Melody berdiri menepuk-nepuk pantatnya, raut tak suka masih terpasang di wajahnya meskipun Rosa terus tersenyum padanya.
Tak heran Daniel malas belajar dengan dia.
Daniel naik ke pangkuan pengasuhnya, muram di wajahnya telah hilang. Tangan jahilnya memainkan rambut Melody yang terurai, karena panjangnya cukup ia memasukan sehelai rambut lurus itu ke lubang hidung Melody sendiri. Dengan segera pemilik rambut itu melepasnya.
"Aku kan cuma mendengarkan berita secara langsung, ketimbang mendengar gosip dari mulut orang lain," ucap Melody sambil mendudukkan Daniel di atas meja makan.
"Sama saja itu namanya menguping." Daniel menyeringai. "Dasar tidak tahu malu," ledeknya.
"Ugh ..." Melody berdecak sebal.
Sepintas Melody mendapatkan ide.
"Rosa, apa aku ganti saja ya? Aku belum pernah mendapat murid les sekecil Daniel, tapi kalau dia sepertinya tidak akan sulit." pikirnya.
Selain mengerjakan tugas orang lain, Melody juga pernah beberapa kali dibayar untuk menjadi guru les privat anak sekolah menengah.
Benar, aku akan mengajukannya pada kak Jamie!
Diambilnya sepiring tumis sayuran hijau dan sup dada ayam yang telah selesai dipanaskan dalam microwave. Setelah disajikan dengan sepiring nasi, Melody menurunkan Daniel ke kursi. Melody senang karena Daniel tak manja, memakan makan siangnya secara mandiri
Jika senggang di pagi hari, ayahnya akan memasak untuk makan siang anaknya dan juga Melody. Untuk saat ini Melody hanya ikut duduk mengawasi, ia akan makan jika sudah waktunya.
Daniel melirik ke arah Melody yang sedang membilas-bilas sehelai rambutnya di bak cuci piring, terlihat butiran-butiran nasi menempel di sekitar mulut Daniel membuat Melody menahan tawanya. Selesai membersihkan rambutnya, ia kembali duduk menemani Daniel makan.
"Padahal Miss Rosa juga suka nguping."
Melody tertegun. "Nguping siapa?"
"Pertengkaran ayah dan bunda," lugas Daniel.
"Wajah tanpa dosa itu ... Daniel memang polos atau dia sudah terbiasa? Pertengkaran dalam rumah tangga adalah hal yang lumrah, itukah yang Daniel pikir? Memang umurnya berapa?" batin Melody.
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di otaknya, tetapi tak ada waktu untuk melamun. Melody mengambil obat dan segelas air, cara minum obat Daniel adalah dihaluskan terlebih dahulu kemudian dicampur dengan sesendok air.
Daniel mulai mengantuk karena efek dari obat yang dia minum. Melody menggendongnya ke tempat tidur, sebelum kasurnya menelannya ternyata Daniel sudah duluan masuk ke dunia mimpi. Melody mengecup dahinya menggantikan Jamie.
Barulah Melody memiliki waktu untuk makan, ia mengambil sepiring nasi hangat dengan tumis sayuran saja. Setelahnya Melody memakan sisa makanan Daniel yang tak habis, sambil berharap penyakit tuberkulosis tertular padanya. Setelah tertular, ia akan membiarkan penyakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya dan tak akan pernah memberitahu siapapun.
...***...
Di suatu hotel berbintang lima.
Emily mengelap tubuh basahnya lalu melilitkan handuk di tubuh dan rambutnya yang sama-sama basah. Ia keluar dari kamar mandi, kekasihnya sudah berpakaian lengkap di tepi kasur sana, ia menggenggam smartphone. Mereka kembali berbagi cinta dengan satu kecupan di bibir. Lalu Emily kembali pada pakaiannya.
Kekasihnya, Tristan, melempar smartphone itu ke kasur, bermaksud memberikannya pada Emily.
"Si tua Rosa itu menelpon mu terus, berisik."
Selesai menutup tubuhnya dengan potongan baju, Emily mengambil smartphone-nya. Menelepon balik Rosa, sahabatnya.
Rosa bercerita Daniel tidak mengerjakan PR nya sama sekali, bermain-main saat Rosa mengajarinya, juga melawan saat diberi peringatan olehnya. Mendengar hal itu Emily tampak kesal, Daniel harus menjadi anak terpintar saat ia masuk sekolah nanti. Padahal Daniel sudah genius bawaan lahir, ibunya masih saja tak puas.
"Si anak ingusan Melody mengajari Daniel melawan padaku, aku tak bohong. Daniel sendiri yang mengatakannya!" ujar Rosa di seberang telepon.
Flashback on
Daniel menolak dibuatkan PR sebagai bentuk perlawanannya, keluhan yang dimaksud oleh Melody. Rosa sama keras kepalanya dengan dia, ketegasannya dalam mengajar tidak memberi toleransi sedikitpun pada Daniel.
"Kenapa kamu melawan kepada saya, Daniel? Siapa yang mengajari kamu begitu?" tanya Rosa yang terlanjur emosi.
Daniel berkata, "Melody! Melody yang mengajari Dany agar jangan menurut pada Miss Rosa! Daniel belajar bukan mau dijejali sepeti ini, Miss!"
Rosa tidak berkutik, tapi dia bukannya menyerah. Dengan perkataan Daniel barusan, sudah bisa dia jadikan senjata untuk mengadu pada orang tua Daniel.
Flashback end
"Ya sudah, laporkan saja pada suamiku. Biar dia yang urus, aku sedang tidak bisa menasehatinya saat ini," titah Emily.
Dari belakang Tristan mencengkram pinggul Emily, lelaki ini terganggu dengan sebutan "suamiku" tepat disaat mereka sedang berdua. Tristan mulai mengganggu konsentrasi Emily dengan jari-jari nakalnya, membuat wanita itu dengan cepat mengakhiri telepon.
"Apa, sih! Kau cemburu aku berkata suamiku?" Emily melepaskan sentuhan dari Tristan dengan marah.
"Merusak mood-ku. Tahu kan gimana saat mood ku buruk?" gertak Tristan.
Emily bergidik. "Aku janji tak akan mengeluarkan kata itu lagi."
Wajah manis pria itu menjadi menyeramkan saat marah.
Di sisi lain, Rosa melaju kembali ke rumah anak didiknya, Daniel. Meskipun hari sudah gelap, Rosa tetap bertamu dan menganggu waktu istirahat Jamie. Syukurlah Daniel sudah tidur.
Persis seperti yang dia ceritakan pada Emily tadi, Rosa mengatakannya. Dengan sedikit dibumbui garam, Jamie sedikit tidak percaya. Tetapi Rosa tidak akan berkata seperti ini tanpa penyebab, Jamie menerima aduan itu.
Rosa senang Jamie terlihat mempercayainya, semuanya berhasil dilimpahkan pada Melody.
"Oh, satu lagi. Saya harusnya memberikan ini pada Daniel, malah saya bawa pulang lagi." Rosa menyodorkan beberapa lembar soal untuk PR Daniel.
Daniel yang sensitif terhadap suara, terbangun dan saat ia pergi berjalan ke kamar mandi untuk buang air kecil, pembicaraan mereka berhasil sepenggal terdengar olehnya.
Tetapi matanya terlalu berat untuk mencari tahu, ia memutuskan untuk melanjutkan tidurnya. Namun, Daniel sudah tak bisa tidur lagi. Matanya terus tertutup tapi tak kunjung masuk ke alam mimpi. Kemudian ia membuka matanya.
Jamie sudah berada di kamar Daniel, pada kenyataannya Daniel sempat tertidur beberapa menit lalu terbangun kembali.
Ayahnya hendak membicarakan aduan dari Rosa. Jamie membantu anaknya duduk agar pembicaraan mereka jelas.
Ia mengutarakannya. "Dany melawan pada guru Rosa?"
"Tidak." Daniel melirik ke arah lain.
Kemudian melirik sebentar, sepasang mata ayahnya menatapnya dengan serius. Karena takut, Daniel mengakuinya dengan anggukan.
"Dany harus janji tidak akan begitu lagi pada guru Dany." titah Jamie.
Tak keluar sepatah katapun. Ayahnya pun mencoba untuk memberikan ancaman kecil padanya.
"Dany mau Melody berhenti jadi pengasuh?"
Daniel kesal, baru seminggu dia bersama pengasuh yang sosoknya tidak akan pernah dia temukan pada orang lain. Matanya berkaca-kaca, tangannya yang lemah itu memukul-mukul tangan ayahnya.
"Dany benci ayah!" Daniel berlindung di balik selimutnya sambil menangis.
Satu kata ini membuat Jamie berhenti memaksanya.
Tangisan Daniel beriringan dengan batuk berturut-turut, Jamie semakin khawatir tubuhnya akan memburuk karena menangis dan tak kunjung tidur di malam hari.
Timbul rasa bersalah pada anak berpenyakit ini. Jamie berusaha meminta maaf padanya, sebisa mungkin ia menenangkan Daniel.
"Ayah tidak akan pernah mengganti Melody." Jamie mengacungkan jari kelingkingnya. "Pegang janji ayah."
Daniel berhasil ditenangkan dan menurut saat Jamie menyuruhnya minum seteguk air mineral. Meskipun sebagian dari janji itu adalah bohong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments