"Mbak Rere, uh ... akhirnya kembali lagi."
"Iyah. Selamat datang kembali, mbak. Semoga aja nggak akan pergi lagi."
Begitulah sambutan yang para karyawan berikan untuk Rere. Sementara itu, Amira yang baru datang langsung tertegun karena kaget dengan apa yang matanya lihat saat ini.
Perlahan tapi pasti, langkah Amira semakin mendekat ke arah kerumunan yang saat ini sedang menyambut kedatangan Rere. Di belakang Amira, Rohan sedang berdiri mematung karena sedang tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
"Rere." Amira berucap pelan.
Rere pun langsung menoleh untuk melihat orang yang sudah memanggil namanya.
"Ya." Jawaban singkat itu Rere berikan sambil mengukir senyum kecil. Tapi, itu hanya sesaat. Karena detik berikutnya, dia langsung mengabaikan Amira dengan sibuk mengajak karyawannya bicara.
Sikap Rere barusan membuat Amira sangat amat terkejut. Awalnya, dia pikir kalau apa yang Rohan katakan padanya itu hanya berlaku untuk Rohan saja. Tapi sepertinya, Rere memang sangat jauh berubah sekarang.
Beberapa menit berlalu, akhirnya kerumunan itupun usai. Rere dengan langkah elegan langsung meninggalkan Amira yang saat ini masih mematung di tempat sebelumnya.
Rohan yang melihat hal itu, langsung mendekati Amira. "Dia aneh, bukan?"
Ucapan Rohan menyadarkan Amira seketika. Amira pun langsung menoleh. "Apa yang terjadi sebenarnya? Aku bahkan tidak pernah melihat Rere seperti ini sejak kecil, mas."
"Entahlah. Aku juga tidak mengerti kenapa dia bisa jadi seperti ini. Yang jelas, sesuatu telah mengubah Rere dalam dalam waktu yang sangat singkat."
"Ah! Tapi kamu tenang aja. Rere pasti berubah hanya untuk sementara waktu saja. Aku yakin jika ia akan kembali ke sifat awalnya dalam waktu dekat. Dia itukan anak manja yang tidak akan pernah bisa lepas dari sifat manjanya," ucap Rohan lagi dengan penuh keyakinan.
Sementara itu pula, Rere yang saat ini sedang menuju ke ruangannya sambil berpikir akan wajah Amira yang sebelumnya terlihat sangat bingung. Terus berjalan dengan pikiran yang berkeliaran jauh.
'Sejujurnya, hati ini sangat sakit saat melihat wajahmu, Amira. Karena kamu adalah orang yang suamiku cintai dengan sepenuh hati. Tapi, aku juga tidak bisa menyalahkan mu atas apa yang sedang terjadi. Cinta memang rumit dan susah untuk dijelaskan.'
'Tapi tetap saja, aku merasa sangat sakit ketika melihat wajahmu. Kenapa harus kamu, Amira? Kenapa? Apa tidak ada perempuan lain yang bisa muncul sebagai pengganti kamu? Karena kamu adalah orang terdekatku. Orang yang paling aku percayai. Hal itulah yang membuat hati ini merasa semakin sakit, Amira. Sakit sekali.'
Rere pun langsung menduduki kursinya. Kursi yang sudah lama ia biarkan kosong sejak ia menikah dengan Rohan.
Sebelumnya, Rere adalah pimpinan utama di kantor ini. Perusahaan tempat dia bekerja adalah perusahaan keluarga mamanya. Karena itu, sang mama mempercayakan perusahaan itu ke tangan Rere.
Tepatnya, setelah papa Rere berselingkuh dengan mama Amira. Saat itulah, mama Rere tidak pernah mengizinkan suaminya masuk ke perusahaan lagi.
Meskipun saat ini hubungan keluarga mereka sudah membaik. Tapi tetap saja, perusahaan keluarga yang diwariskan untuk mama Rere itu, tidak ia biarkan sang suami menguasai.
Sementara itu, Rohan dan Amira juga bekerja di perusahaan tersebut atas permintaan Rere. Rohan adalah anak dari teman papa Rere yang hidup sangat sederhana. Biaya sekolah Rohan sebelumnya, papa Rere yang membiayai karena kedua keluarga dekat.
Tidak hanya itu saja, banyak bantuan yang keluarga Rere berikan untuk keluarga Rohan. Mungkin karena alasan itulah, pernikahan Rere dan Rohan terjadi. Meskipun Rohan tidak mencintai Rere, tapi karena apa yang sudah ia dan keluarganya terima, tidak memungkinkan untuk dia menolak keinginan dari anak orang yang sudah berjasa dalam hidupnya.
Sementara itu, di kantor, Rohan, Amira, dan Rere bekerja di satu ruangan yang sama. Itu karena Rere adalah atasan mereka. Sedangkan Amira adalah asistennya. Sementara Rohan, dia juga punya peran penting dalam perusahaan. Karena itu, mereka bekerja di dalam satu ruangan saja.
Posisi Rere sudah kosong karena dia jarang datang ke kantor setelah pernikahannya dengan Rohan. Sebagai gantinya, tangung jawab sebagai ketua, Rohan yang memikul.
"Re, kamu yakin ingin kembali bekerja?" tanya Amira setelah mereka terdiam selama beberapa saat.
Rere yang awalnya menyibukkan diri dengan laptop setelah Rohan dan Amira masuk ke ruangan, kini langsung menghentikan kesibukkan nya. Dia pun langsung menoleh ke arah Amira dengan tatapan tajam.
"Ya, kenapa? Apakah kamu merasa cuti panjang yang aku ambil selama ini masih belum cukup, Amira?"
"Ah, bu-- bukan gitu, Re. Aku hanya .... "
"Hanya tidak setuju aku kembali? Karena jika aku tidak kembali, kalian bisa berduaan di sini. Berduaan tanpa ada pimpinan kalian yang mengawasi sehingga kalian bisa berbuat apa saja yang kalian sukai."
"Rere! Ngomong apa sih kamu, ha? Jangan bicara sembarangan." Tanpa sadar, Rohan malah langsung menjawab apa yang Rere katakan dengan nada tinggi.
Tentu saja hal itu langsung mengalihkan perhatian Rere dan Amira secara bersamaan. Jika biasanya Rere akan memperlihatkan wajah sedih, sekarang dia hanya memperlihatkan wajah kaget sesaat. Karena dengan cepat, Rere langsung mengubah perasaan itu dengan tatapan tajam yang menusuk.
'Heh! Akhirnya, kaisar bedebah sialan muncul juga untuk membela selirnya yang tercinta. Sungguh sangat menyentuh hati.' Rere berucap dalam hati.
Dia menertawakan dirinya sendiri. Karena selama ini, dia sungguh sangat bodoh. Bisa-bisanya berusaha keras untuk mendapatkan cinta dari suami yang sama sekali tidak menginginkannya.
Sementara itu, Rohan yang sadar dengan apa yang baru saja ia lakukan, langsung mengubah ekspresi wajahnya. Dengan wajah bersalah, dia langsung bangun dari tempat duduk. Lalu, berjalan menghampiri Rere.
"Re, maafkan aku. Aku tidak bermaksud bicara dengan nada tinggi seperti barusan. Habisnya, kamu bicara sedikit kelewatan. Amira kan hanya bertanya. Tapi jawabanmu malah terlihat seperti orang yang sedang ingin bertengkar saja. Apa salahnya menjawab dengan jawaban yang lemah lembut."
Ingin sekali rasanya Rere melempar semua yang ada di atas meja ke wajah Rohan. Agar pria itu langsung kelabakan akibat ketiban sesuatu. Dan, bisa langsung sadarkan diri atas apa yang baru saja ia katakan.
Tapi sayangnya, itu tidak bisa Rere lakukan. Mengingat, Rohan adalah suaminya. Meskipun Rohan mungkin tidak menganggap ia sebagai seorang istri, tapi tetap saja, ada dosa yang akan ia tanggung. Dan lagi, tidak ada gunanya juga ia marah-marah tak jelas di depan dua pengkhianat yang sudah menusuknya dari belakang. Karena itu sama saja dengan meruntuhkan harga diri yang Rere miliki.
'Tenanglah, Re! Tidak perlu kamu masukkan ke hati apa yang saat ini terjadi. Karena kenyataannya, dalam hati dia emang gak pernah ada kamu sedikitpun. Karena itu, berdamai lah dengan keadaan sekarang,' kata Rere berusaha terus menguatkan hati.
Meskipun pada dasarnya, dia tidak pernah bisa menjadi kuat di depan Rohan. Pria yang sangat ia cintai dengan sepenuh hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
May Keisya
org2 yg tidak tau diri
2024-07-17
0
Yuen
kismin aja belagu kukira dy yg kaya,dasar laki kere
2023-10-02
2
Jumaeda
Lanjutkan Thor, buat Rere kuat, berani dan tegas, agar pengkhianat dan pelakor mati gaya
2023-09-30
0