Seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Apalagi kepandaian itu digunakan untuk hal yang tidak baik.
Hari ini para pimpinan melakukan pertemuan yang dipimpin oleh Pak Chris. Mungkin lebih mirip sebuah persidangan, karena tadi kulihat Pak Hans ikut masuk ke ruangan itu dengan wajah pucat pasi.
“Sall, ada apa sih pagi-pagi sudah setegang ini suasana kantor? Apa ada hubungannya dengan kemarin siang kamu dipanggil ke ruangan Pak Greg?” tanya Mira sambil menepuk bahuku dari belakang.
“Aku kurang tahu pasti Mir, kita tunggu saja hasilnya.” jawabku sambil menyibukan diri agar tidak ditanya lebih jauh.
Selang satu jam Pak Hans keluar dari ruangan lalu mengemasi barangnya dan keluar kantor. Sekilas tampak dia melihat ke arahku dengan tatapan sinis. Apa yang terjadi dengannya? pikiranku menerka-nerka.
***
Satu bulan berlalu sejak kasus Pak Hans. Saat ini kantor kami sudah normal seperti biasanya. Sudah ada Pak Steph yang menggantikan Pak Hans.
Pak Steph orangnya ramah dan mau bergaul dengan semua bagian. Beliau pun tidak sungkan untuk membantu bagian lain yang membutuhkan bantuan, selagi dia sempat dan bisa membantu.
Tiba-tiba Beno masuk ke ruangan dengan tergesa-gesa.
“Kalian semua segera bersiap dengan pekerjaan kalian masing-masing, Pak Chris sebentar lagi sampai!” kata Beno sambil menuju meja kerjanya.
Aku tidak habis pikir kenapa setiap kali Pak Chris datang semua orang menjadi ketakutan sekali. Padahal menurut ku Pak Chris tidak semenakutkan seperti yang diceritakan.
Chris Jo adalah laki-laki dewasa berusia 35 tahun. Saat ini dia menjabat sebagai seorang Direktur Utama di Grande Corp. Seorang pimpinan yang tegas dan teliti sampai ke hal-hal yang details. Lumayan tampan dan berpenampilan modis, sehingga tidak sedikit para gadis yang mencari-cari perhatiannya.
Sama seperti waktu sebelumnya, saat pekerjaannya selesai Pak Chris kembali ke kota Harapan. Paling tidak sekitar satu atau dua minggu tiap kali berkunjung ke kantor ini.
Malam ini sehabis pulang kerja Pak Chris mengundang kami semua untuk makan malam bersama. Menurutnya ini apresiasi atas perkerjaan kami semua.
Para wanita sudah sibuk merias diri sebelum menuju Rumah Makan. Lucu sih melihat mereka, mengapa harus berdandan demikian heboh. Toh, cuma makan malam sejam dua jam paling lama.
Di dalam toilet sambil berdandan mereka membicarakan mengenai ketampanan Pak Chris. Mereka berusaha tampil secantik mungkin untuk mendapat perhatian Pak Chris. Ada-ada saja mereka itu. Lagi pula siapalah kita ini yang jauh di bawah merindukan rembulan yang jauh di atas sana.
"Sally, perona pipiku ketebalan ga? atau malah kurang?" tanya Kak Dea kepadaku.
"Hmm.. menurutku agak kemerahan kak, mungkin bisa dihapus sedikit?" kataku setelah melihat riasan Kak Dea.
Kalau tidak karena mau menumpang di mobil Kak Dea, aku malas berada di toilet ini yang penuh wanita-wanita berebutan cermin dari tadi.
"Kak Dea, saya tunggu di Lobby depan ya biar tidak terlalu penuh di ruangan ini." kataku.
"Oh.. ya udah." timpal Kak Dea.
Baru saja aku duduk di sofa lobby, Pak Chris keluar dari ruangannya menuju lobby.
"Sally, kamu ga ikut yang lainnya pergi makan malam? kenapa kamu sendiri di sini? Saya lihat kantor sudah kosong. Mau ikut bareng saya?" tegur Pak Chris kepadaku.
"Terima kasih Pak, saya sedang menunggu Kak Dea, saya akan pergi bersamanya. Kak Dea masih di toilet mungkin sebentar lagi selesai." jawabku.
"Ok" katanya sambil berlalu.
Jelas ruangan kantor sepi, para pria sudah pergi terlebih dahulu ke Rumah Makan. Tinggal tersisa para wanitanya yang masih sibuk memulas diri dengan riasan dan wewangian yang akhirnya bercampur baur di dalam toilet.
***
Akhirnya sampai juga kami di Rumah Makan Segala Sedap. Aneka makanan yang terlihat mahal dan sedap terhidang di sana.
Para wanita sekali lagi berlomba unjuk kebolehan bernyanyi untuk mencari perhatian Pak Chris. Karena merasa bosan sedari tadi tidak selesai-selesai mereka bernyanyi bergantian. Aku berjalan ke area taman mencari udara segar.
Ada air mancur dengan patung peri di tengahnya. Aku duduk di salah satu kursi yang mengelilingi air mancur. Cahaya lampu temaram menambah indah taman ini.
"Aah.. akhirnya bisa tenang juga" ucapku pelan.
30 menit berlalu suara lengkingan para wanita teman-teman kerjaku sudah tidak ada lagi, sepertinya acara sudah selesai. Akupun beranjak dari kursi taman menuju ruang tempat diadakannya acara.
Karena gelap dan terburu-buru aku tidak sengaja menabrak seseorang.
"Maaf!" kataku.
"Kamu masih saja ceroboh, kalau jalan hati-hati! Sudah dua kali kamu menabrak saya." kata pria yang kutabrak.
Langsung ku angkat kepalaku ke asal suara. Ternyata suara itu berasal dari Pak Chris.
Apa tadi Dia bilang dua kali menabrak? huwaaa.. jadi dia pria gagah yang kutabrak di kantor pusat Grande Corp. adalah Pak Chris? Ternyata beliau masih mengingat kejadian itu. Sedangkan aku tidak melihat wajah pria yang kutabrak saat itu.
Melihat aku terbengong sambil menutup mulut dia menepuk pundakku.
"Loh malah bengong, yang lain sudah pulang. Kamu mau ikut saya atau sudah janji mau ikut teman kamu kembali ke Mess?" sambungnya menyadarkanku.
"Saya bareng teman saya Pak, saya permisi dulu. Terima kasih untuk tawarannya." jawabku sambil berlalu.
-------
Terima kasih buat yang masih bersedia membaca tulisan saya
salam
vatti
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments