Kedatangan Malik

"Bu, bolehkah saya membantu mengajar di sekolah ini?"

Sontak, ucapan Renata membuat Bu Reni, kepala sekolah merangkap guru sekolah terkejut.

"Saya memiliki pendidikan keguruan, lalu pernah mengajar. Namun, saya lebih memilih melukis dalam beberapa tahun ini. Melihat sekolah ini, mendengar cerita Ibu, saya tertarik."

"Astaga! Apakah saya bermimpi? Bu Lala, Bu Ani!" Bu Reni memanggil dia teman gurunya.

Bu Lala dan Bu Ani menatap Renata tak percaya.

Renata membalas dengan anggukan kepala sambil tersenyum.

"Besok saya akan bawa salinan ijasah, dan berkas keguruan saya."

"Bu Renata, anda sungguh-sungguh? Ibu hanya sebagian honorer, yang bayarannya rendah, bahkan dirapel kadang sampai satu tahun bayarannya." Bu Lala masih tak percaya.

"Iya, Bu. Saya sungguh-sungguh. Urusan honor bisa menyusul. Sungguh, saya ingin membantu mengajar di sini."

Renata menatap Bu Lala, Bu Reni, dan Bu Ani berganti.

*

"Aku harus menemukan Malik. Aku tak tahu siapa yang dapat aku percaya saat ini. Tapi, aku sangat yakin, lelaki bernama Malik adalah sahabat yang dapat membantuku."

Danu menatap buku alumni kampusnya, dan menatap fotonya bersama seorang teman saat wisuda.

Danu merasa sangat kerepotan mengurus perusahaan, terutama, beberapa hari yang lalu asistennya, mengabarkan, bahwa hotel di pedesaan siap dibangun, namun, belum ada yang mengawasi dan bertanggung jawab di sana. Pihak manajemen, sedang sibuk dengan urusan ekspor barang.

Danu segera menghubungi asistennya untuk mencari sosok lelaki bernama Malik.

Tak butuh menunggu lama, sang asisten dalam dua hari telah mampu mendapatkan nomor Malik.

Kini, dia hanya menatap deretan angka nomor ponsel Malik dengan ragu.

Danu menatap layar ponselnya, lalu memasukkan nomor Malik. Sejenak dia diam sambil terus memandangi ponselnya dengan ragu.

Danu mengambil napas dalam-dalam, lalu memantapkan hatinya untuk menghubungi Malik secara langsung.

"Halo?" Terdengar suara bas Malik.

Danu tersenyum, entah, dia merasa familiar dengan suara itu.

"Malik?"

"Danu?"

Keduanya terdiam sejenak.

"Astaga! Apa kabar Dan? Ada apa menghubungi aku? Tunggu, bagaimana kamu menemukan nomor ini?"

"Aku punya banyak intel, yang membantu mencari dirimu."

Keduanya sama sama terkekeh.

"Ya, aku lupa, jika dirimu sudah menjadi pengusaha terkenal di Indonesia. Apa gerangan yang membuat Tuan Danu menghubungi sahabat yang telah terlupakan ini?"

Danu terkekeh.

"Aku ingin meminta bantuanmu."

"Bantuan apa?"

"Kembalilah ke Indonesia, aku punya pekerjaan bagus untukmu."

"Memangnya, tidak ada orang lain yang bisa membantumu?" tanya Malik penasaran, karena selama ini mereka tidak pernah berhubungan lagi setelah Danu kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya.

"Malik.... " Danu mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya.

"Danu, Dan..., apa kamu baik- baik saja?"

Suara Malik terdengar khawatir.

"Tidak. Aku mengalami kecelakaan, sehingga membuat ingatanku menghilang. Aku begitu kerepotan menyelesaikan semua pekerjaan. Papa mengurus perusahaan yang ada di Amerika, dan tidak bisa membantuku. Lalu, aku menemukan foto kita, saat wisuda. Aku yakin, kamu pasti sahabatku. Jujur, saat ini aku memang tak dapat mengingat dirimu, tapi aku percaya kamu dapat aku andalkan dan jujur."

Malik terdiam mendengar penjelasan Danu.

"Dan, terima kasih, atas kepercayaanmu. Tapi, beri aku waktu untuk menyelesaikan pekerjaan di sini. Nanti akan aku kabari, jika sudah siap kembali ke tanah air."

"Tolong beritahu secepatnya. Aku sangat membutuhkan dirimu."

Suara Danu terdengar putus asa.

"Aku akan membantumu. Danu, kamu pasti bisa melalui ini semua."

*

Dua minggu kemudian.

"Selamat datang kembali ke tanah air, temanku!"

Danu memeluk Malik saat tiba di kediamannya.

"Halo Malik! Selamat datang! Kamu sekarang terlihat lebih tampan." Sonya menghampiri Malik dan memberi cipika cipiki.

"Terima kasih, Tante. Tante terlalu memuji saya. Saya masih seperti dulu."

"Kenalkan, ini Sarah, calon istriku."

Danu mengenalkan Sarah pada Malik.

Sarah mengulur tangannya, dan Malik menyambutnya.

"Sarah."

"Malik."

"Wow, Danu memang tidak pernah berubah. Selalu mendapatkan wanita cantik sebagai pendampingnya. Kali ini, dia sungguh beruntung, mendapatkan wanita secantik kamu."

Malik menatap Sarah sambil tersenyum, lalu menoleh ke arah Danu.

"Kamu pikir, kamu tidak?"

Malik menepuk punggung Danu.

"Kisah masa muda kita, teman. Jangan dibongkar di sini!"

Danu terbahak mendengar Malik.

Malam itu Malik menginap di rumah Danu.

"Apa yang sebenarnya menimpa dirimu, Dan?"

Tanya Malik usai mempelajari tempat usaha yang akan dikelolanya.

"Entahlah. Hari itu, aku terbangun, dan tak ada satu pun yang dapat aku ingat. Semakin aku berusaha untuk mengingat, semakin berat dan pusing rasanya kepalaku. Itulah, alasan aku memintamu untuk pulang membantuku."

"Bagaimana kamu bisa yakin aku akan membantumu?

Sejenak, Danu terdiam mendengar pertanyaan Malik.

" Aku tak tahu. Feeling saja. Ketika aku menatap foto kita saat wisuda, lalu beberapa foto saat kita bermain basket, atau saat di sekolah dulu, aku merasa kita dekat. Tapi, aku juga tak tahu, kenapa kamu tinggal di Jerman, dan tak kunjung pulang."

Malik menatap Danu, lalu menepuk bahu sahabatnya pelan.

"Aku kehilangan kekasihku, dan aku tak bisa melupakannya. Aku depresi. Kamu selalu menghibur aku. Meski aku sering menolakmu, tapi, kamu selalu datang untuk membawakan makanan atau vitamin untukku. Hingga Om Tedy, papamu, datang menemuiku dan memberi pekerjaan di Jerman. Hingga sekarang."

"Aku turut berdukacita."

Danu menepuk bahu Malik.

"Ya. Aku pikir, kembali ke tanah air, bukan hal yang buruk. Hidup itu harus terus berjalan, aku harus bisa menaklukkan rasa kehilanganku."

Keduanya sama sama terdiam dalam pikiran masing-masing.

Lalu Danu menuangkan minuman dan menyodorkan pad Malik.

"Untuk hidup barumu, Teman!"

"Untuk hidup barumu juga! "

Keduanya menikmati minuman sambil mengobrol banyak hal.

Malik turut simpati akan kejadian yang menimpa Danu.

*

Keesokan harinya, Malik telah bersiap untuk berangkat menuju lokasi penginapan yanga akan dibangun oleh Danu.

"Di sana sudah ada orang orang kantorku, pembangunan sudah mulai berjalan dia minggu ini. Aku lupa nama nama pegawai ku di sana. Tapi, jangan khawatir, sopir ku ini sudah sering bolak balik ke sana untuk mengantar orang kantor mengecek lokasi."

"Baiklah, aku pamit dulu. Nanti aku kabari sesampainya di sana. Kamu tenang saja, aku akan kirim laporan progres pembangun setiap minggunya padamu."

"Aku percaya padamu."

Danu memeluk Malik sesaat, lalu Malik melepas pelukan mereka, dan segera masuk ke mobil yang akan membawanya ke lokasi pembangunan penginapan milik Danu.

Malik menikmati perjalanan kali ini, sang sopir juga menjadi teman mengobrol yang menyenangkan menurutnya.

Tak terasa setelah perjalanan selama enam jam, akhirnya mereka tiba di lokasi.

Restu menyambut kedatangan Malik.

"Selamat datang, Pak. Saya Restu, dan ini beberapa teman team yang bekerja di sini selama pembangunan tempat ini."

"Saya Malik. Semoga kita semua dapat bekerja sama dengan baik untuk seterusnya."

Restu menerangkan laporan progres selama dua minggu pembangunan, lalu menemani Malik mengelilingi lokasi.

"Maaf Pak, jika Bapak lelah, sebaiknya beristirahat di paviliun saja. Perjalanan jauh pasti sangat melelahkan."

Restu melihat Malik mulai terlihat kelelahan.

Malik kembali ke paviliun tempat tinggalnya yang berada di kawasan hotel. Restu mengantar Malik.

"Pak, jika ada apa-apa, segera hubungi saya. Ada karyawan juga yang bekerja untuk mengurus tempat ini, jadi Pak Malik tidak usah khawatir akan pakaian kotor, makanan, atau rumah kotor. Semua akan dikerjakan oleh pelayan di sini."

"Baiklah, terima kasih, Restu."

"Sama sama, Pak."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!