Pembelaan Raditya

"Selamat pagi, Ndan. Selamat pagi rekan-rekan," sapa Raditya saat sampai kantornya.

"Pagi. Tumben, Pak Radit jam segini baru datang," ujar Bripda Andika.

"Biasa …, ada gangguan hati, sedikit." Raditya meringis lalu duduk di tempatnya.

Hari ini adalah jadwal Raditya mengajar siswa-siswa baru. Dia menyiapkan materi dengan penuh semangat karena dia sudah mengetahui tempat bekerjanya Caca. Itu artinya, dia bisa menjemput ataupun mengawasi Caca sewaktu-waktu yang dia inginkan.

***

Lain halnya dengan Caca, di tempat kerjanya. Dia sedikit murung karena ada beberapa pekerjaan yang belum selesai dan ada beberapa pekerjaan pula yang salah, sehingga dia harus merevisi semuanya. Karena Caca adalah tipe orang yang kurang sabaran, jika harus menunggu revisi dari karyawannya yang tidak seberapa serius dalam mengerjakan tugas.

"Itu semuanya salah, Ca?" tanya Lita–teman semasa SMK nya dulu yang kini menjadi asistennya.

"Iya. Kalau ada di meja ini ya berarti salah atau belum kelar. Masih pakai nanya segala," jawab Caca dengan ketus.

Lita memilih diam dan kembali ke tempat duduknya– mengerjakan tugasnya yang belum selesai, agar lekas selesai dan tidak membuat Caca marah-marah lagi. Caca memang orangnya sangat tidak suka dengan orang yang malas bertanya ketika belum paham dan orang yang suka meremehkan pekerjaan.

Sebab itu pula lah, banyak karyawan yang harus dikeluarkan dari studio nya karena dianggap menghambat proses pekerjaan, termasuk proses produksi barang milik klien.

Gret .. grett. Ponsel milik Caca bergetar. Pertanda ada pesan masuk pada WA nya. Dia segera mengangkat ponselnya dan membaca pesan itu. Tiba-tiba saja alisnya berkerut, saat melihat ternyata pesan itu adalah dari Haikal yang menuduhnya membajak akun sosial media milik Haikal. Caca menghela nafas kasar, sembari mendecih kesal, lalu meletakkan kembali ponselnya ke meja dengan sedikit membantingnya.

"Kamu kenapa sih, Ca. Marah-marah mulu daritadi, aku perhatikan. Gimana mau selesai dengan baik pekerjaanmu kalau kamu marah-marah terus? yang ada nanti makin salah," ucap Lita yang ternyata memperhatikan gerak-gerik Caca.

"Gimana mau gak marah kalau aku tiba-tiba dituduh membajak akunnya si Haikal. Ngapain coba, aku bajak akunnya orang. Akunnya dia aja aku blokir. Aku juga gak mau tahu sama urusan hidupnya dia," sahut Caca.

"Alah …, itu mah alasannya aja, biar bisa ngobrol sama kamu. Udah lah, nggak usah ditanggepin." Lita berdiri mendekati Caca, sembari memberikan satu batang coklat kesukaan Caca yang bisa mengembalikan mood nya.

Caca tersenyum dan berterima kasih kepada Lita, lalu kembali bekerja.

Saat jam istirahat tiba, ponsel milik Caca berbunyi kembali. Ada pesan masuk dari Raditya. Caca terkejut karena ternyata Raditya sudah berada di depan tempat kerjanya. Dia mengajak Caca untuk makan siang bersamanya, di sebuah kafe dekat dengan tempat kerjanya.

Gadis pecinta warna merah jambu itu pun segera keluar dari ruangannya–menuju ke halaman studio untuk melihat apakah benar Raditya ada di depan. Caca semakin terkejut karena ternyata Raditya benar-benar ada di studio nya. Dia saat ini sedang berdiri tepat di depan gerbang studio milik caca.

Caca berlari menuju ke pintu gerbang, sembari menyapa satpam yang sedang bertugas di dekat pintu gerbang tersebut.

"Radit! Kamu kok bisa tahu tempatku?" tanya Caca.

"Ya tahu lah ... 'kan saya punya indera keenam. Jadi saya bisa tahu tempat pekerjaan kamu di mana," ujarnya penuh kepalsuan.

"Sudah lah ..., itu nggak penting. Sekarang yang penting adalah, temani saya makan siang di kafe sebelah. Oke," ujar Raditya.

"Gak, ah. Aku males keluar kemana-mana. Lagian disini udah ada yang masak sendiri, kok. Kalau kamu mau makan disini, ayo. Tapi kalau keluar, aku males. maaf ya," jawab Caca.

Saat itu raut wajah Raditya yang semula sangat semangat dan bahagia, kini menjadi sendu dan kecewa karena ajakannya ditolak oleh Caca. Padahal saat di kantor tadi, dia sudah berekspektasi tinggi bahwa hari ini bisa makan siang bersama Caca.

"Oh, begitu. Ya sudah nggak papa. Tapi maaf ya, saya sungkan kalau harus makan disini. Apalagi masak sendiri. Saya balik ke kantor saja, deh. Mungkin kapan-kapan kamu bisa makan bersama saya," ujarnya.

Raditya kemudian memilih berpamitan untuk kembali ke kantor. Tapi langkahnya terhenti karena Caca berubah pikiran. Gadis itu merasa kasihan dengan Raditya yang sudah jauh-jauh datang ke tempat kerjanya hanya untuk makan bersamanya. Sehingga dia memutuskan untuk menerima tawaran Raditya, demi membuat Raditya bahagia.

Mereka akhirnya berangkat berdua menuju ke kafe dekat dengan tempat kerja Caca yang jarak tempuhnya kurang lebih hanya butuh waktu 8 menit saja dengan menggunakan motor. Selama perjalanan, Raditya berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Caca karena sudah mau menemaninya makan siang.

***

Tiba di kafe, tidak sengaja Caca melihat kekasih barunya Haikal. Dia sempat mendecih dan ingin mengajak Raditya mencari tempat lain. Akan tetapi dia tidak enak dengan Raditya. Sehingga membuatnya terpaksa diam dan menutupi kekesalannya.

"Kamu mau pesan apa, Ca?" tanya Raditya.

"Sama kayak kamu aja, deh." Caca tersenyum tipis memandang Raditya yang saat ini sedang berada di depannya.

"Yakin, mau sama? Saya mau pesan nasi ayam sambal, Ca. Yakin, mau sama?" tanya Raditya.

"Iya, aku yakin. Sama aja biar mudah, mbak nya nanti." Caca menjawab pertanyaan Raditya sembari memandang kekasihnya Haikal yang sedang makan bersama temannya di ujung timur.

Raditya juga turut memperhatikan pandangan Caca–menyebabkan dirinya bertanda tanya dalam hatinya tentang 'ada apakah sebenarnya dengan caca dan wanita di pojok timur.' Raditya sangat ingin menanyakannya kepada Caca, tapi dia takut gadis itu akan marah.

Mengingat Caca adalah tipe orang yang mudah tersinggung, apalagi yang bertanya adalah seorang pria. Raditya masih sangat ingat kalau Caca membenci seorang pria.

"Dit," panggil Caca.

"Aku boleh minta tolong sama kamu, gak?" Caca mengajukan pertanyaan ke Raditya dengan suara yang lirih.

"Hem, minta tolong apa?" tanya Raditya.

Namun Caca tiba-tiba terdiam hingga beberapa saat, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk membatalkan permintaan tolongnya ke Raditya, karena dirinya merasa sungkan dan malu jika harus meminta tolong Raditya untuk menjadi pacar pura-puranya, dihadapan Haikal, pacar barunya dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka.

"Permisi, ini pesanannya ya …" kata pelayan cafe.

Caca dan raditya tersenyum, "Terima kasih ya …"

Saat ini Caca dan Raditya tengah asyik menikmati makan siangnya yang mereka pesan. Tiba-tiba kekasih barunya Haikal muncul dihadapan Caca dan mencaci maki Caca di hadapan Raditya. Tidak hanya mencaci maki, tapi dia juga merendahkan Caca.

"Belum puas, morotin duit calon mertuaku? Apa mau hancurin rumah tangga mereka juga? emang ya, cewek kampung gak punya malu. Udah pacaran sama om om, sekarang mau morotin cowok muda!" ucapnya dengan nada tinggi dan suara keras.

Hal tersebut membuat Raditya terkejut dan merasa kebingungan karena dia tidak mengenal sosok gadis yang ada di sampingnya saat ini dan Caca juga tidak pernah menceritakan tentang siapapun yang sedang bermasalah dengannya.

"Heh! Jaga mulutmu! Harusnya kamu ngaca dulu dong, siapa yang ganjen dan hobi ngrebut laki orang!" bentak Caca.

"Aku tiap hari ngaca kok, Say. Aku baik-baik aja dan makin cantik, banyak yang antri juga. Emang nya situ, kagak laku-laku ..." Dia tertawa meledek Caca.

"Belum puas merusak rumah tangga orang, lalu sekarang pakai acara bajak akun segala. Emangnya ada masalah apa sih, kamu sama Haikal, hah? sepertinya kamu dendam banget, ya …" ujarnya lagi.

"Maksud kamu apa, ngatain aku merusak hubungan orang, rumah tangga orang. Memangnya rumah tangga siapa yang aku rusak?" tanya Caca.

"Dan satu hal lagi yang perlu kamu tahu. Aku gak pernah yang namanya ngebajak akun siapapun, apalagi akunya Haikal," jawab Caca.

"Halo! pakai acara nggak ngaku segala. Oh iya ya, aku lupa. Mana ada maling ngaku. Kalau maling ngaku, penjara full dong. Makanya buruan cari cowok dong, biar nggak gagal move on sama mantan. Atau mungkin emang kamu lagi nggak laku ya? Ups, keceplosan deh." Wanita itu tertawa terbahak-bahak dengan sangat percaya diri dan tanpa merasa malu.

Setelah itu ada suatu kejadian yang sangat mengejutkan, dari Raditya. Dia tiba-tiba mengaku sebagai kekasihnya Caca. Dia menegaskan kepada wanita itu bahwa Caca sudah memiliki dia dan bahagia bersamanya.

"Kata siapa nggak laku? Caca ini calon istri saya. Tahun depan kita akan menikah. Dia juga nggak pernah memikirkan Haikal, karena dia sudah memiliki saya dan bahagia bersama saya." Perkataan Raditya itu membuat kedua gadis yang sedang bermusuhan, diam–tercengang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!