Potensi Sebenarnya

"Kamu kembali lagi kesini, Liana- oh maksudku, Lily?"

Suara itu menyentak kesadaran Lily. Ia kembali ke Padang Lily biru, tempatnya bertemu dengan Shiki. Lelaki di hadapannya itu tidak berubah sama sekali, auranya masih sangat positif dan menenangkan. Rambut sebahunya yang tertiup angin membuat wajahnya terlihat semakin menarik dan rupawan.

Lily tercenung, jadi dia benar-benar sudah mati?

"Tidak, kamu masih hidup Lily. Ini adalah alam bawah sadarmu, berbeda dengan padang Lily tempat kita bertemu terakhir kali." Seperti biasa, Shiki mampu membaca dengan jelas jalan pikiran Lily.

Sesaat suasana berubah hening. Lily mulai memperhatikan sekitarnya. Memang benar, tempatnya berada saat ini sedikit berbeda dengan tempat sebelumnya. Tempat ini benar-benar hanya dipenuhi Lily biru sedangkan tempat sebelumnya lebih terlihat seperti Padang bunga namun masih ada beberapa pepohonan lain.

"Lalu, kenapa aku berada disini, Shiki?" Tanya gadis yang kini berambut perak itu. Lily juga tidak tahu alasan mengapa rambutnya tetap berwarna perak, padahal seharusnya berwarna hitam.

"Kamu hanya pingsan karena efek cahaya Lily biru itu yang membuka segel tersembunyi dalam tubuhmu." Tutur Shiki. Perkataan Lelaki itu membuat Lily lagi-lagi merasa bingung.

"Alur novel yang kamu tahu belum sepenuhnya benar, Lily. Ada banyak hal yang tidak diceritakan seperti Bagaimana masa kecil para tokohnya? apa penyebab mereka bersikap seperti itu?" Shiki melanjutkan, "Ada banyak rahasia yang belum terungkap, Lily. Itulah tugasmu sekarang, kamu harus menemukan semua jawaban dari teka-teki itu, kenapa dirimu harus berada di dimensi ini, kamu harus menemukannya." Lily tertegun. Ia mulai menyadari sesuatu.

Diingatannya, ia melihat Liliana ditusuk oleh orang tak dikenal, seorang gadis sepantaran dirinya yang menusuk jantung gadis berambut perak itu tepat ketika sesosok iblis berhasil menerobos kediaman Althair. Lily bahkan masih mengingat jelas kalimat yang gadis itu ucapkan.

"Cahayamu milikku, Liliana."

Namun entah mengapa, tidak lama setelahnya raut gadis itu tampak frustasi dan marah, seolah ia tidak mendapatkan apa yang dia mau. Setelah itu, semuanya berubah gelap.

Lily mengacak rambutnya, gadis itu bingung dengan begitu banyaknya Informasi yang ia dapat. Setidaknya ia menyimpulkan bahwa gadis misterius itu ingin mengambil sesuatu dari dirinya, sayangnya 'sesuatu' itu sudah tidak ada. Tapi apa hubungannya dengan segel yang Shiki bicarakan?

"Lambat laun kamu akan mengetahuinya, Lily. Lalu tentang segel, Seluruh potensimu yang tersegel telah terbuka. Mana milikmu yang awalnya lemah menguat seperti seharunya, Elemenmu milikmu yang memang sudah seharusnya kamu dapatkan, kini menjadi milikmu kembali."

Tanpa ada yang bisa mengambilnya lagi. Lanjut lelaki itu dalam hati.

Lily mulai mengerti, ternyata alasan mengapa Karakter Liliana di novel sangat lemah adalah karena kekuatannya tersegel. Tapi tunggu, di novel bukannya Arabella seharunya sudah mati?! Apa alurnya memang sudah berubah sejak awal?

"Tepat seperti dugaanmu, Lily. Tetaplah antisipasi, namun jangan terlalu berpatok pada alur. Disini mereka semua hidup, mereka bukan sekedar karakter fiksi saja." Ucapan Shiki sukses membuat Lily tersadar. Gadis itu menatap Iris berwarna hitam dihadapannya itu.

"Sebenarnya kamu siapa, Shiki? mengapa kamu seolah tahu segalanya? Apakah kamu semacam system yang memanduku di dunia ini?" Tanya Lily. Gadis itu sudah kepalang penasaran dengan identitas asli Lelaki di hadapannya ini. Shiki hanya terkekeh gemas, ia hanya menepuk kepala gadis itu dengan lembut.

"Anggap saja aku kakakmu. Sekarang kembalilah, mereka sudah menunggumu. Kita bertemu lagi nanti ya?" Shiki mendorong tubuh Lily cukup kuat, membuat gadis itu terdorong jauh dan langsung tersedot entah kemana. Gadis itu tersentak dan langsung terduduk di tempat tidurnya. Hal itu membuat seluruh orang yang berada di ruangan itu kaget.

"Lily! Astaga syukurlah!" Bella memeluk putrinya dengan erat. Wanita itu merasa jantungnya hampir berhenti berdetak ketika melihat putrinya itu tidak sadarkan diri dihadapannya.

"Hey kak, kalau kamu memeluknya seperti itu, keponakanku bisa kehabisan napas loh~" Samuel menatap lelah kakaknya. Bella bernapas lega, ia kembali menuntun putrinya itu untuk berbaring.

Samuel meletakkan telapak tangannya beberapa senti diatas tubuh Lily. Cahaya berwarna hijau keluar dari telapak tangan itu lalu merambat ke seluruh tubuh Lily. Gadis itu bisa merasakan rasa hangat dan nyaman, tubuhnya terasa lebih baik. Samuel tersenyum lalu menarik kembali tangannya.

"Ini tidak bisa dipercaya." ucap Samuel yang belum melunturkan senyumnya.

"Apa maksud paman?" Tanya Atlas yang kebingungan. Pemuda itu menatap adiknya dengan perasaan khawatir. Pemuda itu langsung berlari sekuat tenaga ke kamar adiknya ketika mendapatkan kabar kalau adiknya itu pingsan. Entah mengapa Atlas tidak menggunakan kemampuan teleportasinya dan memilih berlari seperti orang gila dari lapangan hingga kamar Lily.

Lily menatap pamannya dan menunggu kelanjutan kalimat dari penyihir itu. Samuel tersenyum lalu mengusap pelan kepala keponakannya. Lily merengut kesal.

Kenapa orang-orang suka sekali mengusap kepalaku? batin gadis itu.

"Lily pingsan karena lonjakan mana- tolong jangan memotongku dulu. Kondisi ini tidak berbahaya, aku menemukan sumber masalah yang selama ini menghambat mana sekaligus potensi lain yang dimiliki oleh Lily." Tutur Samuel. Pria itu mengambil suatu barang dari balik jubahnya. Ternyata sebuah kristal.

"Coba sentuh batu ini, Lily." Pinta pria berambut hitam itu. Lily hanya menurut, gadis itu menyentuh batu kristal itu.

Sebuah sinar putih bersinar dengan terang memenuhi ruangan, beberapa detik kemudian munculah cahaya berwarna biru muda, lalu biru tua dan terakhir berwarna coklat. Setelahnya, batu itu langsung retak dan hancur berserakan di lantai.

Hening beberapa saat. Samuel tampak syok, tangannya bahkan sudah gemetar sejak tadi. Setelah beberapa menit menegangkan, Samuel mulai bisa menenangkan dirinya. Pria itu menghela napas lalu menghembuskanya perlahan diiringi dengan senyum yang merekah.

"Diagnosaku setahun lalu ternyata meleset. Ada sebuah segel misterius yang menyegel mana serta Elemen lain milik Lily. Karena segel itu sudah hancur, mananya mulai melonjak secara drastis. Lalu untuk elemen, biru muda adalah es, biru tua adalah air, coklat adalah tanah dan putih adalah cahaya." Kali ini Lily ikut terkejut mendengar perkataan pamannya. Bagaimana bisa?

Arsean menatap putrinya sesaat. Pria tsundere itu lantas memeluknya dan mengusap punggungnya dengan lembut. "Maafkan Ayah Lily, maafkan aku." Lily bisa mendengar ucapan ayahnya itu walaupun terdengar lirih.

Tangan mungil itu melepaskan pelukan sang Ayah, gadis kecil itu lalu mengusap air mata yang entah sejak kapan keluar dari iris biru muda milik ayahnya itu.

"Ayah tidak salah, aku hanya terlalu ceroboh hehe." Sanggah Lily. Gadis itu kembali memeluk sang Ayah, disusul dengan sang kakak dan sang Ibu yang ikut memeluk dirinya. Jadilah mereka berempat berpelukan seperti Teletubbies, meninggalkan Samuel yang meratapi nasibnya sebagai jomblo.

Lily diam-diam membatin, mengapa malah ia yang memiliki elemen cahaya dan kenapa elemennya malah jadi banyak? Padahal normalnya orang-orang hanya dianugerahi paling banyak 3 elemen seperti ayahnya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Terpopuler

Comments

Marely García Villanueva

Marely García Villanueva

Mengurangi stress dengan membaca cerita ini, sukses thor!

2023-07-25

1

Amai Kizoku

Amai Kizoku

Kebayang terus!

2023-07-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!