Aku masih asik mengobrol bersama Tom, Mena, dan Kela. Kami mengingat semua kelucuan, keisengan dan kenakalan kami di sekolah menengah atas yang hanya tinggal kenangan. Kami juga saling bertukar cerita mengenai rencana kami masing-masing ke depan.
Di pintu keluar aku lihat Pa, sedang berbicara dengan ayah Dean, entah apa yang dibicarakan Pa dengannya. Sekilas kulihat Pa menggelengkan kepala kemudian tersenyum sopan sambil menangkupkan tangan di dada.
Saat aku sedang memperhatikan Pa..
"Lihat deh, itu Dean melihat ke sini terus!" kata Mena tiba-tiba.
Kami bertiga langsung melihat arah yang ditunjukan Mena.
"Sudah lulus pun, apa dia masih mau buat masalah dengan kita ya?" sambung Mena kepada kami disela-sela obrolan yang seru.
Di sudut ruangan di dekat jendela aku melihat Dean sedang tersenyum malu-malu, dan salah tingkah saat tak sengaja pandangannya beradu dengan kami.
Entah ada apa dengan anak itu, mengapa sikapnya berbeda? Biasanya saat melihat aku dan sahabatku dia akan memasang wajah sinis. Kali ini malah tersenyum manis ke arahku.
Selama tiga tahun belakangan ini, Dean seperti satu-satunya musuh bagi kami. Padahal selama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, kami hampir tidak pernah bersingungan sama sekali. Dimulai ketika beberapa hari kami masuk di kelas pertama di sekolah menengah atas. Sikap Dean berubah. Seolah-olah ingin selalu mencari masalah kepadaku dan sahabat-sahabatku.
Awalnya aku coba mengalah karena malas terlibat pertengkaran. Tetapi semakin lama bukan cuma aku yang diusiknya, sahabat-sahabatku pun diganggu. Masih teringat jelas betapa kesalnya aku dan sahabatku dikerjai anak itu, belum lagi sikapnya yang sombong dan congkak.
Duh.. mentang-mentang anak orang terpandang di dusun ini.
Contohnya saat aku lewat untuk maju mengerjakan soal di depan kelas karena diminta oleh Guru. Aku hampir terjatuh ke lantai, karena kakinya sengaja ditaruh di jalan bersamaan saat aku lewat. Untung saja Tom berhasil menangkap tubuhku agara tidak terhuyung menyentuh lantai.
Pernah juga suatu kali sehabis jam istirahat. Saat aku baru kembali dari kantin sekolah kulihat tas ku sudah tidak ada di tempatnya. Untung saja tidak ada tes atau ulangan setelahnya. Jadi aku bisa menulis dengan meminta kertas dan meminjam pen pada Mena yang di sebelahku.
Aku menemukan surat di laci mejaku. Yang isinya :
"Kalau kamu mau tas mu, nanti sepulang sekolah aku tunggu di halaman belakang sekolah. Ingat!! seorang diri tidak boleh ada yang menemani, Dean"
Saat itu aku membaca surat tersebut bersama dengan Mena. Selesai membaca surat, aku menatap Dean dengan kesal. Seolah dia mengetahui ditatap, dia berbalik menatap ku dan Mena dengan sinis.
Tadinya aku akan ke halaman belakang sekolah sendiri. Tetapi Tom melarangku, karena dia takut akan terjadi apa-apa padaku. Tom diberitahu Mena mengenai surat yang tadi kami baca.
Ketika aku sampai di halaman belakang sekolah. Dean sudah ada di sana, dia tersenyum kepadaku. Tidak lama kemudian Tom menghampiriku. Sikap Dean berubah kembali sinis kepadaku dan Tom.
"Dean!! Mana tasku? Cepat kembalikan!" kataku setengah berteriak.
"Dean kalau kau ada masalah, jangan berurusan dengan Sally. Ayo berurusan denganku sebagai sesama laki-laki!!" ucap Tom tegas.
"Ini tidak ada urusannya dengan kamu Tom. Pergi kamu jangan ikut campur!!" teriak Dean.
"Sally sahabatku, jika ada yang mengusik dia berarti juga menjadi urusanku!" kata Tom tidak kalah sengit.
Ujung-ujungnya mereka berkelahi, aku mencoba melerai. Namun sayangnya, aku malah terkena tonjokan dari Dean tanpa dia sengaja.
"Sally!! Kamu terluka?" kata Tom menghentikan pertengkaran dan beralih kepadaku memegang lenganku yang terkena tinju Dean.
Dean menyadari pukulannya salah sasaran sempat terkejut. Tetapi bukannya minta maaf malah mengejek kami.
"Haduh kalian malah tidak malu bermain drama percintaan di depanku. Tom kalau kau tidak mampu melawanku tidak usah berlindung di belakang wanita" ejeknya.
Tom sempat terprovokasi untuk menghajar Dean lagi, tetapi aku tahan.
"Haaah.. tidak seru, kalau kau mau tasmu. Ambil saja sendiri di atas pohon itu Sally" kata Dean sambil berlalu.
Selain kejadian- kejadian itu. Masih banyak lagi kejadian lainnya yang betul-betul sangat mengesalkanku dan sahabat-sahabatku.
***
Satu persatu sahabatku pulang. Ku lihat Pa belum selesai berbicara dengan Ayah Dean. Tinggal aku seorang diri.
Tiba-tiba Dean melangkah untuk mendekatiku. Aku pura-pura tidak melihatnya, karena tidak mau membuat masalah di akhir sekolahku. Apalagi di depan orang tua kami.
Belum sampai Dean ke tempatku. Pa sudah lebih dulu sampai menghampiriku untuk mengajak pulang. Setelah berpamitan kepada Ayah Dean dan Dean yang baru saja mendekat, aku dan keluargaku pulang.
Kulihat ada sedikit kekecewaan di wajah Dean. Aku memberikan senyuman kepada Dean. Dia pun membalas senyumanku.
***
Sore hari saat di kebun buah, Pa memanggilku untuk mendekat. Pa bilang ada sesuatu yang ingin dibicarakan.
"Sally, apa kamu sudah pernah merasakan menyukai seorang pria dengan perasaan lain?" tanya Pa.
"Maksudnya perasaan lain seperti apa Pa?" tanyaku ku balik karena tidak mengerti apa yang dimaksud Pa.
"Hmm.. perasaan yang terjadi antara wanita kepada pria sebagai pasangan" jelas Pa kepadaku.
"Tidak.. belum pernah Pa, bahkan saya tidak terpikir ke arah sana. Saya cuma berusaha berteman dengan baik dengan semua teman di sekolah" jawabku sambil menggelengkan kepala.
"Termasuk dengan Dean?" sambung Pa.
"Ya ampun Pa.. apalagi dengan anak itu. Berteman saja dia tidak mau. Saya sudah mencoba untuk mengalah dan tetap berteman dengannya. Tetapi yang ada, dia selalu saja membuat masalah kepada saya dan teman-teman." jawabku tidak habis pikir Pa menanyakan itu kepadaku.
"Jadi seperti itu? Baiklah Pa mengerti" kata Pa.
Menurut penuturan Pa, tadi sewaktu Ayah Dean dan Pa mengobrol di sekolah. Ayah Dean bermaksud melamar aku untuk dijadikan istri bagi Dean. Seketika aku pun terkejut dengan cerita Pa.
Pantas saja tadi di sekolah Dean bersikap tidak seperti biasanya yang seperti macan siap menerkam mangsa, jika berpapasan denganku bersama sahabatku. Sungguh aneh sekali, dia yang selama ini bersikap tidak bersahabat dan tidak pernah bersikap manis kepadaku. Kenapa tiba-tiba meminta Ayahnya untuk melamarku?
Pa bilang, mungkin Dean berusaha menunjukan keberadaannya dengan ulah yang usil, agar aku memperhatikan kehadirannya. Kadang buat pria juga bisa salah bersikap saat menutupi maksud hatinya.
Aku hanya mengangguk mencoba mengerti apa yang dikatakan Pa.
Pa juga mengatakan kepada Ayah Dean, kalau Pa tidak bisa memutuskan. Semua itu tergantung pada keputusanku karena itu adalah kehidupanku. Pa juga sudah menceritakan kalau aku sangat menginginkan sekolah lebih tinggi.
Untuk melanjutkan sekolah, Ayah Dean bilang tidak masalah. Jika aku dan Dean menikah, kami bisa tinggal di kota dan melanjutkan sekolah bersama. Karena Dean pun berniat melanjutkan sekolah juga. Menurut Ayah Dean karena takut aku dipinang orang lain, jadi Dean ingin bertindak lebih dahulu untuk menikahiku.
Untuk memberikan jawaban kepada Ayah Dean mengenai diterima atau tidaknya lamaran tersebut. Pa bilang dibutuhkan jawaban dariku. Ayah Dean merasa kesal, kemudian malah menceramahi Pa. Menurut Ayah Dean, seorang anak harus menurut perkataan orang tua. Apapun keputusan orang tua, apalagi anak itu adalah wanita. Maka sang anak wajib menuruti. Jadi jika Pa sudah bilang setuju, harusnya aku pun setuju. Untunglah Pa bukan orang tua seperti itu.
Menurut penuturan Ayah Dean kepada Pa. Dean sudah menyukai ku saat pertama kali awal masuk sekolah menengah atas. Tetapi karena gengsi dan bingung cara bersikap, yang nampak di luar adalah sikap arogan dan selalu bermusuhan kepadaku. Dia merasa tidak memiliki kesempatan untuk dekat denganku, karena para sahabatku yang setia selalu berada di sekelilingku.
Seiring berjalannya waktu, Dean malah semakin cemburu melihat kedekatan ku dengan sahabat-sahabatku terutama kepada Tom. Sehingga yang awalnya dia mau menarik perhatianku, tidak pernah tersampaikan dengan tuntas karena merasa sahabatku selalu ikut campur. Merasa niatnya diganggu sahabat-sahabatku, akhirnya dia mulai membuat masalah dengan sahabat-sahabatku juga.
Untuk mengungkapkan secara langsung kepadaku, dia tidak berani. Akhirnya malah menjadi musuh bersama aku dan sahabat-sahabat ku selama tiga tahun ini. Ayah Dean pun mewakili Dean meminta maaf kepada Pa, karena selama ini selalu bersikap tidak baik kepadaku.
"Sebetulnya jika kamu tinggal bersama seseorang yang bisa dipercaya saat jauh dari pengawasan Pa, Pa merasa sedikit lega." kata Pa.
"Tetapi, Pa akan menuruti maumu. Apakah akan kamu terima atau tolak?" sambung Pa.
"Pa.. saya tidak dapat menerima lamaran itu. Bagaimana saya bisa menerima pinangan Dean, sedangkan perasaan suka sedikitpun tidak ada. Lagipula untuk menikah di usia muda, tidak pernah terpikir. Saya masih ingin fokus mengejar mimpi terlebih dahulu, tanpa diganggu urusan rumah tangga dan segala keribetannya" jawabku.
"Baiklah jika demikian jawabanmu" kata Pa.
Dua hari lagi Pa akan menemui Ayah Dean untuk memberitahukan mengenai jawabanku, seperti janji Pa tadi siang kepada Ayah Dean. Berharap semoga Dean dan keluarga bisa mengerti.
---------
Sudah bab 3, terima kasih buat yang sudah membaca cerita saya.
salam
Vatti
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Nienol
like lagi
2020-08-23
2
Zhia
lanjut
2020-08-20
1
Kadek
lanjutkan
2020-07-31
1