Hai Cinta Kembalilah
Namaku Sally, saat ini usiaku 18 tahun dan berada di kelas akhir Sekolah Menengah Atas. Aku putri pertama dari Pa dan Ma.
"Sally.. Mey.. ayo sarapan dulu!" kata Ma dari ruang makan.
"Ya Ma.." jawabku sambil keluar dari kamar sudah lengkap dengan seragam sekolah.
"Mey mana Ma? Ah.. anak itu sepertinya belum bangun." kataku sambil berlari menuju kamar Mey tanpa menunggu jawaban dari Ma.
"Sally jangan berlari seperti itu!" kata Ma setengah berteriak.
"Dasar anak itu.." lanjutnya sambil menggelengkan kepala melihat kelakuanku.
Pa, hanya bisa tersenyum melihat kelakuan anak gadisnya dan reaksi Ma.
Menurut Pa aku gadis yang ceria, pemberani cenderung nekad, dan berkeinginan teguh.
Menurut Ma, aku gadis yang mandiri, penyayang, dan ga gampang menyerah untuk mencapai sesuatu yang ku impikan.
Aku sadar inti dari perkataan mereka itu, menggambarkan bahwa aku adalah seseorang yang agak keras kepala. Meskipun demikian, mereka sangat menyayangiku.
Pa dan Ma adalah petani. Mereka memiliki lahan sendiri tetapi hanya sekian are, selebihnya lahan milik tuan tanah yang kami garap.
"Pagi Pak John, hasil panen kali ini sepertinya lebih banyak dari sebelumnya." sapa Pa kepada Pak John sambil menaikan hasil bumi ke dalam mobil Pak John.
"Iya Pa, semoga saja laku dengan harga bagus." sahut Pak John.
Pa adalah seorang kepala keluarga yang hebat menurutku. Tanpa kenal lelah selalu berusaha mencukupi segala kebutuhan keluarganya. Pa juga seorang yang berpikiran modern, umumnya di dusun kami anak laki-laki adalah segalanya sebagai penerus keluarga. Namun, tidak demikian dengan Pa. Baginya anak lelaki dan perempuan adalah anugerah dari Tuhan yang sama-sama harus dirawat, dikasihi dan disyukuri.
Ma adalah wanita cantik, penuh semangat sekaligus lembut. Sesekali sih, kadang cerewet kepada putri-putrinya. Tetapi menurut ku wajar, masih sebatas cerewet khas ibu-ibu. Ma juga seorang yang setia dan selalu berusaha untuk menjadi penopang bagi suaminya.
"Ma, kenapa belum tidur? Ini sudah malam. Ma sudah lelah bangun sedari pagi. Saat ini malah masih menjahit." tegurku saat melihat Ma masih asik menjahit sedang hari sudah larut malam.
"Iya sayang, ini tinggal sedikit lagi kok." sahut Ma.
Oh iya, aku juga memiliki seorang adik yang sangat kusayangi. Mey namanya, usianya baru 10 tahun. Anak ini mewarisi kecantikan dan kelembutan Ma, juga.. mewarisi hidung mancung Pa. Sedangkan aku harus puas dengan hidung mungil alakadarnya. Walau kata Ma, Pa, dan Mey aku juga cantik kok, sungguh...
"Kakak !! Aku ikut membonceng di sepeda ya?" kata Mey saat aku sudah siap di atas sepeda.
"Ayok" jawabku.
Kemudian kami berkeliling menelusuri dusun di mana kami tinggal.
Dusun ini bernama Lembah Asri. Bukan hanya namanya, dusun ini betul-betul asri. Daerah pegunungan yang hijau, memiliki aliran sungai yang jernih, tanah yang subur, dan di sepanjang jalan desa banyak bunga indah berwarna warni.
Rumah kami tidak besar. Separuh dinding terbuat dari kayu, dan semen pada bagian dinding bawah. Lantai rumah terbuat dari semen yang dibuat halus. Sisi kanan rumah dijadikan kebun sayur dan bumbu-bumbuan, dan di sisi kiri ditanami pohon buah-buahan. Pada bagian depan rumah ditanami bunga-bunga cantik kesukaan Ma.
Kurang lebih 500 meter di sisi barat rumah ada anak sungai dengan airnya yang mengalir jernih, di atasnya tampak bebatuan. Sungai ini salah satu tempat favorit ku dikala ingin menyepi.
Dusun kami lumayan jauh dari kota. Jarak antara rumah penduduk satu dan lainnya agak berjauhan. Beberapa jalan didominasi tanah dan kerikil. Hanya untuk jalan utama desa saja yang sudah diaspal.
Seperti halnya orang tuaku. Umumnya warga dusun kami bekerja sebagai petani. Bahagianya, kami hidup saling membantu satu dengan yang lain.
Untuk pendidikan anak-anak di sini, dusun kami sudah memiliki sekolah sampai menengah atas. Meskipun lokasinya ada di antara perbatasan dusun dan kota yang cukup jauh dari rumah kami.
Aku memiliki tiga orang sahabat. Nama mereka Tom, Mena, dan Kela. Kami berteman sudah cukup lama sejak masuk sekolah dasar. Karena sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas hanya satu di dusun kami, jadi selama hampir dua belas tahun kami sudah bersahabat. Walapun kadang beberapa saat ada pertengkaran, tetapi setelahnya mudah akrab lagi.
Mena si periang, suasana akan selalu ceria saat dia ada di sana. Tetapi gampang panik.
Kela si pemalu, dia gampang grogi kalau disuruh oleh guru maju ke depan kelas, tambah grogi lagi kalau di depannya ada Nic si cowok jangkung berkacamata itu. Tetapi Kela sangat perhatian kepada sahabat-sahabatnya.
Terakhir Tom satu-satunya laki-laki sahabat kami. Dia bertidak seperti pelindung untuk kami bertiga. Anak yang berotak encer sekaligus pesaing tangguh ku dalam hal pelajaran sekolah.
----------------------------------
Ini ceritaku yang pertama, ditunggu kritik dan sarannya ya
salam
vatty
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Nienol
like
2020-08-23
1
Priska Anita
Like dari Rona Cinta sudah mendarat disini 💜
2020-08-21
1
Zhia
mampir kembali thor👋
like mendarat, next terus😍
salam LIFE OR DEATH 💙
2020-08-20
1