Melamar Sarah

Sarah membuka matanya perlahan, merasakan nyeri bagian bawah tubuhnya. Sarah memegang kepalanya yang masih terasa berat, dan menyadari bahwa pakaiannya telah berhampur di lantai kamar, dan kini hanya tertutup oleh selimut.

Semalam, Sarah menemani Danu ke acara pesta seorang rekan bisnis Danu, dan kembali dalam keadaan setengah mabuk.

Sonya menyuruh Sarah untuk langsung mengantar Danu ke kamar, namun yang terjadi Sarah tak keluar lagi dari kamar Danu semalaman.

Sarah menatap lekat-lekat wajah Danu sambil tersenyum tipis.

"Aku senang akhirnya bisa bersamamu." Batin Sarah sambil membelai lembut pipi Danu.

Danu membuka matanya dan tersenyum.

"Pagi! Kamu sudah bangun." Sapa Danu sambil tersenyum menatap Sarah.

"Apa yang kita lakukan semalam, Danu?"

Danu tersenyum sambil meraih jemari Sarah yang masih di pipinya.

"Semalam kita terlalu banyak meminum alkohol, dan kita berakhir seperti ini."

Danu mencium tangan Sarah dengan lembut, Sarah membiarkan saja dan menikmatinya.

"Rasanya aku ingin tidur saja seharian di sini bersamamu, Sar. Apa kamu menyesal?" tanya Danu.

Sarah menggelengkan kepalanya pelan.

Keduanya saling berpandangan, seakan dapat saling memahami satu sama lain akan hasrat dan gairah yang mereka rasakan pagi itu.

"Aku akan ke toilet dulu." Sarah meraih kaos yang ada di dekatnya, lalu mengenakannya, dan berlari ke kamar mandi.

Danu tersenyum geli melihatnya, Sarah mengenakan kaos miliknya.

Sarah yang tak kunjung keluar dari kamar mandi, membuat Danu khawatir dan bergegas beranjak dari ranjang untuk memeriksa Sarah.

"Sar, kamu baik baik saja?" Tanya Danu sambil mengetuk pintu kamar mandi.

Sarah membuka pintu kamar mandi dan menatap Danu.

"Ada apa?"

Danu meraih tangan Sarah dan memeluknya erat.

"Aku ingin memulai kembali denganmu, Sarah. Meski pun dirimu tak ada dalam ingatanmu, namun, kali ini aku akan mencoba untuk bersamamu."

Sarah mendongak, menatap Danu, lalu mengangguk pelan.

Danu menautkan bibir pada Sarah, membangkitkan kembali semua hasrat. Terdengar suara lenguhan manja dari bibir Sarah. Danu melepas kaos milik Sarah, lalu menggendong Sarah kembali ke atas ranjang.

Keduanya sedang dalam mode panas, Danu memainkan dan menghisap puncak gunung kembar milik Sarah dengan lembut, membuat Sarah mengeluarkan suara manjanya kembali.

Nafsu telah menguasai sepasang anak manusia yang saling membutuhkan.

Pinggul Danu bergerak menghujamkan tongkat perkasanya dalam lubang milik Sarah.

Peluh dan saliva bercampur menjadi satu pagi itu. Berkali-kali Sarah dan Danu mengeluarkan raungan penuh nafsu.

Sarah memacu tubuhnya naik turun di atas Danu, membuat Danu merasa puas.

Tubuh keduanya yang tanpa jarak bergumul menuju titik puncak nikmat mereka bersama.

Danu memeluk tubuh Sarah, mencium kembali wanita itu. Danu merasa sangat bahagia pagi itu. Meski dalam ingatannya, Sarah seolah tak ada, namun, Danu merasa memiliki hubungan dengan Sarah selama ini.

"Aku akan pulang." Ucap Sarah mengurai pelukan Danu.

"Aku akan antar."

Sarah mengangguk.

Setelah membersihkan diri, Danu mengantar pulang Sarah ke apartemen.

Sonya tersenyum senang melihat Sarah dan Danu bersama. Terlebih semalam dia tak sengaja mendengar jeritan Sarah dan Danu saat sedang memadu kasih.

*

"Terima kasih, sudah mengantarku pulang."

"Bolehkan aku mampir ke tempatmu?"

Danu menatap lekat Sarah.

Dada Sarah berdegup sangat kencang. Semalam dia telah menghabiskan waktu bersama Danu, lalu pagi ini pun, dia masih sempat bersama Danu.

Sekarang, Danu hendak ke tempatnya. Dalam lubuk hatinya, Sarah bersorak girang, akhirnya mendapatkan perhatian Danu.

Kali ini, Sarah mengangguk, dan membiarkan Danu menemaninya.

Bukan hanya hari itu, namun, hari hari berikutnya, Danu dan Sarah sering menghabiskan waktu bersama.

Danu menambah waktu kontrak dengan perusahaan Sarah, supaya Sarah masih membantu di perusahaan miliknya.

Danu merasa sangat senang, dia memang masih merasa ada yang mengganjal, namun dia sangat menikmati setiap kebersamaan bersama Sarah.

"Mama melihat, Kamu dan Sarah semakin dekat." tanya Sonya pada Danu saat mereka sedang sarapan.

"Ya. Dia banyak membantu dalam mempersiapkan perusahaan untuk go public. Peluncuran penjualan saham yang dilaksanakan seminggu yang lalu juga sangat bagus perkembangannya. Jadi, Sarah aku perpanjang kontrak kerjanya."

Tukas Danu sambil mengoles selai pada roti tawarnya.

"Bukan soal kerjaan. Mama tidak buta dan bodoh, Danu. Mama sering melihat kalian bersama dan dia juga sering menemanimu. Mama hanya merasa tidak enak jika kalian sering bersama, namun tidak ada kejelasan. Kamu itu keluarga Rajasa, keluarga terhormat. Mama nggak mau ada berita gosip mengenai dirimu. Itu saja."

"Jadi maksud Mama apa?"

"Kamu menyukainya?"

Danu terdiam mendengar pertanyaan Sonya. Lalu perlahan dia mengangkat wajahnya menatap Sonya.

"Ya, aku menyukainya, tapi aku belum yakin, Ma."

"Tidak masalah, Danu. Perasaan itu akan timbul seiring berjalan waktu. Yang pasti kamu harus menyukainya dan kalian harus sering sering bersama. Mama menyukai Sarah."

Senyum Sonya mengembang, lalu menepuk punggung tangan Danu.

Danu mengangguk.

"Akan aku pikirkan dulu, Ma."

"Jangan lama lama mikirnya, ya!"

Danu mengangguk, lalu melahap sisa roti yang masih ada di tangannya.

Suatu malam, usai menghadiri pesta rekan bisnis, Danu mengantar Sarah pulang.

"Terima kasih. Mau mampir?" Sarah menawari Danu.

Danu mengangguk pelan, lalu keduanya masuk.

Sarah meletakkan tas di atas meja, lalu menuju ke dapur.

"Kamu masih lapar?" Tanya Sarah.

"Lumayan. Meski di tempat pesta banyak makanan, aku tak begitu berselera makan banyak."

Sarah tergelak mendengar jawaban Danu.

"Baiklah, melihat isi kulkas ini, sepertinya, yang bisa aku buat hanya spaghetti ala kadarnya saja."

Sahut Sarah sambil mengeluarkan beberapa tomat, daging cincang, dan beberapa saos yang ada di kulkas.

"Kamu buatkan mi instan saja, juga gak masalah buatku."

"Masalahnya, stok mi instan ku habis. Tinggal spagetti dan pasta."

Sarah mengenakan celemek, lalu dengan cekatan mengiris bumbu, sambil memasak air untuk merebus spagetti.

Tangan Sarah yang terampil memainkan pisau dan alat masak di dapurnya membuat Danu terpesona.

Danu memperhatikan Sarah memasak dari bangku meja makan, bagai melihat pertunjukan chef profesional sedang memasak.

"Sepertinya, mama benar. Sarah mungkin adalah pilihan tepat bagiku. Dia wanita yang baik dan mencintaiku dengan tulus. Semoga saja, pilihanku kali ini adalah benar. Aku akan memilih Sarah untuk masa depanku."

Danu merogoh saku celananya sambil tersenyum, menunggu saat yang tepat untuk memberikan pada Sarah benda yang ada dalam saku celananya.

"Sudah siap!"

Sarah dengan gembira membawa dua piring berisi spagetti, dan menaruh di hadapan Danu, lalu di sebelahnya satu.

Sarah tersenyum sambil menatap Danu.

"Wah, harum sekali! Pasti lezat." Puji Danu.

"Bohong! Dicobain saja belum, sudah bilang lezat. Tau dari mana coba?" Protes Sarah.

"Makanan itu dapat diprediksi lezat dan tidak, dari bau saat memasak. Jika saat memasak sudah harum baunya, pasti fix, itu lezat."

Sahut Danu sambil mengambil garpu, lalu memutar garpu pada spagetti, dan memasukkan dalam mulutnya dengan lahap.

Danu mengunyah dengan santai, sedang Sarah menatap Danu dengan penasaran.

"Gimana rasanya?" Sarah menatap Danu dengan tatapan penasaran.

Danu masih diam mengunyah, lalu tiba tiba dia mencium pipi Sarah.

"Sudah dibilangin lezat, enak, endulita. Kamu masih ngeyel!"

Sarah tersenyum senang, lalu balas mencium pipi Danu.

"Terima kasih."

Keduanya menikmati spagetti sambil bercanda.

Selesai makan, Danu membantu Sarah mencuci piring dan membereskan dapur.

"Sarah." Danu membalikkan tubuhnya menatap Sarah usai mengeringkan tangannya dengan lap.

"Ya. Ada apa?"

"Aku tidak tahu kapan perasaan ini muncul di dalam hati dan pikiranku. Aku tahu ini mungkin terlalu cepat, tapi aku telah yakin dengan keputusanku kali ini. Selama dua minggu, aku dan kamu dekat, lalu aku mulai merasa nyaman denganmu. Aku ingin kamu menjadi pendamping hidupku, untuk masa depanku." Danu mengambil kotak kecil pada sakunya dan menyodorkan pada Sarah.

"Sarah, maukah kamu menjadi istriku?"

Sarah tercenung, tubuhnya kaku. Sarah masih syok, dia tak menyangka Danu akan secepat ini mengajaknya menikah.

Sarah senang dan bahagia, namun, tetap belum percaya apa yang baru saja dialaminya.

Sarah menerima lamaran Danu, lalu malam itu juga, dia memposting jarinya yang tersemat cincin pada jari manisnya.

Selamat, ya, Sarah... Semoga langgeng, dan jangan lupa kenalkan calon suamimu padaku.

Renata mengirimkan chat beberapa menit setelah Sarah mengunggah pada sosial medianya.

Ada rasa bersalah terselip, namun, dia sudah bertekad untuk mendapatkan dan memiliki Danu seutuhnya sebagai suaminya. Sarah tak kan melepaskan Danu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!