Situasi SMA Sanjaya Bakti memanas. Datangnya mobil dinas SMA Garuda Pradipta Jaya dan mobil polisi di halaman sekolah membuat Matthew cs lari terbirit-birit ke belakang gudang sekolah.
“Mereka pasti mau nangkap kita.” teriak Matt panik lalu menendang tembok dengan makian setan. “Sialan, kenapa bawa-bawa polisi segala! Apa kita ketahuan? Apa kita ketahuan? Gara-gara Reno dan Plotak ini, motor pake gagal manufer segala!”
Reno menarik bahu Matthew dengan cepat.
“Gak usah nyalahin kita, Matt! Kamu aja yang penakut!” sahut Reno berang, mental dan badannya sudah babak belur di hajar Drew dan mulut serapah Mikaila. Sekarang dengan seenak jidatnya Matthew menyalahkannya? Pecundang macam apa yang menjadi ketua gengnya!
Matthew menepis tangan Reno. “Emang dasarnya kalian berdua yang gak pecus jadi anak geng!”
Tidak usah dibilang. Reno kontan tahu segalanya. Dia mencengkeram seragam Matthew. “Emang dasarnya ketua gengnya pengecut, gak setia kawan. Gak heran anak buahnya jadi gak pecus. Berani doang di mulut!” ucapnya sambil menghempaskan tubuhnya.
“Maksudmu apa?” Matthew balik mencengkeram kerah seragam Reno. Ben dan Eddy spontan berusaha memisahkan keduanya.
“Kita satu geng, gak usah saling menyalakan!” Eddy menarik Reno sekuatnya dari Matthew yang terbakar emosi. “Mikirlah, kita udah ketauan. Gimana sekarang caranya menghadapi ini! Drew ada di depan! Jangan malu-maluin kita, Matt!”
”Kamu ngapain nyalahin aku!” sergah Matthew. Memberontak dari pegangan Ben. “Udah jelas kita bakal di panggil kepsek. Aku males berurusan dengan polisi dan kepsek kalo ada Drew!”
Matthew mengambil ancang-ancang untuk naik ke pagar sekolah. “Giliran kalian!” ucapnya setengah nangkring di atas tembok sebelum lompat ke luar area sekolah.
“Sekalinya pecundang tetap pecundang!” Reno melengos.
Eddy dan Ben sontak saling pandang. Memilih ikut Reno atau Matthew yang memanggil nama mereka.
“Satu-satu aja, Ben. Aku ikut Reno, kamu sama Matt. Biar adil” ucap Eddy, si netral dan bijak, cocok sekali kalo bertemu Wicak. Alih-alih tawuran, keduanya mungkin bisa berbagi wangsit dan kata-kata bijak?
“Itu dia, Pak!” Drew menunjuk Reno dan Eddy yang berjalan ke arah mereka setelah keberadaannya di cari-cari Rio dan petugas ketertiban siswa.
“Mana Matthew dan Ben?” tanya Rio, mantan Mikaila yang sudah menduga datangnya polisi dan pihak sekolah Garuda menimbulkan permasalahan penting. “Kabur? Lewat gudang belakang?”
Reno mengiyakan. “Cari aja di belakang sekolah, Pak, Bu!” ucapnya dingin.
Pak Iwan—guru BK SMA Sanjaya—menyuruh Rio membawa keduanya ke sekolah.
Dengan kewibawaan dan sportivitas tinggi dia menyentuh bahu Mikaila.
“Aku pasti bawa mereka untuk terima hukuman yang sama seperti Tegar dan kawan-kawanmu!”
Kok Rio tahu aku lagi pdkt sama Tegar?
Mikaila berdecak sebal. Tapi ucapan Rio itu bukanlah sebuah perhatian, pemuda itu hanya menunjukkan siapa dirinya di depan Mikaila dan semua guru kalau dia sama kerennya dengan mantan pacar yang berani menginjakkan kaki di sekolahnya lagi.
“Kalian semua masuk ke ruang kepala sekolah!” Pak Iwan mengintruksikan kepada anak didiknya, “mari bapak-bapak, ikut kami.” ajaknya pada tamu dengan intonasi yang lebih lembut.
Setelah beberapa saat, ruang kepala sekolah menjadi tempat perundingan yang sangat serius! Keberadaan polisi pun menjadi poin penting untuk menambah stimulus agar siswa-siswi nakal kurang perhatian itu tidak gegabah dalam melakukan tindakan kekerasan.
Para siswa mengikuti Pak Iwan keluar ruangan, membiarkan dua kepala sekolah dan polisi melakukan diskusi penting yang bersifat rahasia.
Mikaila, Drew dan Wicak duduk bersila di koridor bangunan ruang guru yang menghadap ke lapangan basket. Sementara Reno dan Eddy pergi ke ruang BK.
“Menurut kalian skorsing Tegar sama Daffa bakal di cabut Pak Rama gak?” tanya Mikaila.
“Biarin ajalah di skorsing, Daffa seneng banget malah.” Wicak menunjukkan foto-foto Daffa yang ikut dalam perjalanan bisnis orang tuanya di pesawat. Gayanya sok bossy, pakai kaca mata hitam, tak lupa jas dan dasi kupu-kupu dengan warna yang sama.
“Dia kangen bapak ibunya, aku juga, tapi bapakku udah gak ada.”
Mikaila dan Drew kontan memandang wajah Wicak yang menjadi muram.
“Udah, Bray.” Drew menepuk-nepuk punggungnya. Prihatin. “Gak semua yang masih punya bapak hidupnya sempurna, Bray. Aku nyebutnya fatherless. Ada secara biologis, namun tidak secara psikologis.”
“Tuh kan, kamu pinter, Drew. Kurang diasah aja.”
Drew menekuk lututnya dan menjadikan itu tumpuan tangannya. Matanya menerawang jauh melewati lapangan basket bahkan muka musuhnya yang berhasil tertangkap oleh Rio dan anggota kesiswaan.
“Rata-rata kebanyakan siswa yang milih jalur gelap di pergaulan bebas adalah mereka-mereka yang butuh perhatian, Mik! Kamu jadi ketua OSIS karena sistem keluargamu bagus, beda sama aku, Tegar, Wicak dll. Sometimes we hopeless and fatherless, maybe motherless?” Drew mengendikkan bahu.
“Satu-satunya cara untuk melepaskan kesepian ya ini.”
Mikaila menepuk-nepuk pundak Drew dan Wicak bergantian sebagai bentuk simpatinya akan perasaan kesepian teman-temannya.
“Tapi, Drew. Support sistem keluarga yang bagus juga bikin aku terkekang lagi, susah cari kesempatan buat menikmati kebebasan bergaul indahnya masa SMA.”
Drew tergelak. Dia menceritakan enaknya jadi anak kurang perhatian yang miris di dengar tapi seru bagi Mikaila. Walhasil, pepatah rangkul lah lawan menjadi kawan dengan sebaik-baiknya latar belakang dan sikapmu yang apa adanya menjadikan Mikaila bagian dari The Evolve Wild. Memang brilian dan ngaco banget ide Pak Rama dengan menjebloskan Mikaila ke sarang lawan. Tapi sejak saat itu kompaknya mereka membuat Dela-Mira dan Melody-Sarina gelang-gelang kepala.
Mikaila jadi sering ikut-ikutan nongkrong di pojok kantin, menonton geng sekolah yang hobi gembar-gembor motor itu merokok, kadang-kadang pula bolos les dan ekstrakurikuler demi jalan-jalan. Hidup Mikaila berubah, Drew cs pun menerima Mikaila setelah diadakannya pertemuan wali siswa dengan tamu ahli—polisi dan psikologi pendidikan dan kesehatan mental. Salah satu giat yang di rancang Pak Rama demi kualitas anak didiknya.
“Kayaknya ada yang salah sama Mika, Mel. Aku perlu kasih nasihat!” ucap Sarina, sekonyong-konyong Melody menahan lengan Sarina.
“Udah biarin aja, dia punya misi sendiri!”
Ditatapnya Melody dengan kening berkerut.
“Misi apaan, dia lupa sama Tegar woy, masih di skorsing dia dan mencemari kelas unggulan jadi jelas biasa aja!”
”Kagak, Sar. Orang dia tiap sore ke rumahnya. Udah-udah, kamu yang sabar ya. Mikaila masih aman kok.” Melody berusaha menenangkan Sarina dengan memberinya permen lollipop sewadah dari etalase kantin.
“Udah tenang, aku dapat info itu dari Daffa. Pokoknya Mika lagi pdkt dengan caranya. Kita makan aja.” Melody menyeret Sarina yang hendak mengambil wadah cokolatos. Bahaya, uang jajannya bisa ludes sehari.
...***...
^^^Bersambung^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Umine LulubagirAwi
hmm. mm
2023-09-01
0
CebReT SeMeDi
pengecut Khan Mamat, kek gt dijadiin ketua Genk🙅🙅
2023-08-19
1
CebReT SeMeDi
korban keluarga yg g harmonis ya begini, anak jadi cari perhatian sendiri dengan caranya, intinya cuma pengen dpt perhatian dari ortunya, miris emang tapi ini paling bnyk terjadi
2023-08-19
1