Danu membuka matanya perlahan-lahan. Kepalanya masih sering terkena serangan pusing mendadak akibat benturan saat kecelakaan yang menimpanya.
Danu bangun dan duduk di tepi ranjang kamarnya, memandangi sekeliling ruangan kamar yang besar itu.
Hanya ada foto besarnya bersama mama dan papanya.
Mama mengatakan, bahwa, papanya sedang menjalankan bisnisnya yang berada di Amerika. Dan, dengan sangat sedih, tak dapat pulang untuk menemani Danu.
Danu berusaha mengingat tempat itu, tapi, semakin dia berusaha untuk mengingat, rasa pusing semakin menyerang dirinya.
Perlahan, Danu menghela napas dalam-dalam, mencoba mengikuti perasaannya saat itu saja.
Tatapan Danu berhenti pada sebuah meja kerja yang berada di kamar besarnya itu.
"Mengapa aku merasa asing di sini?" Gumam Danu, bertanya-tanya sendiri pada dirinya.
Danu mengambil segelas air mineral yang disediakan oleh pelayan rumah itu untuk dirinya.
Lalu meneguk segelas air hingga habis. Air segar membasahi tenggorokannya yang kering.
Ingatannya kembali pada seorang gadis yang didorong oleh mamanya sewaktu di rumah sakit tempo hari.
Renata.
"Dia istriku? Mengapa aku tak ingat, jika telah menikah. Lalu mana foto foto pernikahanku selama ini. Jangan jangan, benar kata Mama, orang hanya memanfaatkan hilang ingatanku untuk kepentingan mereka saja."
Danu kembali menghela napas, lalu menatap ke luar dari balik jendela kamar.
Saat melihat ke luar, Danu melihat sebuah mobil sedan memasuki halaman rumah besar itu.
Danu melihat Sarah keluar dari mobil, dan menatap ke atas, tepat ke arah kamarnya.
Saat melihat Danu sedang melihatnya dari balik jendela, Sarah tersenyum sambil melambaikan tangannya.
"Pagi, Tante! Sedang apa?" Sapa Sarah saat melihat Sonya sedang menata bunga ke dalam vas bunga.
"Eh, Sarah. Masuk sini. Tante sedang menata bunga. Banyak yang sedang berbunga di taman, sayang kalau nggak di manfaatkan." Ucap Sonya sambil tersenyum menatap Sarah.
"Aku bantu, ya." Ucap Sarah berbasa-basi.
"Nggak usah. Kamu temui saja Danu di kamarnya. Bangunkan dia. Sudah jam sepuluh, belum keluar dari kamar juga." Sahut Sonya.
"Sambil aku bawakan sarapan buat Danu, ya, Tante."
Sonya mengangguk setuju.
"Harusnya, Danu menikah dengan wanita seperti Sarah, bukan Renata." Batin Sonya.
"Kok, tante, baru kenal sekarang." Ucap Sonya sambil menghampiri Sarah yang sedang menyiapkan sarapan untuk Danu.
"Dari dulu kita sudah pernah bertemu, Tante. Cuma, Tante terlalu fokus pada yang lain." Sahut Sarah sambil tersenyum.
"Aku nggak habis pikir, mengapa Danu lebih memilih wanita itu dibanding kamu."
"Mungkin dia lebih cantik, Tante. Lagi pula, Renata itu teman dekat saya juga."
"Hush! Jangan pernah sebut nama wanita itu di sini. Jujur, tante, nggak suka sama wanita itu. Dengar, meskipun, dia temanmu. Tante tetap memiliki pandangan berbeda tentang kalian. Jadi, agak nyesel, kenapa kamu baru kelihatan setelah sekian lama." Sonya menghela napas dalam, ada sesal di raut wajahnya.
"Tante, nggak enak bicara seperti ini. Aku jadi nggak enak sama Ren..."
"Eits...! Jangan sebut nama itu!" Sonya mengacungkan telunjuknya dan menggerakkan ke kiri dan kanan, isyarat tidak boleh.
Sarah mengangguk pelan. Dalam hatinya bersorak kegirangan dengan apa yang dikatakan oleh Sonya.
Dia telah mendapat lampu hijau oleh Sonya, untuk mendekati Danu.
"Sarah, bawa ke atas dulu, ya, makanan untuk Danu."
"Kalian seharian ngamar juga boleh." Sahut Sonya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Sarah tersenyum malu.
"Ah, nggak Tante. Dosa!" Sahut Sarah sambil tertawa kecil, dan berlalu ke atas, ke kamar Danu.
Sonya tersenyum sambil memandang punggung Sarah.
"Cantik, sopan, terpelajar, tau tata krama. Huh, dia wanita yang cocok untuk Danu." Gumam Sonya sambil meneruskan kegiatannya kembali.
Tok tok
Sarah mengetuk pintu kamar Danu perlahan.
"Masuk! " Sahut Danu dari dalam.
Sarah membuka pintu dengan susah payah.
Melihat Sarah masuk dengan membawa nampan, Danu bergegas menghampiri dan membantu melebarkan pintunya dan menutupnya kembali.
"Mengapa repot repot kemari? Apalagi ini, bawa makanan ke kamar segala, memangnya aku masih sakit." Ucap Danu dengan nada protes.
"Nggak apa apa. Aku cuma mau memastikan, kamu baik baik saja. Jangan sampai terlambat makan, supaya asam lambungmu nggak kumat lagi. Lagipula, memangnya kamu nggak ingin tahu pekerjaan di kantor?" Sarah menatap Danu sambil menyatukan alisnya.
Danu tersentak. Ucapan Sarah seakan menyindirnya.
Menyindir tentang pekerjaannya, yang sejujurnya, Danu pun tak ingat apa apa.
Apan pekerjaannya, di mana kantornya, apa posisinya, dia tak tahu, apa yang harus dilakukan olehnya.
"Memangnya kamu tahu?" Tanya Danu.
"Aku tahu. Tapi, kamu harus makan dulu."
Danu menatap Sarah lekat lekat.
Sejujurnya, Danu sama sekali tak ada perasaan dekat pada wanita di depannya ini. Berbeda saat dia melihat Renata, saat di rumah sakit.
Sorot mata Sarah dan Renata berbeda.
Namun, dia pun juga ragu dengan apa yang dirasakan saat itu. Dia harus waspada dengan semua orang yang ada si sekelilingnya saat ini.
"Apalagi yang kamu tahu tentang aku?" Tanya Danu sambil meraih sepotong roti lapis buatan Sarah.
Sarah tak langsung menjawab. Sarah, menatap Danu dengan lembut.
"Kamu menyukai kopi dengan krimer. Lalu menyukai udara yang sejuk."
Jawab Sarah. Tentu saja, semua itu diketahuinya dari cerita Renata mengenai Danu.
"Hhhmm... Aku rasa semua orang suka hal itu."
Danu merasa hal yang dikatakan Sarah tentang dirinya adalah hal yang biasa.
"Kamu sering melarikan diri di tempat yang sepi, saat sibuk di kantor. Pergi ke suatu tempat, di pelosok desa, lalu duduk di tepi sungai atau sawah, sambil menikmati secangkir kopi. Lalu kamu juga suka bersepeda, ke pelosok-pelosok saat libur."
Itulah, kebiasaan Danu, kala penat dengan pekerjaan dan meeting yang berlarut-larut.
Dia melarikan diri dari pekerjaannya, mencari Renata yang sering menyendiri sambil melukis.
Danu menemani Renata sambil menikmati secangkir kopi, sambil mengobrol bersama.
Kebiasaan Danu itu, sering diceritakan oleh Renata pada Sarah.
Asam lambung yang diderita Danu, atau hobi Danu bersepeda.
Danu memandang Sarah, meyakinkan dirinya untuk mempercayai wanita yang ada di depannya itu.
Saat membuka matanya, Sarah telah menemaninya. Lalu terlihat sangat akrab dengan mamanya.
"Bagaimana aku bisa kecelakaan?"
Tanya Danu.
Sarah tak langsung menjawab pertanyaan Danu.
Sarah membalas tatapan Danu sambil menghela napas berat.
"Malam itu, kita usai menikmati makan malam bersama. Kita, asyik mengobrol dan tertawa bersama. Lalu, sebuah truk yang hilang kendali menabrak kita."
Sarah terdiam dengan raut wajah sedihnya, yang tentu saja itu adalah bohong.
"Kita beruntung, airbag mobil bekerja dengan baik. Aku hanya lecet saja. Namun, kamu yang masih harus perlu mendapat perawatan. Lalu kamu bangun, tanpa dapat mengingat aku, dan dirimu sendiri." Sarah menepuk pundak Danu dengan lembut.
"Siapa Renata? "
"Renata adalah wanita dari masa lalu mu. Dia meninggalkan dirimu untuk orang lain. Lalu kita bertemu, dan kita menjadi sangat dekat."
Sarah menatap Danu untuk meyakinkan lelaki itu.
Danu memajukan tubuhnya menatap lekat wajah Sarah yang hanya berjarak dua senti saja.
Danu semakin mendekat, dan dekat.
Sarah gentar, ada rasa ingin memajukan tubuh dan mencium Danu. Tapi, Sarah tak ingin terburu buru
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments