Menyerah

Renata menghapus air matanya, lalu merapikan semua album foto kenangannya bersama Danu.

Renata memasukkan kembali album foto ke dalam laci, lalu berdiri.

"Mbok, terima kasih, masih mau merawat rumah ini."

"Sama sama, Bu. Saya juga terima kasih, masih diberi pekerjaan. Saya pikir, setelah Pak Danu kembali ke rumah besar, saya akan diberhentikan. Tapi, Bu Renata masih menghubungi saya untuk membersihkan rumah ini."

Renata mengangguk, lalu mengambil sepucuk amplop dari tasnya.

"Ini untuk Mbok Sum. Maaf agak terlambat. Tetap bersihkan saja rumah ini, siapa tahu, saat mendadak Pak Danu ingin pulang, rumah sudah bersih."

"Bu, saya ikhlas menjalankan pekerjaan ini. Saya tidak perlu mendapat sebanyak ini, Bu." Mbok Sum menggenggam amplop dan terkejut saat menerimanya, upah yang diberikan Renata benar benar gajinya selama tiga bulan yang lalu.

"Itu hak Mbok Sum, kok. Ambil saja. Lagi pula, selain membersihkan rumah, Mbok juga merawat taman di belakang itu. Aku senang, Mbok. Kupikir, tanaman ku bakal kering dan mati selama kami tidak tinggal di rumah."

Mbok Sum tersenyum.

"Saya siram dan rawat kok, Bu. Oh ya, bagaimana kabar Pak Danu? Apakah ada perkembangan?"

Renata menggeleng lemah.

Mbok Sum mendekat pada Renata yang duduk di kursi.

"Mas Danu secara fisik sehat dan baik baik saja, Mbok. Tapi, ingatan akan aku, seolah hilang."

"Sabar, Bu. Mbok yakin dan percaya, Tuhan akan mengembalikan semua ingatan tentang Bu Renata pada Pak Danu, dan dia akan kembali pada Bu Renata. Kembali ke rumah, dan tinggal lagi di sini seperti kemarin."

"Terima kasih, Mbok."

Tak lama, Renata pamit dan pergi ke rumah besar keluarga Danu untuk menemui suaminya kembali.

Renata akan berjuang untuk mencoba mengingatkan Danu kembali. Renata bertekad akan memperjuangkan rasa cintanya pada Danu, apapun penghalangnya.

Renata melajukan mobil ke rumah besar keluarga Rajasa.

Renata segera memarkir mobil dan bergegas turun.

"Ada mobil Mas Danu." Gumam Renata sambil tersenyum.

Sambil melangkah menuju ke dalam rumah, Renata merasa sangat bahagia. Dia berharap bertemu dengan Danu, dan dapat mengobrol bersama suaminya kembali.

Renata melayangkan pandangan ke sekeliling ruangan, mencari sosok Sonya. Namun, sepertinya tidak ada.

Renata tersenyum pada dirinya sendiri sambil melangkah menaiki tangga menuju kamar Danu.

"Bu, Bu Rena!" Panggil pelayan dari arah dapur, Renata menoleh.

"Ada apa?"

"Jangan ke sana." Sahutnya sambil menunjuk kamar Danu.

"Ada apa?" Renata mengerutkan keningnya.

"Bu, tolong jangan masuk."

"Ada Pak Danu, kan?"

"Iya, Pak Danu ada di dalam. Dia sedang... "

"Sssttt..... Nyonyamu sedang pergi, jangan ganggu aku."

Sergah Renata sambil berlari kecil menaiki tangga.

"Bu, Bu Renata..!"

Pelayan itu terlihat kecewa, ketika Renata terus naik menuju kamar majikannya.

Renata mengambil napas dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan ketika sampai di depan pintu kamar Danu.

Perlahan tapi pasti, Renata membuka pintu kamar Danu.

Renata melangkah masuk dan menutup kembali pintu kamar perlahan dengan pelan. Dia khawatir akan mengganggu istirahat Danu.

"Mas, oh, nikmat sekali, oh......!"

"Jadi, siapa yang nakal sekarang, aku atau kamu?"

"Kamu yang nakal."

"Kamu menggodaku terus saat rapat, ini hukumannya!"

Terdengar suara Danu bersama seseorang, Renata terdiam ketika mendengar suara mengurangi manja seorang wanita dan Danu.

Hatinya bagai teriris, bagai sebilah pedang menghujam jantungnya saat ini. Renata melangkah perlahan. Beberapa potong pakaian tergeletak di lantai, Renata hanya bisa menahan dirinya.

Renata melongokkan kepalanya ke arah ranjang yang tertutup lemari pajangan. Renata penasaran. Dari suaranya, Renata menebak itu Sarah.

Renata melangkah perlahan dan melihat adegan Danu dan Sarah di atas ranjang tanpa mengenakan selembar kain. Danu dan Sarah berciuman, lalu Sarah menggeliat seolah meminta lebih, Danu dan Sarah sedang bercumbu mesra.

Lalu Danu dan Sarah saling berhadapan, saling memompa satu sama lain. Pusaka Danu saat ini ada dalam lubang kenikmatan milik Sarah, dua insan yang saling merengkuh nikmat duniawi.

Terdengar mengurangi manja Sarah, dan teriakan Danu.

Renata bagai terbius menatap kejadian itu.

Renata hanya bisa diam sambil menutup mulutnya dengan tangan. Air matanya bercucuran, ketika mendengar Sarah dan Danu saling berteriak ketika bercinta.

Renata membalikkan tubuh, dan tanpa sengaja menjatuhkan pajangan.

Sarah dan Danu menoleh ke arah Renata.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Teriak Sarah terkejut.

"Ma-maaf!" Dengan gemetar, Renata mengembalikan pajangan itu ke tempatnya.

Danu buru buru mengenakan boxer nya, dan mendekati Renata.

"Sedang apa kamu di sini?" tanya Danu dengan tatapan curiga.

Renata yang semula ingin berjuang mempertahankan cintanya pada Danu, ketika menyaksikan kejadian itu, pikirannya menjadi berubah.

"Maaf telah mengganggu kalian!" Renata terus berjalan keluar dari kamar Danu, dan berlari keluar dari rumah itu dan mengemudi mobilnya dengan rasa kecewa.

Bayangan Sarah dan Danu ketika bercinta di depan matanya bagai terekam jelas dalam kepala Renata.

Renata menepikan mobil, dan berteriak histeris, lalu menelungkupkan kepala pada setir, dan menangis meluapkan semua kesedihannya.

Renata ke rumah dan mengurung dirinya dalam kamar.

"Sepertinya saat ini hanya aku yang berjuang, Mas. Aku berusaha untuk mendekatimu, berusaha untuk membuatmu ingat, berjuang untuk kita, tapi nyatanya. Kamu dan Sarah telah terlalu jauh."

*

Renata duduk sambil menatap amplop yang pernah diberikan oleh pengacara keluarga Danu. Surat perceraian Danu dan Renata.

Renata membuka amplop dan mengambil pena, lalu membubuhkan tanda tangan di atas namanya. Sejenak, dia diam. Mengambil napas dalam-dalam, sejujurnya, Renata berat hati menandatangani surat perceraiannya.

Renata tak pernah sekali pun memikirkan tentang perceraian selama menjalani pernikahan bersama Danu. Dia selalu berpikir semua masalah dalam pernikahan, pasti ada jalan keluarnya. Komitmen, menghormati, komunikasi, saling percaya, dan cinta. Itu yang selalu diterapkan oleh Renata dan Danu selama ini. Namun, kenyataannya, Renata lah yang berjuang sendiri selama beberapa bulan ini.

Bukan identitas menjadi janda yang membuatnya membenci perceraian. Tapi, jika suatu pernikahan harus berakhir dengan perceraian, untuk apa harus menikah.

Renata menundukkan kepalanya, membenamkan di sela tangannya, dan menangis.

Dia sangat kecewa dengan dirinya sendiri saat ini. Kecewa dengan keadaan yang membuatnya mengambil keputusan bercerai. Dia kecewa pada Sarah, yang selama ini selalu dianggap bagai saudara sendiri.

"Mengapa Mas Danu sama sekali tak bisa menahan diri? Mengapa harus bersama Sarah? Mengapa? Apa salahku?"

Renata kembali menangis meluapkan kesedihannya.

Setelah puas menangis dan meratapi nasib, Renata menghapus air matanya, dan mengambil kunci mobil, sambil membawa surat cerainya.

Renata melajukan mobil ke rumah Danu.

"Mau apa lagi kamu datang kemari? Belum jera juga kamu, heh!?" Hardik Sonya menyambut kedatangan Renata.

Sonya berdiri sambil melipat tangan di depan dada sambil tersenyum sinis.

Renata maju menghadapi Sonya, lalu menyerahkan amplop yang berisi surat cerai yang telah ditandatanganinya.

"Ku kabulkan keinginanmu!"

Sonya memgerutkan kening dengan heran.

Sonya menerima amplop cokelat itu, lalu melihat isinya.

"Akhirnya kamu sadar juga, jika tempatmu bukanlah di sini, wanita gembel! Ucap Sonya sambil tersenyum seakan menyindir Renata.

" Ada apa ini?" Danu yang baru tiba bersama Sarah menyaksikan Sonya tertawa sambil memperhatikan dengan seksama surat perceraian yang telah dibubuhi tanda tangan Renata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!