Bab 5 Daniel Malas Belajar

Daniel masih merasakan kantuknya, ia mengantar ayahnya yang sudah berkepala tiga itu pergi bekerja. Hanya sampai depan pintu. Dengan bantuan sang pengasuh muda yang menggendongnya.

Kendaraan-kendaraan mengisi jalan raya, pejalan kaki pun sudah berlalu-lalang menjalankan aktivitas mereka. Jamie turut berkendara dengan mobilnya melalui padatnya jalan raya bersama para tulang punggung di sana. Berdiam hanya memandangi kemacetan membuatnya memikirkan banyak masalah yang menimpa rumah tangganya

Jamie meraih smartphone-nya di jok sebelah, berniat mengirimkan pesan pada Emily, istrinya. Namun, ia menghapus kembali teks yang sudah dia ketik di kolom pesan. Melihat pesan-pesan yang terkirim sebelumnya hanya terbaca tanpa ada balasan. Bahkan informasi tentang Daniel yang masuk rumah sakit tempo hari, Emily tidak merespon apa-apa.

TIN TIN TIN

Klakson mobil dari arah belakang sontak mengembalikan fokus nya. Jamie dengan cepat mengisi ruang kosong di depannya.

Aku harus mempertahankan wanita seperti dia?

...***...

Daniel merebahkan diri melanjutkan tidurnya di kasur. Tak mempan di bangunkan sekali dua kali, Melody menyerah dan duduk bersandar di ranjang saling membelakangi.

"Walaupun sudah minum obat, kamu harus tetap bangun dan mandi, Dany ... sebentar lagi guru les akan datang, lho," ujar Melody.

Yang dipanggil tidak merespon. Sekitar satu jam lagi Daniel harus sudah siap. Entah kenapa anak ini kehilangan semangatnya begitu hari les tiba, padahal hanya seminggu sekali di hari Senin. Dia jadi terlihat seperti anak sekolah pada umumnya, yang paling malas di hari Senin.

"Dany, Daniel sini lihat aku, hey!" bujuk Melody, "Little Guy."

Siapa sangka, satu kata itu menaikkan suasana hatinya sedikit. Punggung mungil Daniel berputar menghadap ke arah pengasuhnya. Mata besarnya terlihat imut saat dilihat dari dekat, Melody tidak ingin terlihat lemah padahal hatinya benar-benar meleleh.

Melody menempelkan dagunya ke tepi ranjang.

"Ada apa ini? Seingat ku Dany suka belajar."

Daniel yang dia kenal senang sekali belajar dan mempelajari hal baru sejak balita, anehnya jadi pendiam. Sampai tidak tergoda sedikitpun dengan godaan Melody. Sampai jarum jam menginjak pukul sembilan.

"Baiklah. Tidak usah mandi, pun Dany sudah wangi wangi. Ayo waktunya berganti pakaian," ujar Melody.

Dengan lembut dan hati-hati, Melody mengangkat tubuh kurus dari dalam selimut bergambar macan itu. "Ringan sekali," batinnya.

Tekanan di wajah Daniel tercetak jelas, dia sedang tak ingin belajar. Melody teringat dengan buku bank soal yang tak selevel dengan umur anak itu. Terlihat seperti tekanan yang dia rasakan saat sekecil Daniel.

"Kalau kamu tertekan dengan gurumu, keluhkan saja. Ayahmu membayar dia untuk mengajari ilmu bukan menjejali nya," nasihat sang pengasuh.

Daniel menganggukkan kepalanya, bibirnya masih monyong. Melody menunggu-nunggu bantahan dari Daniel, tetapi sedari tadi ia tak mengeluarkan kata-kata penolakan apapun selain hanya diam dan mengangguk.

Bel pintu berbunyi diluar sana, dia adalah guru les. Daniel di ruang belajarnya sudah siap bersama setumpuk buku di meja. Melody membukakan pintu, terlihat seorang wanita menjinjing tas kerja di tangannya, pakaiannya casual modern yang menyamarkan usia. Wanita itu melempar senyum pada Melody.

"Selamat pagi, kalau tidak salah ini Kak Melody?" sapa hangat sang guru.

"Benar Miss. Tolong panggil saya Melody saja." Melody tampak sungkan.

Ruang khusus tempatnya belajar bersama guru les bukan main-main, ruangan itu dikelilingi rak buku, ada sepasang anatomi tubuh manusia, dan pernak-pernik lain.

"Anak ini akan jadi dokter, huh?" gumam Melody yang pertama kali masuk ruangan itu. Padahal ia mengharapkan bola-bola planetarium akan terpasang di sana.

"Bukankah Daniel sangat beruntung? Ayah saya dulu tidak mementingkan pendidikan sama sekali, bisa sampai di titik ini pun saya sudah keburu tua," timpal seorang wanita berusia 35 tahun tiba-tiba.

Melody hendak menyela, "anda sama sekali tidak- ...."

Belum selesai, wanita itu memotong kata-kata Melody, "orang-orang seperti kita harus merangkak sendiri agar bisa merasakan kenikmatan yang sama seperti mereka. Kita hanya bisa bersabar, kamu juga akan mendapatkannya dengan berusaha. Tanpa perlu merebut kebahagiaan orang lain."

Kalimat terakhir Rosa tidak mencerminkan kepercayaan sedikitpun. Melody tidak pernah mengharapkan apapun, situasi seperti ini pasti terjadi. Rosa hanyalah satu dari banyak perempuan yang membenci pengasuh muda dan cantik di tengah rumah tangga harmonis.

"Ceramah panjang mu tidak berarti lagi setelah kalimat itu keluar," ucap Melody dalam hati. Ia tidak berusaha menyembunyikan wajah sinis nya pada guru les itu.

Daniel rupanya memperhatikan percakapan mereka. Wanita itu langsung memasuki ruangan. Langkahnya terhenti, ia lupa memperkenalkan dirinya.

"Maaf saya baru ingat belum memberitahu nama saya, nama saya Rosa." Senyuman di wajahnya terlihat palsu.

......................

Tertera di peraturan, kegiatan pembelajaran Daniel tidak boleh diganggu, Melody hanya diperbolehkan melihat dari luar ruangan. Aturan yang ketat cukup mengganggunya, bagaimana dia bisa menjaga anak yang dia asuh jika terhalang tembok.

Niat hati mencari udara segar karena pembelajaran mereka begitu lama dan membosankan. Melody berjalan ke arah pintu.

"Kurang bagaimana lagi sih uang yang kuberikan padamu?!" teriak seseorang dari luar sana.

Melody baru membuka pintu keluar rumah sedikit, sepasang suami-isteri berteriak satu sama lain sudah menyambar telinganya. Melody tetap menahan dirinya di dalam, hanya sedikit celah saja sudah terdengar nyaring.

"Kamu selalu melarang ku berhutang, tapi tak pernah sekalipun uangmu mencukupi kebutuhan rumah!"

"Kebutuhan rumah apa?! Mentraktir teman teman arisan mu termasuk kebutuhan itu? Natasya kau sekolahkan di sekolah negeri yang isinya murid-murid buangan nakal, dia bisa mendapat sekolah yang lebih baik kalau kau tidak menghamburkan uang. Lalu kemana pula perginya uang yang kau pinjam, Dinar?" balas sang suami kepada istrinya yang bernama Dinar.

"Tahu apa kamu? Hampir setiap hari kamu berada di luar, jelas kamu tak tahu apa-apa."

Melody berakhir menongkrong di sebelah pot tanaman sebesar dirinya, pintu ia tutup untuk menghindarkan suara tak mengenakan ini dari telinga anak kecil. Pantas saja terdengar nyaring, rumah pasangan suami-istri itu di sebelah kanan rumah Jamie.

Mereka berdebat nyaris di depan pintu yang terbuka, tentu mengundang perhatian. Beberapa tetangga sekitar keluar dari apartemen mereka untuk memastikan. Mereka berusaha tidak menampakkan diri.

Tapi muncul satu tetangga, dari sebelah kiri apartemen Jamie tepatnya, mencari-cari asal keributan. Bukan hanya memastikan, ibu-ibu sepantaran nenek Daniel itu mendekati mereka agar bisa mendengar lebih jelas. Karena ada yang mengawali, yang lain pun jadi ikut-ikutan.

"Tetangga bodoh! Terang-terangan banget, bukan begitu caranya menguping!!" bisik Melody, geregetan dengan ibu-ibu tukang gosip itu, meskipun dia tak ada bedanya.

Malu karena dilihat orang lain, sebagai suami sekaligus kepala rumah tangga, Alan segera menurunkan nada bicaranya dan membawa istrinya masuk. Sebelum menutup pintu, ia memberi senyum canggung pada orang-orang di sekitar apartemennya.

"Lihat, kan? Mereka jadi masuk!" gumam Melody.

Pintu di belakangnya terbuka, akan tetapi Melody tidak menyadarinya. Daniel berjongkok di sebelahnya dan ikut melihat ke arah apartemen sebelah, diikuti oleh Rosa dari belakang. Tatapan Rosa memandang rendah pada Melody.

"Mencontohkan hal seperti itu pada anak kecil, apa anda tidak punya rasa malu?" lontar Rosa tanpa menundukkan kepalanya sedikit pun.

Guru les itu sudah mengemas barangnya kembali dalam tas jinjingnya, tepat pukul satu siang ini waktunya les berakhir karena Daniel juga harus segera makan dan minum obat.

"Maaf?" Melody menyandarkan punggungnya pada dinding, memandang Rosa ke atas.

"Menguping pertengkaran orang lain," jelas wanita yang berdiri tegak itu.

Episodes
1 Bab 1 Ditinggalkan
2 Bab 2 Tanggung Jawab
3 Bab 3 Pelanggan Favorit
4 Bab 4 Surat Kontrak
5 Bab 5 Daniel Malas Belajar
6 Bab 6 Guru Les Privat
7 Bab 7 Anak Tetangga
8 Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9 Bab 9 Sesak Nafas
10 Bab 10 Supermarket
11 Bab 11 Pelukan Rindu
12 Bab 12 Di Laut Terdalam
13 Bab 13 Terasa Sakit
14 Bab 14 Semakin sakit
15 Bab 15 Lelucon Jelek
16 Bab 16 Tong Sampah
17 Bab 17 Sudah Berakhir
18 Bab 18 Guyuran Air
19 Bab 19 Selamat Datang Natasya
20 Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21 Bab 21 Berlawanan Arah
22 Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23 Bab 23 Fase Anak Muda
24 Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25 Bab 25 Teman Lama
26 Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27 Bab 27 Makan Malam Sederhana
28 Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29 Bab 29 Mediasi
30 Bab 30 Belum Waktunya
31 Bab 31 Dua Sahabat Karib
32 Bab 32 Aura Positif Natasya
33 Bab 33 Sebuah Kesialan
34 Bab 34 Semakin Ketat
35 Bab 35 Keinginan Emily
36 Bab 36 Tamu Tak Diundang
37 Bab 37 Bom Waktu
38 Bab 38 Siapa Sangka
39 Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40 Bab 40 Manisnya Karamel
41 Bab 41 Mungkin Besok
42 Bab 42 Dua Pilihan
43 Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44 Bab 44 Saling Melukai
45 Bab 45 Pandangan Buruk
46 Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47 Bab 47 Minuman Beralkohol
48 Bab 48 Kamu Siapa?
49 Bab 49 Awal Dari Semuanya
50 Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51 Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52 Bab 52 I Don't Give a Shit
53 Bab 53 Semua Akan Membaik
54 Bab 54 Tetangga Baik Hati
55 Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56 Bab 56. Pengumuman
57 Bab 57 Malam Yang Panas
58 Bab 58 Minggu, 7 Juli
59 Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60 Bab 60 Persahabatan Yang Renggang
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 Ditinggalkan
2
Bab 2 Tanggung Jawab
3
Bab 3 Pelanggan Favorit
4
Bab 4 Surat Kontrak
5
Bab 5 Daniel Malas Belajar
6
Bab 6 Guru Les Privat
7
Bab 7 Anak Tetangga
8
Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9
Bab 9 Sesak Nafas
10
Bab 10 Supermarket
11
Bab 11 Pelukan Rindu
12
Bab 12 Di Laut Terdalam
13
Bab 13 Terasa Sakit
14
Bab 14 Semakin sakit
15
Bab 15 Lelucon Jelek
16
Bab 16 Tong Sampah
17
Bab 17 Sudah Berakhir
18
Bab 18 Guyuran Air
19
Bab 19 Selamat Datang Natasya
20
Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21
Bab 21 Berlawanan Arah
22
Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23
Bab 23 Fase Anak Muda
24
Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25
Bab 25 Teman Lama
26
Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27
Bab 27 Makan Malam Sederhana
28
Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29
Bab 29 Mediasi
30
Bab 30 Belum Waktunya
31
Bab 31 Dua Sahabat Karib
32
Bab 32 Aura Positif Natasya
33
Bab 33 Sebuah Kesialan
34
Bab 34 Semakin Ketat
35
Bab 35 Keinginan Emily
36
Bab 36 Tamu Tak Diundang
37
Bab 37 Bom Waktu
38
Bab 38 Siapa Sangka
39
Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40
Bab 40 Manisnya Karamel
41
Bab 41 Mungkin Besok
42
Bab 42 Dua Pilihan
43
Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44
Bab 44 Saling Melukai
45
Bab 45 Pandangan Buruk
46
Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47
Bab 47 Minuman Beralkohol
48
Bab 48 Kamu Siapa?
49
Bab 49 Awal Dari Semuanya
50
Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51
Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52
Bab 52 I Don't Give a Shit
53
Bab 53 Semua Akan Membaik
54
Bab 54 Tetangga Baik Hati
55
Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56
Bab 56. Pengumuman
57
Bab 57 Malam Yang Panas
58
Bab 58 Minggu, 7 Juli
59
Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60
Bab 60 Persahabatan Yang Renggang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!