Chapter 4 - Telen Beban

Mikaila menaruh sepotong semangka, rice bowl berisi nasi goreng dan es jeruk di meja seperti pelayan. “Selamat makan anak baru, makan gih, habis ini kita ke perpus!” ucapnya sembari duduk di meja sebelah.

Mikaila tersenyum kala bibir Tegar menipis selagi menghentikan game online di laptopnya. “Punyamu?”

Sok perhatian apa gimana ni maksudnya, cie Mika gr...

Sebentuk senyum ragu menghiasi wajah Mikaila. “Udah di kantin, buruan!”

“Aku nggak biasa makan dilihat orang!” Tegar menatap pintu. “Keluar.”

Mikaila melompat dari meja seraya duduk di samping Tegar. Dia tersenyum aneh sambil menatapinya dengan gaya kenes.

“Emang kelas ini milikmu doang? Gaya amat, makan nggak mau diliatin orang. Kenapa? Malu di temenin cewek cantik kayak aku?”

Si angkuh yang melewati beberapa momen di sekolah lama dengan memiliki beberapa gadis idaman sekolah melengos ke meja sebelah, dia meraih makanannya seraya mendengus.

“Daripada ganggu ambilin aja buku paketku di perpus!” katanya ketus.

Menilik dari perangai Mikaila yang cantik, centil, berani dan sesuka hati, penolakan Tegar tiada gunakan. Ia bahkan tak peduli Tegar beneran malu dilihat mata Mikaila yang jelalatan itu. Tetapi Mikaila cukup waras dengan tidak menggoda Tegar lebih lama, ia ponselnya di saku seragamnya lalu memunggungi Tegar.

“Buruan makan, istirahat cuma setengah jam cuy! Habis itu kita jalan-jalan berdua keliling sekolah, cie, berdua, punya pacar nggak?” Mikaila menoleh.

Tegar batal menyuapkan nasi goreng ke mulut, terbesit kenangan tentang Brittany yang mengaduk perasaannya yang kontan tersiksa. Keangkuhannya terbentuk setelah Brittany meninggalkannya demi Naufal. Anak pertama ayahnya dan Mike yang berkecimpung di dunia keartisan dan memiliki kehidupan yang lebih mapan seperti Brittany.

Tegar berdehem sambil menghindari tatapan Mikaila dengan menundukkan kepala. “Gak ada.” Tegar menyuapkan nasi gorengnya seperti orang rakus. Dia mengunyah sembari menatap jendela kelas.

Persetan juga ni cewek. Rada gila! Main tanya-tanya punya pacar kagak, sesak dada gue. Anjir. Mana jadi nggak enak ini nasi goreng, payah!

Mikaila menyeringai. Sepanjang jam berdetik ia sabar menunggu Tegar selesai makan dengan melihatnya dari kamera yang diam-diam dia nyalakan dan mengarahkan ke arahnya.

Tegar mengembuskan napas sambil mencengkeram bungkusan es jeruk. “Lo langgar privasi gue!” ucapnya sambil menyahut ponsel Mikaila tiba-tiba dari belakangnya.

Gadis itu menjerit kaget lalu tertawa riang. Tegar menghapus video di galeri foto lalu melempar hp Mikaila ke arahnya.

Sigap Mikaila menangkapnya. Tegar pun menyerahkan sampahnya ke tangan Mikaila dengan paksa.

“Buang!” Terdengar suara Tegar dingin.

“Lo-gue ya kalo di Jakarta sana, nggak cocok kalo di Solo. Bagusan kayak tadi, aku kamu walaupun jutek banget.” Mikaila meringis. “Maaf ya, kamu makan kayak nelen beban. Sedih banget!”

“Bukan urusan Lo!” bentak Tegar.

Mikaila tampak takjub sejenak lalu berbalik, ogah cari masalah tapi ocehannya terdengar Tegar.

“Kayaknya gara-gara tanya punya pacar nggak tadi. Aduh, pasti inget mantan!”

Kontrol emosi Tegar yang naik turun membuatnya menarik rambut Mikaila sampai ia terhuyung ke belakang. Tegar menahan kepala Mikaila dengan wajah mengeras, ia menatapnya seolah memandang musuh bebuyutan.

“Lo sopan gue segan! Ngerti?”

“Ngerti, eh tapi nggak usah kasar dong. Ingat mantan boleh-boleh kan, aku juga punya mantan kok, tapi aku minta maaf ya. Hatimu pasti sakit.”

Tegar melepas Mikaila seraya menendang kaki meja. “Nggak usah bahas-bahas mantan. Mantan pake di bahas. Sialan!” teriaknya jengkel.

Mikaila bergeming. Dia beneran marah cuy, ngeri juga reaksinya terhadap mantan. Patah hati banget pasti. Duh, kasian.

Tegar memasukkan laptopnya ke tas seraya menghela napas berat setelah melihat Mikaila diam di dekat tempat sampah. “Aku minta maaf!” serunya.

Mikaila mengangkat tatapannya dari hp. “Aku yang salah, maaf ya. Aku lancang.”

Tegar meraih hp Mikaila seraya melangkah keluar dari kelas. “Hubungi nomerku pulang sekolah!”

Mikaila mengerjapkan mata setelah Tegar memasukkan ponselnya di saku baju seragamnya. Ia bingung harus bereaksi apa saat Tegar memberikan nomer hpnya secara cuma-cuma di saat Dela dan Mira menatapnya dari kejauhan.

“Buruan!” seru Tegar yang berjalan duluan di koridor sekolah yang mulai dipadati oleh siswa-siswi yang pulang dari kantin atau taman sekolah.

Dengan senyum lepas, Mikaila berjalan disampingnya seolah tak terjadi apa-apa. Pemuda itu hanya berdehem saat penjelasan tentang ruang-ruang penting yang mereka lewati Mikaila jelaskan.

Di perpustakaan, tanpa ba-bi-bu, Mikaila mengambilkan buku paket yang dibutuhkan sementara Tegar patuh mengikutinya dan menerima buku yang Mikaila ulurkan.

“Mau ke mana lagi?” tanya Mikaila, “Ruang BK?” selorohnya di meja panjang, menunggu Pak Anton mencatat buku pinjaman Tegar.

Tegar menurut, mereka benar-benar ke ruang BK saat berandalan sekolah sedang melewati bimbingan konseling dengan Pak Rahmat.

“Dia Drew. Nunggak waktu kelas dua. Kalo keluarganya bukan pendonor uang sekolah ini sudah DO dia. Kamu hati-hati aja kalo temenan sama dia. Punya geng, sukanya tawuran!”

Penjelasan Mikaila sambil lalu menyusup di telinga Tegar dengan mulus. Pemuda itu menoleh sekilas ke ruang BK yang terbuka. Tegar dan Drew bertatapan sekilas.

Seusai kelas hari Senin berakhir pukul setengah empat sore, seluruh siswa SMA Garuda Pradipta Jaya berbondong-bondong memeriahkan parkiran dengan suara motor yang beragam.

Mikaila menghubungi Tegar bersama Melody dan Sarina yang menunggu jemputan di taman parkiran.

“Aku di taman parkiran, sini...”

Pemuda yang sudah mendapatkan jaketnya kembali berdehem. “Nunggu agak sepi!”

Mikaila cs langsung berwajah heran. “Ngapain nunggu sepi, Sar?” tanya Melody.

“Jangan-jangan dia mau ngapa-ngapain kamu, Mik! Hati-hati kamu, cowok Jakarta itu. Suka nekat.” Sarina menasihati.

“Kayaknya dia males dilihat semua cewek di sekolah ini deh, makanya nunggu sepi. Lagian eh, tuh motor siapa? Keren-keren aneh, kek baru tau aku!” Mikaila menunjuk motor Tegar.

Melody dan Sarina serempak ikut menyadari motor baru itu di parkiran. Tapi sebelum mereka bertiga menemukan jawabannya, Dela dan Mira yang menggunakan mobil melempari mereka dengan tisu bekas dan bulatan kertas.

“Sok kegetelan. Dasar ganjen!” seru Dela.

Mikaila cs serempak memunguti benda yang mereka lemparkan dan melemparinya balik ke mobil mereka dengan tambahan tanah yang diraup Mikaila dengan cepat. “Rasain mobilmu kelilipan!” serunya jengkel.

Sarina menahan bahu Mikaila yang hendak merangsek maju saat Dela mengacungkan jari tengahnya sambil menjulurkan lidah.

“Gak kena! Gak kena!”

“Aku bales besok!” serunya lalu menggeram. “Dela dari dulu dendam apa sih sama aku, heran!”

“Mantanmu, mantannya!”

“What!”

Tegar menghampirinya setelah drama gadis-gadis yang ia lihat selesai. Mikaila sedang menghapus foto-foto Rio di ponselnya sambil menggerutu sendiri.

“Rumahmu mana?” ucap Tegar.

Mikaila menengadah. “Bener katamu, Gar! Mantan gak usah di bahas, aku jengkel. Sebel.” ucapnya berapi-api.

Mikaila mengacak-acak tanaman hias pembatas taman. “Rio brengsek, Dela kampret. Najis banget aku pernah pacaran sama mantannya Dela. Argh...”

Tegar terkesiap, lalu menarik tas Mikaila saat gadis itu meluapkan emosinya lebih parah darinya. Terseok-seok Mikaila mengikutinya.

“Rumahmu mana?” Tegar mengulangi lebih tegas.

Mikaila membetulkan tas ranselnya yang melorot sambil menatap Tegar mengambil helm di motor yang ia omongkan tadi.

”Motormu ini?” tanyanya heran, lupa masalah barusan.

“Aku antar pulang sekalian cari kodoknya!”

Mikaila langsung menyunggingkan senyum aneh dengan ragu-ragu. Masa iya dia pulang bareng Tegar dengan motornya ini, berasa mau uji nyali.

“Aku di jemput mama.”

“Batalkan saja!”

Tegar mengantar Mikaila pulang sekolah setelah ia membatalkan pesanan ojek daring. Sesampainya di rumah Mikaila yang teduh dan memiliki arsitektur Jawa modern. Tegar mengingat baik-baik rumah itu. ”Sejam lagi aku jemput!”

Mikaila menunggu Tegar hilang dari pandangannya sebelum masuk rumah. Dia hanya punya satu jam untuk mandi dan dandan sementara matanya ngantuk berat.

Mikaila menguap lebar-lebar lalu mengistirahatkan tubuhnya di kasur. “Ngomong-ngomong kok aku dekat-dekat Tegar ya, padahal aku benci dia!”

Di lain sisi, Tegar menghentikan motornya di warung burjo di dekat rumah Mikaila.

“Tuh cewek dramatik juga ternyata, tapi seru.” Seulas senyum terbit dibibirnya. “Bu, es teh satu, sekalian kalo mau cari keluarga kodok dimana ya?” tanyanya sambil duduk.

Dengan muka heran sambil cengengesan, ibu-ibu pemilik warung burjo menunjuk sawah didepan warungnya. “Cari aja mas kalo mau!”

Tanpa mengurangi rasa hormat, Tegar meringis lebar sambil menganggukkan kepalanya.

...****...

...Happy Reading...

Terpopuler

Comments

may

may

Keluarga kodok😭

2023-10-30

0

may

may

Lah ditanya apa jawabnya apa🤣

2023-10-30

0

may

may

Motor kelilipan😭

2023-10-30

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Dibuang Ayah.
2 Chapter 2 : Manusia Bumi
3 Chapter 3 - Tagihan Perdebatan
4 Chapter 4 - Telen Beban
5 Chapter 5 - Emosi Tragedi
6 Chapter 6 : Tanggung Jawab Aku!
7 Chapter 7 : Persoalan Genting
8 Chapter 8 : Persoalan Genting 2
9 Chapter 9 : Balapan Lucu
10 Chapter 10 : Tawuran
11 Chapter 11 : Takut Jatuh Cinta
12 Chapter 12 : Aksi Matt
13 Chapter 13 : Ngegas
14 Chapter 14 : Drew cs & Mika.
15 Chapter 15 : Musuh Dalam Sekolah
16 Chapter 16 : Masuk Sarang Musuh
17 Chapter 17 : Panji Perang
18 Chapter 18 : Lawan Jadi Kawan
19 Chapter 19 : Kepergok
20 Chapter 20 : Meledak
21 Chapter 21 : Salting
22 Chapter 22 : Iya, Sayang.
23 Chapter 23 : Ring Road Love
24 Chapter 24 : Bersenang-senang
25 Chapter 25 : OMG
26 Chapter 26 : Kekacauan
27 Chapter 27 : Kalah
28 Chapter 28 : Kerja Sama Terselubung
29 Chapter 29 : Toleransi nol
30 Chapter 30 : Wuu...
31 Chapter 31 : Melambungkan Fantasi
32 Chapter 32 : Bolos Bersama
33 Chapter 33 : Saingan, Iya...
34 Chapter 34 : Hukuman
35 Chapter 35 : Gulma
36 Chapter 36 : Back Street
37 Chapter 37 : Emang Enak
38 Chapter 38 : Loyal
39 Chapter 39 : Pahit & Pedas
40 Chapter 40 : Kabut
41 Chapter 41 : Manisnya Hukuman
42 Chapter 42 : Sidang Keluarga
43 Chapter 43 : Sinarnya Redup
44 Chapter 43 : Sedikit Balasan
45 Chapter 45 : Markijayyy
46 Chapter 46 : Membingungkan
47 Chapter 47 : B-e-r-a-n-i
48 Chapter 48 : Sensasi Mematikan
49 Chapter 49 : Kok Bisa Ya?
50 Chapter 50 : Ribut
51 Chapter 51 : Sangar
52 Chapter 52 : Menggila
53 Chapter 53 : Erat
54 Chapter 54 : Meeting Points
55 Chapter 55 : SERI
56 Chapter 56 : Gak Mudah
57 Chapter 56 : Maju Ke Depan
58 Chapter 58 : Heuheu
59 Chapter 59 : Bujuk Rayu
60 Chapter 60 : Tersedak
61 Chapter 61 : Ngeri
62 Chapter 62 : Parau
63 Chapter 63 : Gila sih
64 Chapter 64 : Baper
65 Chapter 65 : Good Goodbye
66 Chapter 66 : Evoleventador
67 Chapter 67 : Iya berdua
68 Chapter 68 : Lulus
69 Chapter 69 : Hadiah
70 Chapter 70 : Menolak Kembali
71 Chapter 71 : Drama Sekolah
72 Chapter 72 : Back Off
73 Chapter 73 : Prediksi Tepat
74 Chapter 74 : Engagement Day
75 Chapter 75 : Bertemu Kamu
76 Chapter 76 : Takut
77 Chapter 77 : Merana
78 Chapter 78 : Reuni
79 Chapter 79 : Malu & Takut
80 Chapter 80 : Balapan Terakhir
81 Chapter 81 : Before Wedding
82 Chapter 82 : Wedding Agreement
83 Chapter 83 : Usaha
84 Chapter 84 : Quiz
85 Chapter 85 : Goals
86 Chapter 86 : A love
87 Chapter 87 : Kacau
88 Chapter 88 : Mabuk Aturan
89 Chapter 89 : Bos kecil
90 Bab 90 : Epilog
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Chapter 1 : Dibuang Ayah.
2
Chapter 2 : Manusia Bumi
3
Chapter 3 - Tagihan Perdebatan
4
Chapter 4 - Telen Beban
5
Chapter 5 - Emosi Tragedi
6
Chapter 6 : Tanggung Jawab Aku!
7
Chapter 7 : Persoalan Genting
8
Chapter 8 : Persoalan Genting 2
9
Chapter 9 : Balapan Lucu
10
Chapter 10 : Tawuran
11
Chapter 11 : Takut Jatuh Cinta
12
Chapter 12 : Aksi Matt
13
Chapter 13 : Ngegas
14
Chapter 14 : Drew cs & Mika.
15
Chapter 15 : Musuh Dalam Sekolah
16
Chapter 16 : Masuk Sarang Musuh
17
Chapter 17 : Panji Perang
18
Chapter 18 : Lawan Jadi Kawan
19
Chapter 19 : Kepergok
20
Chapter 20 : Meledak
21
Chapter 21 : Salting
22
Chapter 22 : Iya, Sayang.
23
Chapter 23 : Ring Road Love
24
Chapter 24 : Bersenang-senang
25
Chapter 25 : OMG
26
Chapter 26 : Kekacauan
27
Chapter 27 : Kalah
28
Chapter 28 : Kerja Sama Terselubung
29
Chapter 29 : Toleransi nol
30
Chapter 30 : Wuu...
31
Chapter 31 : Melambungkan Fantasi
32
Chapter 32 : Bolos Bersama
33
Chapter 33 : Saingan, Iya...
34
Chapter 34 : Hukuman
35
Chapter 35 : Gulma
36
Chapter 36 : Back Street
37
Chapter 37 : Emang Enak
38
Chapter 38 : Loyal
39
Chapter 39 : Pahit & Pedas
40
Chapter 40 : Kabut
41
Chapter 41 : Manisnya Hukuman
42
Chapter 42 : Sidang Keluarga
43
Chapter 43 : Sinarnya Redup
44
Chapter 43 : Sedikit Balasan
45
Chapter 45 : Markijayyy
46
Chapter 46 : Membingungkan
47
Chapter 47 : B-e-r-a-n-i
48
Chapter 48 : Sensasi Mematikan
49
Chapter 49 : Kok Bisa Ya?
50
Chapter 50 : Ribut
51
Chapter 51 : Sangar
52
Chapter 52 : Menggila
53
Chapter 53 : Erat
54
Chapter 54 : Meeting Points
55
Chapter 55 : SERI
56
Chapter 56 : Gak Mudah
57
Chapter 56 : Maju Ke Depan
58
Chapter 58 : Heuheu
59
Chapter 59 : Bujuk Rayu
60
Chapter 60 : Tersedak
61
Chapter 61 : Ngeri
62
Chapter 62 : Parau
63
Chapter 63 : Gila sih
64
Chapter 64 : Baper
65
Chapter 65 : Good Goodbye
66
Chapter 66 : Evoleventador
67
Chapter 67 : Iya berdua
68
Chapter 68 : Lulus
69
Chapter 69 : Hadiah
70
Chapter 70 : Menolak Kembali
71
Chapter 71 : Drama Sekolah
72
Chapter 72 : Back Off
73
Chapter 73 : Prediksi Tepat
74
Chapter 74 : Engagement Day
75
Chapter 75 : Bertemu Kamu
76
Chapter 76 : Takut
77
Chapter 77 : Merana
78
Chapter 78 : Reuni
79
Chapter 79 : Malu & Takut
80
Chapter 80 : Balapan Terakhir
81
Chapter 81 : Before Wedding
82
Chapter 82 : Wedding Agreement
83
Chapter 83 : Usaha
84
Chapter 84 : Quiz
85
Chapter 85 : Goals
86
Chapter 86 : A love
87
Chapter 87 : Kacau
88
Chapter 88 : Mabuk Aturan
89
Chapter 89 : Bos kecil
90
Bab 90 : Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!