Bab 10 Supermarket

Di hari Minggu, Daniel memikirkan banyak cara agar bisa membolos di hari les nya. Nyaris ia hendak membahayakan kesehatannya agar sakit betulan, ayahnya melarang dan menyarankan untuk pura-pura saja. padahal dia sudah bilang kalau les bisa diliburkan olehnya, tapi Daniel bersikeras ingin mengerjai pengasuhnya.

"Dany ... kamu pernah sesak napas?"

Daniel mengangguk.

"Sesak napasnya jarang sekali kambuh, jadi wajar kalau kamu belum pernah melihat Daniel begitu," ucap sang Ayah.

Karena terbiasa, Jamie sudah hapal prosedur penanganan sesak napas, dia tak akan dengan panik membawa putranya ke rumah sakit. Bukan bawaan, asma ini muncul sejak Daniel terserang penyakit.

Melody cukup kaget sang ayah mendukung ide bolos les, padahal dia bisa meliburkan nya hanya dengan sekali telpon.

Mereka sampai di supermarket, Jamie meletakkan mobilnya di posisi paling dekat dengan pintu masuk. Melody keluar dari pintu sebelah kiri dan membuka pintu tempat Daniel duduk, lalu mengangkatnya keluar dari mobil.

Daniel berjalan menggunakan kakinya, memegangi jari pengasuhnya dari sebelah kiri, ayahnya berjalan di sisi kanan Melody akan mengatakan sesuatu.

"Melody," panggil Jamie tiba-tiba.

Yang dipanggil menyahut, "iya?"

"Maaf saya sudah keterlaluan karena mengijinkan Daniel seperti itu. Saya gak ngira kamu akan sangat panik seperti tadi." ungkap Jamie.

Diluar perkiraan Melody ternyata bisa panik karena lelucon yang mereka buat. Membuat Jamie merasa bersalah karena ikut mendukung ulah Daniel.

"Kalian memang kelewatan sih. Tapi aku tidak bisa marah, karena waktu melihat Daniel sulit bernapas, aku berdoa semoga dia cuma bercanda. Ternyata dikabulkan, aku tidak akan berhenti bersyukur Daniel baik-baik saja." Tulus Melody mengatakannya tanpa dibuat-buat.

Jamie termenung sejenak, bingung bagaimana menanggapinya. Daniel yang diam-diam mendengarkan pun sama. Tanpa disadarinya, semakin erat jari-jari Melody di genggaman Daniel.

Mereka bertiga memasuki supermarket, Jamie mengambil satu troli. Daniel melompat-lompat minta dinaikkan ke troli itu, Melody menaikkannya.

"Ayah, kok supermarket kenapa gak ke mall aja," protes Daniel.

Jamie menjawab, "kita belanja kebutuhan."

"Sudah ada list-nya?" Melody menimpali.

"Tidak perlu, saya ingat semuanya."

Minder Melody mendengarnya. Semua kebutuhan di rumahnya, hanya sang adik perempuan Melody yang tahu, anak paling besar malah tidak tahu apa-apa. Ia hanya membelanjakan apa yang ditulis adiknya.

Jamie yang seorang laki-laki memahami kebutuhan pokok rumahnya, kepribadian yang langka itu ada di depan mata Melody. Wajar saja jika dibandingkan dengan sesama perempuan, tapi ini laki-laki.

Kagum walau harga diri terluka.

Sang pengasuh mendorong troli yang dinaiki Daniel mondar-mandir, masih di sekitar ayahnya. Sementara sang ayah belanja. Tak butuh berpikir lama atau membandingkan harga ia akan mengambil apa yang menurutnya berkualitas.

Begitu jari-jarinya menyentuh tomat, terlihat jam tangan yang dikenakannya karena lengan kemejanya yang terlipat, tangannya besar dan berurat. Tangan gagah seorang pria. Hanya mengamati punggungnya saja, Melody merasakan aura maskulinnya yang menyeruak. Kepala Daniel terlihat di bahu lebarnya, sesekali dia melihat si pengasuh dan menjulurkan lidahnya.

"Apa karena jam tangannya, ya." Melody menyebarkan pandangannya. "Tidak, bukan hanya aku yang merasa seperti itu."

"Lihat pria gagah itu."

"Pantas anaknya lucu, ayahnya seganteng itu."

"Aduh, duda ya? Sini aku temani."

Bisik-bisik para pengunjung wanita di sekitar Jamie, tak henti-hentinya memuji. Ketimbang risih, Daniel menikmatinya. Lalu sengaja memanggil pengasuhnya.

"Nanny, nanti ke Timezone, yah." Daniel membuka senyumnya lebar-lebar.

Tidak pernah sekalipun dia memanggil pengasuhnya "nanny" bulu kuduknya merinding karena panggilan itu. Geli telinga Melody, tapi ia harus membantunya agar tidak membuat Daniel malu.

"Tentu, Little Boy!"

Pengunjung yang berbisik-bisik tadi semakin meleleh dengan tingkah imut Daniel. Wanita-wanita itu menatap tajam Melody, iri karena memiliki majikan tampan dan mengasuh anak seimut dia.

Daniel memulai perang batin.

"Kok Little Boy?"

Dijawab oleh Melody.

"Bukannya kau ingin terlihat lugu?!"

Yang dilihat Jamie, Melody dan Daniel hanya saling bertatapan dingin satu sama lain. Setelah diperhatikan baik-baik, Ternyata Melody hanya berdiri melihat-lihat dan mengikutinya sejak tiba, Jamie merasa tak enak.

"Belilah sesuatu untuk dirimu, masukan ke troli itu," ujar Jamie.

Melody mengangguk dan mengucap terimakasih atas kebaikannya, tapi ia tetap berada di sana dan tak mengambil apapun. Mungkin dia akan mengambil sesuatu jika melewati sesuatu yang dia inginkan, Jamie kembali fokus pada belanjaannya.

Masih di dalam supermarket, dari kejauhan Tristan yang sedang menjaga troli belanja menyipitkan matanya agar bisa melihat jauh. Dirinya mendapati Melody memilah-milah di rak buah bersama seorang pria yang menggendong anak. Melody dengan pria itu mendekat ke arahnya, terbelalak matanya begitu tahu pria itu adalah suami kekasihnya.

Tak lama kemudian Melody merasa ada yang melemparinya dengan sesuatu, ia menunduk ke bawah untuk melihat apa yang menyerangnya. Uang recehan, diambil uang itu. Barulah dia sadar dari kejauhan, Tristan menatapnya.

Bibir laki-laki itu bergerak. "Kau-nga-pa-in," ujarnya.

Melody mengangkat tangannya untuk menyapa, mulutnya hendak mengeluarkan sapaan pada Tristan. Tapi kemudian mengurungkan niatnya. Emily menghampiri laki-laki itu, tanpa ragu menggenggam tangannya di hadapan umum.

Emily memanggilnya berulang kali tak direspon, ditarik-tarik baju kekasihnya. Akhirnya Tristan berhenti memandangi Melody.

"Hm, siapa yang menelpon mu?" Laki-laki itu baru menyahut, ia taruh lengannya di pinggang Emily.

"Rosa. Dia tidak mengajar hari ini karena Daniel sesak napas, " gerutu Emily.

"Sesak napas? Apa orang sesak napas bisa jalan-jalan di supermarket?" ucap laki-laki itu polos.

Alis Melody turun. Diyakinkan dengan interaksi berlebihan mereka, seorang ibu dari anak berpenyakit yang dia asuh menghabiskan waktunya bersama pemuda kaya, anak dari seorang pemilik perusahaan.

Sorot tajam mata Melody menyita perhatian Tristan, pun dia kembali memasang mata padanya. Tangan laki-laki itu terangkat, telunjuknya mengarah lurus ke arah Melody. Refleks Melody membalikkan punggungnya, jantungnya berdegup kencang.

"Ada apa?" Jamie heran tiba-tiba.

Episodes
1 Bab 1 Ditinggalkan
2 Bab 2 Tanggung Jawab
3 Bab 3 Pelanggan Favorit
4 Bab 4 Surat Kontrak
5 Bab 5 Daniel Malas Belajar
6 Bab 6 Guru Les Privat
7 Bab 7 Anak Tetangga
8 Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9 Bab 9 Sesak Nafas
10 Bab 10 Supermarket
11 Bab 11 Pelukan Rindu
12 Bab 12 Di Laut Terdalam
13 Bab 13 Terasa Sakit
14 Bab 14 Semakin sakit
15 Bab 15 Lelucon Jelek
16 Bab 16 Tong Sampah
17 Bab 17 Sudah Berakhir
18 Bab 18 Guyuran Air
19 Bab 19 Selamat Datang Natasya
20 Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21 Bab 21 Berlawanan Arah
22 Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23 Bab 23 Fase Anak Muda
24 Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25 Bab 25 Teman Lama
26 Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27 Bab 27 Makan Malam Sederhana
28 Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29 Bab 29 Mediasi
30 Bab 30 Belum Waktunya
31 Bab 31 Dua Sahabat Karib
32 Bab 32 Aura Positif Natasya
33 Bab 33 Sebuah Kesialan
34 Bab 34 Semakin Ketat
35 Bab 35 Keinginan Emily
36 Bab 36 Tamu Tak Diundang
37 Bab 37 Bom Waktu
38 Bab 38 Siapa Sangka
39 Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40 Bab 40 Manisnya Karamel
41 Bab 41 Mungkin Besok
42 Bab 42 Dua Pilihan
43 Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44 Bab 44 Saling Melukai
45 Bab 45 Pandangan Buruk
46 Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47 Bab 47 Minuman Beralkohol
48 Bab 48 Kamu Siapa?
49 Bab 49 Awal Dari Semuanya
50 Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51 Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52 Bab 52 I Don't Give a Shit
53 Bab 53 Semua Akan Membaik
54 Bab 54 Tetangga Baik Hati
55 Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56 Bab 56. Pengumuman
57 Bab 57 Malam Yang Panas
58 Bab 58 Minggu, 7 Juli
59 Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60 Bab 60 Persahabatan Yang Renggang
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 Ditinggalkan
2
Bab 2 Tanggung Jawab
3
Bab 3 Pelanggan Favorit
4
Bab 4 Surat Kontrak
5
Bab 5 Daniel Malas Belajar
6
Bab 6 Guru Les Privat
7
Bab 7 Anak Tetangga
8
Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9
Bab 9 Sesak Nafas
10
Bab 10 Supermarket
11
Bab 11 Pelukan Rindu
12
Bab 12 Di Laut Terdalam
13
Bab 13 Terasa Sakit
14
Bab 14 Semakin sakit
15
Bab 15 Lelucon Jelek
16
Bab 16 Tong Sampah
17
Bab 17 Sudah Berakhir
18
Bab 18 Guyuran Air
19
Bab 19 Selamat Datang Natasya
20
Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21
Bab 21 Berlawanan Arah
22
Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23
Bab 23 Fase Anak Muda
24
Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25
Bab 25 Teman Lama
26
Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27
Bab 27 Makan Malam Sederhana
28
Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29
Bab 29 Mediasi
30
Bab 30 Belum Waktunya
31
Bab 31 Dua Sahabat Karib
32
Bab 32 Aura Positif Natasya
33
Bab 33 Sebuah Kesialan
34
Bab 34 Semakin Ketat
35
Bab 35 Keinginan Emily
36
Bab 36 Tamu Tak Diundang
37
Bab 37 Bom Waktu
38
Bab 38 Siapa Sangka
39
Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40
Bab 40 Manisnya Karamel
41
Bab 41 Mungkin Besok
42
Bab 42 Dua Pilihan
43
Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44
Bab 44 Saling Melukai
45
Bab 45 Pandangan Buruk
46
Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47
Bab 47 Minuman Beralkohol
48
Bab 48 Kamu Siapa?
49
Bab 49 Awal Dari Semuanya
50
Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51
Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52
Bab 52 I Don't Give a Shit
53
Bab 53 Semua Akan Membaik
54
Bab 54 Tetangga Baik Hati
55
Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56
Bab 56. Pengumuman
57
Bab 57 Malam Yang Panas
58
Bab 58 Minggu, 7 Juli
59
Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60
Bab 60 Persahabatan Yang Renggang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!