ada? Apakah hal ini sudah biasa di kantor sampai tidak ada satu karyawan pun yang peduli lagi dengan kedekatan mereka?'

'Rasanya sakit, meskipun aku tidak ingin mengakuinya. Mereka bisa selalu bersama baik di dalam maupun di luar ruangan. Mereka sangat bebas ternyata. Tanpa memikirkan perasaanku yang terluka jika melihat kedekatan mereka.'

Wajah sedih Rere mampu Dani lihat dengan sangat baik. Dia pun langsung berniat untuk menghibur Rere.

"Kak Rere, tahu nggak? Dulu, aku punya peliharaan yang nakal ... banget. Terus, aku abaikan saja. Hingga pada suatu hari, karena sering aku abaikan, aku jadi lupa dengan keberadaannya. Saat dia benar-benar tidak ada dalam hidupku, maka aku tidak merasakan kehilangan sama sekali."

Rere pun langsung menoleh ke arah Dani.

"Kamu ini yah." Hanya itu yang Rere katakan sambil menggelengkan kepalanya.

Dani pun langsung mengukir senyum canggung sambil menggaruk kan kepalanya yang tidak gatal. "Ya ... maaf, kak Rere. Cuma ingin curhat aja aku tuh."

"Tau ah! Aku masuk dulu. Ingat buat jemput aku sore nanti yah."

"Siap, kak Rere." Dani berucap sambil meletakkan tangannya ke samping kepala. Layaknya, seseorang yang sedang memberi hormat.

Rere pun tersenyum mengingat apa yang Dani katakan barusan. Perlahan, benaknya membenarkan apa yang Dani katakan.

'Mungkin, apa yang Dani katakan itu ada benarnya. Hanya butuh waktu agar terbiasa dengan sesuatu yang baru. Lalu, dengan berjalannya waktu, maka semua juga akan berubah. Hah! Biarkan waktu yang membawa semua rasa ini. Karena aku yakin, hati yang sangat mencintai ini juga akan mampu berubah seiring berjalannya waktu.'

'Selama ini, aku sudah melakukan banyak hal untuk cintaku. Tapi apa yang aku dapatkan? Semua usaha yang aku lakukan, tidak ada satu pun yang berhasil. Malah sebaliknya. Pengkhianatan yang aku dapatkan.' Rere kembali bicara dalam hati.

Rere pun langsung melangkah dengan elegan melewati Rohan dan Amira yang saat ini sedang berbincang. Entah soal apa yang sedang mereka bahas sampai tiba-tiba melupakan keberadaan Rere yang sejak tadi sudah Rohan lihat.

"Rere, tunggu!"

Seketika, ucapan itu membuat Rere yang sudah berhasil melewati Rohan pun harus menghentikan langkah kakinya. Dengan malas, Rere pun membalik tubuhnya untuk melihat si pemanggil yang baru saja menghalangi langkah kakinya untuk masuk ke dalam.

"Ada apa, Amira? Apa lagi yang ingin kamu bicarakan sekarang, hm?" Dengan malas, Rere berucap sambil memutar pelan bola matanya.

"Kamu kenapa sih, Re? Ada yang salah, langsung ngomong aja. Nggak perlu bersikap kek anak-anak begini. Gak enak dipandang orang lain, tahu gak?"

Rere langsung menyunggingkan senyum kesal.

"Apa pedulinya orang lain dengan kita, hah? Aku rasa, tidak ada yang peduli tuh."

"Kalau pun ada, sudah pasti mereka .... "

'Tidak, Re. Jangan katakan hal itu sekarang. Jika kamu lepaskan uneg-uneg yang ada dalam hatimu saat ini, maka jalan kamu untuk menghukum mereka pasti akan langsung tertutup. Karena suamimu mungkin akan langsung mengakhiri hubungan kalian jika sampai ia tahu, dirimu sudah tahu akan rahasia mereka selama ini.'

'Ya Tuhan ... sampai detik inipun, aku masih berpikir untuk bertahan karena cinta. Memang, cinta dari sebelah pihak ini adalah hal terumit dan yang paling menyiksa buat aku.'

"Mereka apa, Re? Katakan saja langsung! Tidak perlu kamu tahan-tahan apa yang ingin kamu katakan saat ini. Biar semua jelas."

"Heh ... tidak ada. Tidak ada yang ingin aku katakan." Rere berucap sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Sudah waktunya masuk ke ruangan. Jam kerja sudah tiba."

Setelah selesai berucap, Rere ingin langsung meninggalkan Amira juga Rohan. Tapi Amira tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Karena dia yang tahu jika Rere ingin meninggalkan mereka hanya untuk menghindar, sebab itu dia langsung menahannya.

"Kenapa harus menghindar lagi, Re? Kita ini kenal sudah sangat lama. Aku cukup tahu bagaimana sifat kamu selama ini."

"Jika kamu tahu, kenapa kamu masih harus menanyakan ada apa dengan aku, Amira! Cukup kamu pahami, lalu mengerti, bukan? Tanpa harus menanyakan semuanya. Buang-buang waktu."

"Rere, cukup! Jangan lanjutkan lagi perdebatan ini. Kamu gak lihat ada banyak mata yang saat ini melihat ke arahmu." Rohan yang terdiam sejak tadi malah sekarang angkat bicara.

Ucapan Rohan yang masih sama seperti sebelumnya membuat Rere semakin kesal. Tak ia hiraukan ada banyak mata karyawan yang saat ini sedang melihat ke arah mereka. Mana perdebatan itu mereka lakukan di depan pintu masuk lagi. Tentu saja hampir semua karyawan ada di sana.

"Heh! Selalu aku yang salah, bukan Mas Rohan?" Rere berucap dengan senyum seringai, di tambah dengan tatapan tajam bak singa yang ingin menerkam mangsanya.

"Itu kuping sudah tidak berfungsi lagi ya? Sampai tidak bisa mendengar dengan baik apa yang baru saja terjadi. Heran deh," ucap Rere.

Setelah kata-kata itu Rere ucapkan. Tanpa menunggu lama lagi, ia pun langsung meninggalkan Rohan dan Amira secepatnya.

Dengan beranjak nya Rere, maka kerumunan yang tercipta pun ikut bubar. Para karyawan itu membubarkan diri dengan sendirinya secepat langkah Rere berjalan melewati pintu masuk dari kantor tersebut.

Berbeda dengan kerumunan yang langsung bubar setelah kepergian Rere, gosip tentang hubungan Rere dengan Rohan dan juga Amira langsung memanas. Layaknya ranting yang dimakan oleh api, seperti itulah gosip itu berjalan.

Sementara itu, Rohan dan Amira malah mematung di tempat mereka sebelumnya. Apa yang baru saja terjadi menambah rasa was-was dalam hati mereka. Membuat perasaan mereka berdua menjadi tak karuan.

"Mas. Rere semakin menjadi-jadi sekarang. Aku sungguh sangat pusing saat ini. Apa sih yang sudah terjadi dengannya. Kenapa dia berubah dalam waktu sangat singkat?"

"Mira, tenang. Kamu tidak perlu memikirkan perubahan Rere. Biar aku yang mencari tahu semuanya nanti yah."

"Mm ... sekarang, kamu bisa istirahat jika kamu merasa tidak enak hati."

"Tidak bisa, Mas. Jika aku istirahat, Rere mungkin akan semakin marah padaku. Karena aku lihat, dia sekarang sedang sangat benci aku, Mas."

"Sudah aku katakan, Mir. Jangan hiraukan Rere untuk saat ini. Karena aku yakin, dia hanya sedang ngambek untuk sesaat saja. Nanti aku cari tahu apa yang ia inginkan. Mungkin saja ada hal yang dia mau. Rere kan perempuan manja yang suka bertindak semaunya jika apa yang ia inginkan tidak terpenuhi."

"Dan lagi, Rere itu sangat suka jika aku berikan hadiah. Jadi, nanti aku akan baik-baikan dia supaya ngambeknya hilang. Kamu tenang saja yah."

Terpopuler

Comments

Siti Masitah

Siti Masitah

mira..buah jatuh tidak jauh dari pohonnya...gk tau diri

2024-07-18

0

Yuen

Yuen

si miskin dan anak pelakor gak tau diri, si bodoh rere jg mau2nya pertahanin lelaki tukang selingkuh isshhhh

2023-10-02

2

Jumaeda

Jumaeda

koq si Amira ma si Rohan ga sadar diri klo mereka itu sudah selingkuh, masih mutar aja, kayaa oon gitu ga memahami ucapan Rere..

2023-10-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!