Diusir

"Bu, aku ingin ke rumah Mama Sonya."

Renata duduk di kursi makan menemani sarapan Bu Dewi.

"Apa kamu yakin? Apa kamu sudah benar-benar sehat dan pulih? "

Renata mengangguk mantap.

"Ibu khawatir.... "

"Tenang saja, Bu. Rena bisa mengatasi semuanya. Rena akan berusaha membantu Mas Danu untuk mengingat masa lalunya."

Sela Renata saat ibunya berbicara.

"Bukan, bukan, itu. Ibu tidak khawatir pada Danu, tapi pada mertuamu."

Bu Dewi menepuk bahu Renata dengan lembut.

"Jangan cemas, Bu. Aku dan Mas Danu sudah terbiasa dengan hal itu, dan kami sudah dapat melaluinya selama ini."

"Tapi, kali ini berbeda. Keadaan Danu tidak seperti dulu." Suara Bu Dewi bergetar, terdengar cemas.

"Aku akan baik baik saja, Bu. Percaya padaku."

Renata tersenyum, lalu meninggalkan Bu Dewi menuju kediaman keluarga Danu.

Renata hanya duduk diam sambil menatap jalanan melalui jendela taksi online yang membawanya. Ada rasa takut menyusup dalam hatinya. Ketakutan akan kehilangan suaminya, orang yang selama ini dicintai dan mencintainya.

Selama ini, Renata mampu menghadapi semuanya karena ada Danu di sisinya. Namun, sekarang berbeda, Danu bukanlah Danu yang dulu. Saat ini Danu mengalami hilang ingatan, bahkan hampir semua memori dalam otaknya telah hilang, dan ketika Renata tersadar, Danu telah bersama mama Sonya.

Mama Sonya yang sejak awal tak menyukai Renata, selalu berusaha menyudutkan dan memisahkannya dengan Danu.

Renata hanya bisa menghela napas dalam dalam memikirkan itu semua.

"Sudah sampai, Mbak." Ucapan sopir taksi online menyadarkan Renata dari lamunannya.

"Eh, iya. Sudah sampai?" Renata menatap ke arah luar, lalu mengangguk pada sang sopir.

"Terima kasih, Pak."

Renata keluar dari mobil, lalu berdiri sejenak menatap rumah besar yang ada di depannya.

Sejujurnya, dia gentar. Renata ingin rasanya mundur dan segera berlalu dari rumah itu.

"Non Renata!" Panggil seseorang tiba-tiba.

Renata menoleh ke arah suara, dan tersenyum.

"Pak Agus. Apa kabar?"

Renata menyalami satpam yang bekerja bagi keluarga Danu.

"Baik, Non, apa kabar? Non, baik baik saja?" Satpam itu menatap Renata dari ujung kepala hingga kaki.

"Saya baik-baik saja, Pak. Ada apa?"

"Kata Nyonya, Non Rena lumpuh, koma, dan tak tertolong, sewaktu membawa Tuan Danu pulang kemarin."

Terang Pak Agus sambil menatap Renata yang hanya bisa bengong saat mendengar penjelasan satpam itu.

"Saya memang sempat koma, tapi, saya sekarang sudah sembilan puluh lima persen pulih, Pak."

"Syukurlah, Non. Saya sangat senang mendengarnya."

"Tuan Danu ada di rumah?" Tanya Renata.

"Tuan Danu berangkat kerja, tapi, biasanya sebentar lagi pulang untuk makan siang di rumah."

"Oya? Mama Sonya pasti telah merawat Tuan Danu dengan baik selama saya memulihkan diri."

Pak Agus hanya diam sambil tersenyum sedikit terpaksa.

"Ada apa, Pak?" Renata seolah bisa membaca perubahan raut wajah satpam itu.

"Eh, nggak ada apa apa, Non. Silahkan masuk saja. Ada Nyonya di dalam."

"Baik."

Renata tersenyum pada Pak Agus, lalu bergegas masuk ke dalam rumah besar keluarga Danu.

"Hei! Sedang apa kamu di sini? Siapa yang menyuruhmu datang ke rumahku?" Sambut Sonya ketika melihat Renata duduk menunggu di ruangan tamu.

"Ma, aku mau ketemu Mas Danu. Dia suamiku."

"Oh, suami? Dengar, Danu saat ini sudah tidak memiliki istri lagi. Kamu bukan istrinya lagi. Saya sudah mengurus surat perceraian kalian melalui pengacara. Tunggu saja."

Sonya menatap Renata dengan sinis.

"Ma, atas dasar apa, Mas Danu menceraikan aku? Selama ini kami tidak ada masalah, Ma. Kami baik baik saja. Mas Danu hanya mengalami amnesia. Aku istrinya! Biarkan aku mengurusnya, dan membantu memulihkan ingatannya, Ma."

Renata berucap dengan sungguh sungguh.

Sonya hanya menggelengkan kepalanya.

"Biarkan saja. Danu tak butuh kamu. Dia telah menemukan wanita lain yang lebih bisa dan mempu mengurusnya. Pergilah! Tunggu saja, pengacara aja menemuimu untuk mengurus surat perceraian kalian."

Sonya setengah mengusir Renata.

"Ma? Aku masih istri dah Mas Danu! Aku tidak mau menandatangani surat perceraian!"

Renata membalas dengan suara keras.

"Oh, sudah bisa melawan, kamu sekarang!"

Sonya perlahan berjalan mendekati Renata dengan tatapan tajam bagai elang yang siap menangkap mangsanya.

Renata sedikit gentar, dia perlahan sedikit mundur ketika Sonya mendekati tubuhnya yang lebih kecil.

"Ma, apa salahku? Mengapa Mama baru sekarang mengatakan bahwa Mas Danu tak butuh aku. Aku dapat merawat Mas Danu, Ma. Meskipun dia tidak bisa mengingat, aku yakin, aku dapat membantunya, Ma."

"Kamu mau membantu mengembalikan ingatan Danu? Memangnya kamu dokter?" Sahut Sonya dengan sinis.

"Aku telah berkonsultasi dengan dokter yang menangani Mas Danu. Ada kemungkinan ingatan Mas Danu akan dapat pulih, jika orang-orang terdekatnya yang turut merawatnya, dan sering berinteraksi dengannya."

Renata menatap mertuanya dengan penuh harap.

"Jangan mimpi kamu wanita rendah! Kami merestui kalian, karena Danu. Hanya itu. Danu tidak pantas bersanding bersamamu! Satu lagi, jangan pernah lagi memanggilku dengan sebutan mama! Mulai sekarang aku bukan lagi mertuamu, dan Danu bukan suamimu lagi! Besok pengacara akan datang ke rumahmu untuk membawa surat perceraian kalian!" Tukas Sonya dengan penuh penekanan pada setiap kata katanya.

Tubuh Renata bagai luluh lantak, harapan yang dia bawa sejak dari rumah, mendadak hilang sekejap karena ucapan mertuanya. Sekujur tubuhnya gemetar saat menatap mata Sonya.

"Ma..."

Renata terduduk di kursi dengan lunglai, dan pandangan matanya berkunang.

"Sekarang, silahkan kamu pergi dari rumah ini segera, dan jangan pernah sekali kali mendekati Danu, apalagi kamu berusaha untuk mengingatkan dia! Camkan itu! Jika kamu berani melakukan itu, kamu akan merasakan akibatnya! " Ancam Sonya dengan tatapan tajam.

Sonya melengos sekilas, lalu berlalu dari ruang tamu, meninggalkan Renata yang masih syok.

Renata menyeka air mata yang mengalir dari sudut matanya. Menatap sekeliling ruangan itu.

Kosong.

Renata mengambil napas dalam dalam sebelum akhirnya dia meninggalkan rumah orang tua Danu.

Renata berjalan gontai, menapaki halaman besar kediaman orang tua Danu.

"Non, Non Rena baik baik saja kah?" Pak Agus dengan sigap menangkap tubuh Renata yang setengah limbung.

Renata menggeleng lemah, lalu tangisnya kembali pecah.

Pak Agus membawa Renata menuju pos penjaga di dekat pagar. Lalu memberikan segelas air mineral pada Renata.

Renata meneguk hingga habis, sambil menyeka air matanya dengan tangannya, tangisnya perlahan mereda.

"Ada apa, Non? "

Renata berusaha tersenyum, saat menatap satpam keluarga Danu itu.

"Terima kasih, Pak. Saya tidak apa apa."

"Non, bapak tahu, Non pasti diusir oleh Nyonya. Saya carikan taksi saja dulu, ya. Untuk mengantar Non Rena pulang."

"Tidak usah, Pak. Saya bisa pesan via online."

"Non, bisa menunggu di dalam pos jaga saja."

Renata mengangguk menerima tawaran satpam itu.

Saat Renata sedang memesan taksi online, sebuah sedah mewah menuju rumah besar itu.

Pak Agus yang melihat mobil itu dari jauh, segera bergegas untuk membuka gerbang, dan membungkuk hormat.

Renata melirik jam tangannya, jam makan siang. Segera dia sadar, itu adalah mobil yang membawa Danu, suaminya pulang ke rumah untuk makan siang.

Sonya keluar dari rumah menyambut pulang putranya.

Saat melihat Renata masih ada di halaman rumahnya, Sonya segera menoleh pada Pak Agus.

"Kenapa dia masih di sini?"

"Ma-maaf, Nyonya. Tadi Non Rena numpang menunggu taksi online."

Jawab Pak Agus tergagap.

"Dia bisa menunggu di luar, ngapain pakai acara numpang duduk di pos? Kamu ya, yang nawari? Saya pecat kamu, baru tahu rasa!" Bentak Sonya.

"Eh, maaf, Nyonya."

Danu keluar dari mobil, Renata segera berlari menghampiri Danu.

"Mas Danu."

Renata berdiri di hadapan Danu sambil tersenyum.

Danu yang masih bingung hanya bisa mengerutkan keningnya menatap Renata.

"Mau apa kamu? Pergi!" Sonya berteriak sambil menarik lengan Renata untuk menjauh.

"Agus, usir dia dari rumah ini! Cepat!"

"Ma, apa salah saya? Dia suamiku, Ma!"

"Jangan mimpin kamu! Jangan panggil aku mama! Aku bukan mamamu! Aguuussss!"

Sonya berteriak sambil menoleh ke arah satpam rumahnya.

Pak Agus segera memegang lengan Renata.

"Maaf, Non." Ucap Pak Agus pelan.

Pak Agus membawa Renata meninggalkan halaman rumah, hingga keluar gerbang.

Ketika menoleh ke arah dalam, betapa terkejutnya Renata, ketika seseorang keluar dari sisi lain pintu mobil.

Seorang yang sangat dikenalnya, Sarah.

"Sarah? Kok dia di dalam mobil itu? Berarti selama ini dia bersama Mas Danu."

Gumam Renata masih tertegun menatap punggung Sarah yang masuk ke dalam rumah besar keluarga Danu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!