Pagi-pagi sekali Pak Chris sudah tiba di rumah kami. Dia mengendarai kendaraannya sendiri. Pak Paul pulang ke rumahnya tadi malam setelah mengantar Pak Chris, untuk merayakan hari raya bersama keluarganya.
"Selamat pagi!" kata Pak Chris dari luar sana.
"Silahkan masuk Nak, silahkan duduk!" jawab Pa.
Kemudian dilanjutkan dengan perbincangan lainnya.
Kulihat Pa sudah akrab dengan Pak Chris. Padahal mereka baru pertama kali bertemu kemarin.
Dan mengapa Pa sudah memanggil dengan sebutan "Nak" ke Pak Chris? Sepertinya ada yang terlewat dariku.
Aku, Ma, dan Mey sedari subuh sibuk di dapur mempersiapkan hidangan khas hari raya. Persiapan doa bersama kepada Sang Pencipta pun sudah siap.
Setelah berdoa bersama, kami menikmati hidangan yang tersedia. Pak Chris pun sudah tidak canggung lagi. Dia sudah merasa seperti anak lelaki dalam keluarga ini.
Lebih siang para tetangga datang saling bekunjung. Tidak ketinggalan Mena dan Kela sahabatku.
"Menaaa.. Kelaa.. aku rindu kalian!" sambutku dengan pelukan saat melihat sahabatku datang.
"Aku juga!" kata Kela.
"Aku juga!" kata Mena tidak mau kalah.
Mereka terheran melihat ada Pak Chris ada di tengah keluarga kami.
"Sall, itu siapa? Kamu hutang cerita kepada kami. 2 tahun pergi pulang bawa calon suami." bisik Kela kepadaku.
"Bukan.. nanti aku jelaskan." jawabku sambil melotot kepada Kela.
"Nanti jangan pulang dulu ya aku ada sedikit oleh-oleh untuk kamu dan Mena" kataku.
Para tamu saling berbaur. Si kecil Mey juga asik bermain dengan teman-temannya.
Tetapi ada yang membuatku tidak suka. Pa mengenalkan Pak Chris dengan para tetangga dan teman-temannya. Dia kan atasanku, nanti tetangga dan keluarga besarku mengira yang lain. Aku sendiri tidak ada hubungan apa-apa dengan Pak Chris.
Sedangkan Pak Chris terlihat senang-senang saja diperkenalkan sana sini. Seolah dia tahu aku perhatikan, dia pun menengok ke arahku. Senyuman super manis dan lirikan dia berikan kepadaku. Aku yang salah tingkah berusaha megalihkan pandangan ke tempat lain.
Ku ajak sahabatku ke kamarku untuk mengambil oleh-oleh untuk mereka.
"Mena.. Kela.. tolong jangan salah sangka. Pria itu atasanku." kataku.
Kusambung dengan cerita di Bandara Agria sampai dengan tiba di rumah.
Mena malah tertawa demikian juga Kela.
"Sally, kamu itu kenapa jadi bodoh seperti itu sih. Ada pria mapan, tampan, gagah, dan dewasa yang rela mengantar kamu sampai rumah, mau berbaur dengan keluarga dan kerabatmu. Kenapa masih seperti itu?" kata Mena.
"Kalau aku sih, pertama bertemu pria seperti itu sudah pasti langsung jatuh cinta." sambung Mena disertai tawa.
"Sudah ga usah banyak berpikir, buka hatimu Sally. Sampai kapan kamu akan terus sendiri. Toh juga tidak mengganggu mimpi kamu kan? Betulkan pendapatku Kela?" kata Mena meminta dukungan Kela.
Dijawab anggukan dari Kela.
"Masalahnya bukan itu, aku.. masih belum yakin dengan hatiku. Aku belum bisa menjatuhkan pilihan." jawabku.
"Hah!! Pilihan? Maksud kamu ada pria lain lagi? Seperti apa? Lebih tampan mana sama Pak Chris?" Mena memberondongku dengan pertanyaan.
"Iya.." jawabku kemudian memasukan wajahku di antara kedua lutut.
"Ya sudah kalau kamu bingung. Pelan-pelan kamu lihat mana yang lebih cocok di hatimu. Jangan salah mengambil pilihan. Dan jangan terlalu lama. Top Quality seperti Pak Chris langka loh!" kata Mena berusaha menenangkanku tetapi sambil menggoda.
Sedangkan Kela mengusap rambutku.
"Oh iya hampir lupa. Ini buat kalian!" kuserahkan oleh-oleh untuk dua sahabatku.
"Waah! terima kasih." jawab Mena dan Kela bersamaan.
"Kak Sally di mana?" suara Mey terdengar dari luar.
"Ya Mey ada apa?" jawabku keluar kamar.
"Ada Kak Tom datang tuh di luar!" kata Mey kemudian berlalu untuk bermain lagi bersama temannya.
"Tom?" aku berpandang-pandangan dengan kedua sahabatku. Kemudian kami keluar untuk bertemu Tom.
"Hey Tom, kemana saja kamu. Aku pikir sudah ditelan bumi." kata Mena berseloroh.
"Hai semua!" jawab Tom lalu melirik kepadaku.
Ada perasaan canggung di antara aku dan Tom. Sepertinya dia menjaga jarak. Dan akupun mencoba untuk bersikap biasa saja, tetapi malah terlihat kaku.
"Kalian dari mana saja? Hari sudah siang kalian ambil makanan dulu!" kata Ma.
"Ya Ma" jawabku
"Ya Bibi" jawab Tom, Mena, dan Kela.
"Aku lapar, ga sabar menikmati masakan bibi yang enaknya luar biasa." kata Mena sambil beranjak ke meja makan. Kela membuntuti dari belakang.
Sahabat-sahabatku memang penggemar masakan Ma juga sepertiku. Setiap aku bawa bekal makanan ke sekolah hampir tidak pernah absen mereka cicipi.
Saat aku akan beranjak, Tom menarik tanganku.
"Sally, aku mau bicara!" tahannya
"Ya, ada apa Tom?" aku kembali duduk, kali ini di sebelahnya.
"Kamu sudah baca buku sakuku?" tanya Tom.
Kujawab dengan anggukan.
"Apa kamu mau melakukan itu Sall? Kamu mau menungguku kan?" tanya Tom lagi.
"Maaf Tom, aku tidak bisa memberikan jawaban apa-apa. Jujur aku terkejut membaca bukumu. Tetapi bolehkah kita tetap bersahabat seperti dulu Tom?" kataku.
"Ok berarti jawabanmu tidak." kata Tom sambil mengambil nafas berat.
"Aku sengaja pulang ke Lembah Asri, karena aku dapat kabar dari Lazo kalau kamu pulang. Aku beranikan diri menemuimu agar aku tahu apa langkahku berikutnya." lanjut Tom
"Tom, maaf.. aku tidak pernah terpikir bahwa hubungan kita akan berubah dari persahabatan. Bahkan, bukankan selama ini kita semua sudah seperti saudara. Sulit bagiku untuk timbul rasa lain di antara kita." kataku.
"Aku pun tidak bisa memaksa atau menahanmu jika kamu ingin tetap pergi seperti sebelumnya. Aku juga tidak bisa membohongi mu dengan rasa yang sesungguhnya tidak ada." kataku lagi.
Tom memegang puncak kepalaku.
"Ya Sally, aku mengerti. Maafkan aku yang berbelok jauh dari persahabatan kita. Terima kasih sudah menjadi sahabatku. Boleh aku menjadi sahabatmu lagi?" kata Tom sambil membelai rambutku.
Kujawab dengan anggukan dan senyum yang sangat manis.
"Eheeem!" ada suara yang sepertinya ku kenal.
Ku angkat kepalaku yang tertunduk ke asal suara tadi. Ternyata pemilik suara itu adalah Pak Chris seperti yang aku kira.
"Oh iya, Tom ini Pak Chris atasanku di kantor. Dan Pak Chris ini Tom sahabat saya." kataku memperkenalkan mereka berdua.
Senyum dipaksakan terlihat dari wajah mereka berdua.
"Chris!" sambil mengulurkan tangan kepada Tom.
"Tom!" kata Tom sambil menyambut uluran tangan Pak Chris.
"Hmm.. kita ambil makanan yuk, aku sudah lapar." berusaha memecah ketegangan di antara mereka.
Kutarik tangan mereka berdua dengan tangan kanan dan kiriku menuju meja makan.
Bukan hanya di situ. Pak Chris dan Tom bertingkah seperti anak kecil berebut mainan sampai mereka berdua pamit pulang.
***
Rumah sudah bersih kembali. Kami sekeluarga sudah kelelahan. Kemudian kami beristirahat di kamar masing-masing.
Drrrt.. drrt. telepon gengamku bergetar, sepertinya ada pesan masuk.
"Besok pagi tolong antar saya berkeliling dusun. Jam 7 pagi saya jemput. Ini perintah!" pesan text dari Pak Chris.
Haduh mulai lagi sifat memaksanya.
"Baik Pak" kujawab pesan textnya.
------
Terima kasih teman-teman semua yang sudah membaca cerita saya.
salam
vatti
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
MynAme_isNia
keren kak cerita nya
2020-09-21
1