Kembali

"Sayang aku senang sekali kita bisa berduaan lagi."

Sarah memeluk Danu erat saat menjemput di bandara.

"Aku kan kerja, pasti akan pulang."

Danu menjadi dagu Sarah, lalu memberi ciuman permintaan maaf pada Sarah. Sarah tersenyum bahagia, lalu menggamit lengan Danu menuju pintu keluar.

"Persiapan pesta sudah sekitar delapan puluh lima persen. Tinggal fitting baju, sama foto prewedding belum. Aku bingung mau menggunakan konsep apa."

Cerocos Sarah ketika dalam perjalanan pulang.

Danu menoleh pada Sarah dan tersenyum.

"Sudahlah, itu hanya urusan foto saja. Kita pulang saja dulu sekarang. Aku ingin segera membersihkan diri dan beristirahat."

Sarah mengangguk setuju.

Sesampainya di rumah, Danu beristirahat karena kelelahan, dan Sarah masih sibuk mengurus beberapa persiapan untuk pesta pernikahannya.

Sarah yang juga kelelahan, akhirnya tertidur di sofa.

Danu yang telah puas beristirahat, akhirnya lapar, dan keluar dari kamar mencari makanan untuk mengisi perutnya.

Danu menuju ruang makan, dan menghabiskan beberapa potong kue dan roti yang sengaja disiapkan oleh Sarah.

Danu menghampiri Sarah dan menatapnya.

"Mengapa semakin hari, aku tak memiliki perasaan apa pun dengannya? Benarkah pilihanku?" tanya Danu dalam hatinya.

Danu berlutut, lalu kembali menatap Sarah yang masih tertidur pulas.

Tiba-tiba Sarah terbangun, dan terkejut, Danu ada di dekatnya.

"Astaga, aku pasti ketiduran lagi." Rutuk Sarah pada dirinya sendiri.

"Tidak apa-apa. Kamu hanya kelelahan. Ini apa?"

Danu mengambil kertas yang ada di meja.

"Ini konsep undangan kita nanti. Aku sengaja bawa beberapa alternatif untuk kita pilih bersama. Mama Sonya sudah setuju, katanya terserah kita."

"Oya, aku baru ingat. Bukankah, aku memiliki hotel dengan suasana alam yang berada di pedesaan."

"Proyek yang Malik kerjakan saat ini?"

"Benar."

"Ada apa, Mas?"

"Kita bisa foto prewedding di sana. Sekalian aku memeriksa proyek di sana. Malik sudah memberikan laporan, jika sudah hampir selesai, tinggal finishing, dan merapikan hal kecil saja."

"Kamu yakin, Mas?" Tanya Sarah ragu.

"Jika kita foto di sana, pasti kita akan dapat view yang bagus. Lagi pula, di sana masih sangat alami. Malik mengirimkan beberapa foto keadaan di sana. Ada juga video keadaan di sana. Bagus. Aku suka. Aku harap kamu juga menyukainya. Karena unik."

Sarah menatap Danu seakan tak percaya.

"Ide bagus, Mas. Besok aku bicara dengan pihak EO, untuk mempersiapkan foto prewedding kita di sana."

Danu mengangguk setuju. Sarah memeluk Danu dan menciumnya dengan gembira.

*

"Rena, ada apa?" Malik bergegas menghampiri Renata yang duduk tertunduk sambil memeluk ponselnya.

"Ayahku kecelakaan, Lik." Sahut Renata lirih.

"Astaga, lalu bagaimana keadaannya saat ini? Apa Restu sudah tahu?"

"Ibu sedang menghubungi Restu." Renata menghembuskan napas kuat lalu menutup wajah dengan tangannya.

Malik memeluk Renata.

"Kamu tenang saja. Coba kamu hubungi ibumu kembali untuk menanyakan keadaan ayah. Aku akan hubungi Restu."

Malik mengurai pelukannya, lalu menatap Renata sambil menghapus air mata yang telah membasahi pipinya.

Renata mengangguk pelan dan segera menghubungi ibunya kembali.

Renata berbicara melalui ponsel dengan ibunya, sesekali melirik ke arah Malik yang juga menghubungi Restu.

Dalam hatinya merasa galau. Di sisi lain hatinya masih merindukan dan berharap akan Danu. Namun, di sisi lain, dia mulai merasa nyaman dengan Malik.

Malik hampir setiap hari datang menjemputnya di sekolah, bahkan tak segan membantu. Bukan hanya urusan pribadinya saja, tapi, jika sekolah membutuhkan bantuan, Malik dengan segera langsung membantu.

Malik juga sering datang ke paviliun, untuk menemani Renata menyelesaikan lukisannya dan membantu mengirim ke pelanggan juga.

"Mengapa kamu baik banget padaku, Lik?" tanya Renata.

Malik menatap Renata.

"Aku menyukaimu Renata."

Malik menjawab sambil tersenyum.

"Bagaimana kondisi ayah? " Malik mengalihkan pembicaraan.

"Ayah masih menjalani operasi saat ini. Lalu Restu?"

"Restu dalam perjalan pulang. Nah itu dia."

Terdengar suara motor berhenti di depan paviliun.

"Kak, gimana ayah?" Teriak Restu saat masuk dalam paviliun.

Renata memeluk Restu, dan mereka berdua seolah saling menguatkan satu sama lain.

"Sebaiknya kalian kembali ke Jakarta. Urusan kerjaan serahkan saja padaku. Untuk urusan di sekolah, nanti kamu kabari Bu Reni saja melalui whatsapp. Besok aku datang ke sekolah. Aku juga sedang menghubungi seorang teman untuk mencarikan guru relawan untuk membantu mengajar di sini."

Malik menatap kakak beradik itu dengan sungguh-sungguh.

"Pak, sungguh!"

Restu menatap Malik dan memeluknya.

"Bersiaplah. Nanti aku akan mengantar kalian ke kota untuk pulang ke Jakarta."

"Terima kasih, Malik."

"Terima kasih, Pak!"

Renata dan Restu menatap Malik, lalu Renata menghampiri Malik.

"Aku sungguh-sungguh berterima kasih padamu. Aku tak tahu bagaimana membalas kebaikanmu pada kami."

"Sudahlah, Renata. Keselamatan ayah kalian lebih penting saat ini."

Renata dan Restu bersiap untuk kembali ke Jakarta.

Malik mengantar mereka menuju stasiun.

"Malik, sekali lagi, Terima kasih. Aku tak tahu, bagaimana bisa membalas semua kebaikanmu. Aku juga tak tahu, akan kembali lagi atau tidak. Aku harus menjaga ayahku juga."

Malik tersenyum.

"Renata. Aku akan menunggu. Tolong jangan menghindar dariku, ya!"

"Ngapain aku menghindarimu. Emangnya aku punya hutang sama kamu?"

Renata membalas Malik sambil bercanda.

Malik membuka bagasi dan mengambil tas dan koper milik Renata dan Restu.

Kali ini Renata sengaja membawa hampir semua pakaiannya, karena dia berencana untuk menemani ayahnya sampai keadaannya membaik.

Malik melepas kepergian Renata dan Restu dengan berat hati.

Ada rasa takut menyusup dalam hatinya.

Malik takut Renata tidak akan kembali lagi ke desa, dan mereka tidak dapat berjumpa lagi.

Malik merindukan Renata.

*

Dua minggu berlalu....

Kondisi Pak Hasan semakin membaik, dan saat ini sudah boleh pulang.

Restu sudah kembali ke desa setelah ayahnya sadar usai operasi. Renata memutuskan untuk tinggal dan membantu ibunya untuk merawat ayahnya.

Saat ini, Renata melakukan mobil ke sebuah rumah bercat putih.

"Bu Renata!" Sapa seorang wanita paruh baya yang membukakan pintu rumah.

"Mbok Sum, masih di rumah?"

"Iya, Bu. Tinggal membersihkan halaman belakang saja ini."

Renata mengangguk sambil melangkahkan kaki mengelilingi rumah.

Rumah kediamannya bersama Danu selama lima tahun terakhir. Sebelum mereka menikah, Danu membangun rumah untuk mereka tempati setelah menikah.

Renata melangkah masuk ke dalam kamar dan duduk di tepi ranjang menatap foto pernikahan yang terpajang di dinding kamar.

"Mas, aku rindu padamu. Aku berharap Tuhan memberikan sedikit ingatan tentang aku dalam ingatanmu. Kenangan tentang kita, cinta yang selama ini kita bina. Aku tak bisa semudah itu melupakanmu, Mas. Aku tak tahu, mengapa aku tak bisa membencimu? Semakin aku berusaha melupakanmu, rasanya semakin sakit. Mas, ingatlah aku!"

Renata berkata-kata sambil menatap foto pernikahannya dengan Danu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!