Mikaila menaruh sepotong semangka, rice bowl berisi nasi goreng dan es jeruk di meja seperti pelayan. “Selamat makan anak baru, makan gih, habis ini kita ke perpus!” ucapnya sembari duduk di meja sebelah.
Mikaila tersenyum kala bibir Tegar menipis selagi menghentikan game online di laptopnya. “Punyamu?”
Sok perhatian apa gimana ni maksudnya, cie Mika gr...
Sebentuk senyum ragu menghiasi wajah Mikaila. “Udah di kantin, buruan!”
“Aku nggak biasa makan dilihat orang!” Tegar menatap pintu. “Keluar.”
Mikaila melompat dari meja seraya duduk di samping Tegar. Dia tersenyum aneh sambil menatapinya dengan gaya kenes.
“Emang kelas ini milikmu doang? Gaya amat, makan nggak mau diliatin orang. Kenapa? Malu di temenin cewek cantik kayak aku?”
Si angkuh yang melewati beberapa momen di sekolah lama dengan memiliki beberapa gadis idaman sekolah melengos ke meja sebelah, dia meraih makanannya seraya mendengus.
“Daripada ganggu ambilin aja buku paketku di perpus!” katanya ketus.
Menilik dari perangai Mikaila yang cantik, centil, berani dan sesuka hati, penolakan Tegar tiada gunakan. Ia bahkan tak peduli Tegar beneran malu dilihat mata Mikaila yang jelalatan itu. Tetapi Mikaila cukup waras dengan tidak menggoda Tegar lebih lama, ia ponselnya di saku seragamnya lalu memunggungi Tegar.
“Buruan makan, istirahat cuma setengah jam cuy! Habis itu kita jalan-jalan berdua keliling sekolah, cie, berdua, punya pacar nggak?” Mikaila menoleh.
Tegar batal menyuapkan nasi goreng ke mulut, terbesit kenangan tentang Brittany yang mengaduk perasaannya yang kontan tersiksa. Keangkuhannya terbentuk setelah Brittany meninggalkannya demi Naufal. Anak pertama ayahnya dan Mike yang berkecimpung di dunia keartisan dan memiliki kehidupan yang lebih mapan seperti Brittany.
Tegar berdehem sambil menghindari tatapan Mikaila dengan menundukkan kepala. “Gak ada.” Tegar menyuapkan nasi gorengnya seperti orang rakus. Dia mengunyah sembari menatap jendela kelas.
Persetan juga ni cewek. Rada gila! Main tanya-tanya punya pacar kagak, sesak dada gue. Anjir. Mana jadi nggak enak ini nasi goreng, payah!
Mikaila menyeringai. Sepanjang jam berdetik ia sabar menunggu Tegar selesai makan dengan melihatnya dari kamera yang diam-diam dia nyalakan dan mengarahkan ke arahnya.
Tegar mengembuskan napas sambil mencengkeram bungkusan es jeruk. “Lo langgar privasi gue!” ucapnya sambil menyahut ponsel Mikaila tiba-tiba dari belakangnya.
Gadis itu menjerit kaget lalu tertawa riang. Tegar menghapus video di galeri foto lalu melempar hp Mikaila ke arahnya.
Sigap Mikaila menangkapnya. Tegar pun menyerahkan sampahnya ke tangan Mikaila dengan paksa.
“Buang!” Terdengar suara Tegar dingin.
“Lo-gue ya kalo di Jakarta sana, nggak cocok kalo di Solo. Bagusan kayak tadi, aku kamu walaupun jutek banget.” Mikaila meringis. “Maaf ya, kamu makan kayak nelen beban. Sedih banget!”
“Bukan urusan Lo!” bentak Tegar.
Mikaila tampak takjub sejenak lalu berbalik, ogah cari masalah tapi ocehannya terdengar Tegar.
“Kayaknya gara-gara tanya punya pacar nggak tadi. Aduh, pasti inget mantan!”
Kontrol emosi Tegar yang naik turun membuatnya menarik rambut Mikaila sampai ia terhuyung ke belakang. Tegar menahan kepala Mikaila dengan wajah mengeras, ia menatapnya seolah memandang musuh bebuyutan.
“Lo sopan gue segan! Ngerti?”
“Ngerti, eh tapi nggak usah kasar dong. Ingat mantan boleh-boleh kan, aku juga punya mantan kok, tapi aku minta maaf ya. Hatimu pasti sakit.”
Tegar melepas Mikaila seraya menendang kaki meja. “Nggak usah bahas-bahas mantan. Mantan pake di bahas. Sialan!” teriaknya jengkel.
Mikaila bergeming. Dia beneran marah cuy, ngeri juga reaksinya terhadap mantan. Patah hati banget pasti. Duh, kasian.
Tegar memasukkan laptopnya ke tas seraya menghela napas berat setelah melihat Mikaila diam di dekat tempat sampah. “Aku minta maaf!” serunya.
Mikaila mengangkat tatapannya dari hp. “Aku yang salah, maaf ya. Aku lancang.”
Tegar meraih hp Mikaila seraya melangkah keluar dari kelas. “Hubungi nomerku pulang sekolah!”
Mikaila mengerjapkan mata setelah Tegar memasukkan ponselnya di saku baju seragamnya. Ia bingung harus bereaksi apa saat Tegar memberikan nomer hpnya secara cuma-cuma di saat Dela dan Mira menatapnya dari kejauhan.
“Buruan!” seru Tegar yang berjalan duluan di koridor sekolah yang mulai dipadati oleh siswa-siswi yang pulang dari kantin atau taman sekolah.
Dengan senyum lepas, Mikaila berjalan disampingnya seolah tak terjadi apa-apa. Pemuda itu hanya berdehem saat penjelasan tentang ruang-ruang penting yang mereka lewati Mikaila jelaskan.
Di perpustakaan, tanpa ba-bi-bu, Mikaila mengambilkan buku paket yang dibutuhkan sementara Tegar patuh mengikutinya dan menerima buku yang Mikaila ulurkan.
“Mau ke mana lagi?” tanya Mikaila, “Ruang BK?” selorohnya di meja panjang, menunggu Pak Anton mencatat buku pinjaman Tegar.
Tegar menurut, mereka benar-benar ke ruang BK saat berandalan sekolah sedang melewati bimbingan konseling dengan Pak Rahmat.
“Dia Drew. Nunggak waktu kelas dua. Kalo keluarganya bukan pendonor uang sekolah ini sudah DO dia. Kamu hati-hati aja kalo temenan sama dia. Punya geng, sukanya tawuran!”
Penjelasan Mikaila sambil lalu menyusup di telinga Tegar dengan mulus. Pemuda itu menoleh sekilas ke ruang BK yang terbuka. Tegar dan Drew bertatapan sekilas.
Seusai kelas hari Senin berakhir pukul setengah empat sore, seluruh siswa SMA Garuda Pradipta Jaya berbondong-bondong memeriahkan parkiran dengan suara motor yang beragam.
Mikaila menghubungi Tegar bersama Melody dan Sarina yang menunggu jemputan di taman parkiran.
“Aku di taman parkiran, sini...”
Pemuda yang sudah mendapatkan jaketnya kembali berdehem. “Nunggu agak sepi!”
Mikaila cs langsung berwajah heran. “Ngapain nunggu sepi, Sar?” tanya Melody.
“Jangan-jangan dia mau ngapa-ngapain kamu, Mik! Hati-hati kamu, cowok Jakarta itu. Suka nekat.” Sarina menasihati.
“Kayaknya dia males dilihat semua cewek di sekolah ini deh, makanya nunggu sepi. Lagian eh, tuh motor siapa? Keren-keren aneh, kek baru tau aku!” Mikaila menunjuk motor Tegar.
Melody dan Sarina serempak ikut menyadari motor baru itu di parkiran. Tapi sebelum mereka bertiga menemukan jawabannya, Dela dan Mira yang menggunakan mobil melempari mereka dengan tisu bekas dan bulatan kertas.
“Sok kegetelan. Dasar ganjen!” seru Dela.
Mikaila cs serempak memunguti benda yang mereka lemparkan dan melemparinya balik ke mobil mereka dengan tambahan tanah yang diraup Mikaila dengan cepat. “Rasain mobilmu kelilipan!” serunya jengkel.
Sarina menahan bahu Mikaila yang hendak merangsek maju saat Dela mengacungkan jari tengahnya sambil menjulurkan lidah.
“Gak kena! Gak kena!”
“Aku bales besok!” serunya lalu menggeram. “Dela dari dulu dendam apa sih sama aku, heran!”
“Mantanmu, mantannya!”
“What!”
Tegar menghampirinya setelah drama gadis-gadis yang ia lihat selesai. Mikaila sedang menghapus foto-foto Rio di ponselnya sambil menggerutu sendiri.
“Rumahmu mana?” ucap Tegar.
Mikaila menengadah. “Bener katamu, Gar! Mantan gak usah di bahas, aku jengkel. Sebel.” ucapnya berapi-api.
Mikaila mengacak-acak tanaman hias pembatas taman. “Rio brengsek, Dela kampret. Najis banget aku pernah pacaran sama mantannya Dela. Argh...”
Tegar terkesiap, lalu menarik tas Mikaila saat gadis itu meluapkan emosinya lebih parah darinya. Terseok-seok Mikaila mengikutinya.
“Rumahmu mana?” Tegar mengulangi lebih tegas.
Mikaila membetulkan tas ranselnya yang melorot sambil menatap Tegar mengambil helm di motor yang ia omongkan tadi.
”Motormu ini?” tanyanya heran, lupa masalah barusan.
“Aku antar pulang sekalian cari kodoknya!”
Mikaila langsung menyunggingkan senyum aneh dengan ragu-ragu. Masa iya dia pulang bareng Tegar dengan motornya ini, berasa mau uji nyali.
“Aku di jemput mama.”
“Batalkan saja!”
Tegar mengantar Mikaila pulang sekolah setelah ia membatalkan pesanan ojek daring. Sesampainya di rumah Mikaila yang teduh dan memiliki arsitektur Jawa modern. Tegar mengingat baik-baik rumah itu. ”Sejam lagi aku jemput!”
Mikaila menunggu Tegar hilang dari pandangannya sebelum masuk rumah. Dia hanya punya satu jam untuk mandi dan dandan sementara matanya ngantuk berat.
Mikaila menguap lebar-lebar lalu mengistirahatkan tubuhnya di kasur. “Ngomong-ngomong kok aku dekat-dekat Tegar ya, padahal aku benci dia!”
Di lain sisi, Tegar menghentikan motornya di warung burjo di dekat rumah Mikaila.
“Tuh cewek dramatik juga ternyata, tapi seru.” Seulas senyum terbit dibibirnya. “Bu, es teh satu, sekalian kalo mau cari keluarga kodok dimana ya?” tanyanya sambil duduk.
Dengan muka heran sambil cengengesan, ibu-ibu pemilik warung burjo menunjuk sawah didepan warungnya. “Cari aja mas kalo mau!”
Tanpa mengurangi rasa hormat, Tegar meringis lebar sambil menganggukkan kepalanya.
...****...
...Happy Reading...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
may
Keluarga kodok😭
2023-10-30
0
may
Lah ditanya apa jawabnya apa🤣
2023-10-30
0
may
Motor kelilipan😭
2023-10-30
0