Bab 9 Sesak Nafas

Waktu berlalu cepat, Daniel kembali pada hari Seninnya, tak mau keluar dari selimut penghalangnya. Melody menaruh sepatunya di rak sepatu. Terlihat dari jauh Jamie merapikan kerahnya dan langsung memakai jas, ia tak pernah terlihat memakai dasi.

"Kondisi tubuh Daniel sepertinya mempengaruhi mood belajarnya," ujar Melody membuka pembicaraan.

Jamie duduk di pegangan sofa ruang televisi.

"Daniel sebelumnya tidak pernah mengeluh ingin berhenti les atau sekedar libur. Apa mungkin sebenarnya dia ingin tapi tak bisa? Setegas apa Emily padanya, saya tidak pernah tahu karena selalu sibuk dengan urusan pekerjaan," curhat Jamie.

"Jadi Daniel sudah mengungkapkan keluhannya?" tanya Melody.

Jamie hanya tersenyum hangat menatap Melody.

"Saya akan menghentikan les untuk saat ini, sampai Daniel pulih."

Jamie tidak menunjukkannya, tapi Melody bisa ikut merasakan kekacauan yang ada di dalam hatinya.

Entah sejak kapan Jamie menaruh kepercayaannya pada pengasuh putranya. Sedikit demi sedikit Melody mulai mengenal sosok sang ayah dari anak yang dia asuh.

"Kak Jamie ... jawab pertanyaan ku," pinta Melody.

Jamie hanya melengos masuk ke dalam kamar.

Tampilan luarnya menampakkan Jamie adalah seorang suami dan kepala keluarga yang tampan, keren, bertanggungjawab dan sayang pada keluarga kecilnya yang harmonis. Semuanya benar, tapi sisi lemahnya tidak pernah terlihat oleh orang lain, yang melihatnya hanya Melody seorang. Jika dia memang pria beristri, lantas dimana kasih sayang yang harusnya dia dapatkan dari seorang istri?

Tak ada waktu untuk berlarut dalam masalahnya, Jamie segera beranjak. Tanpa melewatkan satu kecupan untuk putra kecilnya yang masih dalam pelukan hangat kasur.

Melody menyusul pria kecilnya ke dalam kamar. Air hangat selalu membasuhnya setiap pagi, membuatnya semakin manja. Tapi tak apa, Melody melakukannya sepenuh hati agar pria kecilnya tidak merasa kedinginan.

Walaupun setelah keluar dari kamar mandi ia tetap menggigil karena perubahan suhu, Melody mengambil remote kontrol pendingin ruangan, lalu menaikkan suhu sedikit. Sesekali Daniel batuk mengeluarkan bercak darah, entah mengapa semakin sering.

"Semalam Dany meminjam hape ayah pas ayah sudah tidur," bisik Daniel saat dikenakan baju oleh pengasuhnya, padahal di rumah itu hanya ada mereka berdua.

Melody sontak terkejut.

"Hah? Apa yang kamu lakukan? Jangan mengurangi jam tidurmu, Dany sudah lupa lagi dengan yang kubilang kemarin?" Sedikit marah, tapi tetap merendahkan nada bicaranya.

Untungnya, Daniel juga memikirkan jam tidurnya.

"Tidak, ayah tidur jam delapan malam. Dany cuma bermain dua jam saja."

"Huft ..." Melody bernapas sebentar. "Kurangi. Kalau Dany mau meminjam hape ayah lagi, satu jam saja. Kapanpun ayahmu tidur, jangan menambah durasi lebih dari satu jam. Paham?" jelasnya.

Angguk Daniel, menurut.

Dari mulai masuk lobi, Rosa melempar senyum sana-sini pada orang yang berpapasan dengannya. Ia bisa mendadak menjadi orang yang hangat dan ramah jika suasana hatinya bagus.

Namun, senyumannya tak bertahan lama sampai ia mendapati pengasuh Daniel masih sama. Melody, wanita muda dan cantik.

Begitu pintu dibukakan, sebaliknya Melody berubah seratus delapan puluh derajat dari Senin sebelumnya, senyuman manis dari Melody sudah menyambut kedatangan Rosa.

Rosa membalasnya dengan senyum pahit, ia segera memasuki ruangan. Dengan perasaan kesal. Begitu masuk dalam ruang belajar, Rosa berteriak memanggil nama Melody.

Melody meninggalkan mesin penyedot debu dengan cepat bergegas ke arah Rosa berteriak. Melody sampai di ruang belajar, Daniel sudah terkapar di lantai.

Tangannya memegangi dada, kedua kakinya terus menendang-nendang, napasnya memburu dengan suara mengi. Rosa memanggil namanya, namun tak di sahut juga.

"A-a ... yah ... ay ... yah ..." suara Daniel tersendat-sendat.

"Sesak napas ... dudukkan Daniel di kursi, Miss. Saya akan menelepon kak Jamie," titah Melody.

Telepon tersambung kan, masih belum ada jawaban. Melody bersimpuh di depan Daniel, memberi arahan.

"Tarik napas dari mulut ... huft ... hahhh ..." Sambil mempraktikkannya.

Melody menutup matanya lalu berdoa pada Tuhan dalam hatinya. Ia menarik napas dalam-dalam upaya menenangkan dirinya sendiri. Dan masuk, Jamie menjawab panggilan Melody. Jamie cepat menangkap apa yang dijelaskannya, ia berkata akan pulang ke rumah dan membawa Daniel ke rumah sakit saat itu juga.

Dengan terburu-buru Jamie berlari sepanjang koridor, sampai di rumahnya ia segera masuk ke ruang belajar dan mengangkut putra semata wayangnya. Diluar dugaan Melody, Jamie datang sangat cepat. Pasti karena panik, pikir Melody.

Melody menoleh ke belakang, Rosa ternyata masih mengikuti sampai parkiran. Ia juga membawa tas jinjingnya.

"Miss pulang saja, sudah ada Melody yang membantu saya." Ujar Jamie sambil meletakkan Daniel di jok belakang agar bersama Melody.

"Tapi," ucapan Rosa terpenggal.

"Maaf Miss kita sedang buru-buru, tidak ada waktu untuk mengobrol," tajam Melody yang terlanjur emosi.

Semuanya masuk ke dalam mobil kecuali Rosa. Jamie keluar dari kawasan apartemen dan melaju dengan kecepatan tinggi, Daniel perlahan menjadi sedikit tenang di pangkuan pengasuhnya.

Kecepatan mobil turun lebih santai, Tercetak seringai licik di wajah tampan Jamie. Melody semakin dibuat bingung saat rumah sakit terdekat dilewati oleh Jamie, perasaannya tidak enak.

"Jadi kita mau kemana?" Jamie melirik pada cermin.

"Hah ..." Melody tersadar.

Ia tarik Daniel dari pelukannya untuk melihat kondisi napasnya. Bocah itu cengar-cengir, napasnya normal. Menganga lebar mulut Melody. Tak terima, Melody menurunkan Daniel dan menempatkannya tepat di dekat pintu kiri, sementara ia sendiri menempel ke pintu kanan dengan menyandarkan kepala di jendela kaca. Mulutnya manyun.

Sementara ayah dan anak di mobil itu tertawa jahat, Melody membisu sepanjang perjalanan. Mereka jadi merasa sedikit berdosa, Daniel mencoba mendekati Melody.

"Melly ..." rayu Daniel sambil mencolek colek tangan Melody.

Tak mendengar jawaban, Jamie gelisah.

"Sepertinya kita sudah kelewatan," ujarnya dalam hati.

"Ayah! Tadi Melody berhasil menyelamatkan aku, dia paham cara menangani sesak napas," ucap Daniel antusias.

"Benar begitu Melody?" sahut sang ayah.

Melody mengiyakan dengan singkat, tetapi Daniel tidak mudah menyerah.

"Melly pernah sesak napas juga, ya?"

Melody melirik, Daniel sudah menatapnya menunggu jawaban, Jamie pun melirik sesekali menunggu jawaban juga.

Ia menghela napas panjang.

"Sewaktu kuliah, aku pernah jadi petugas kesehatan."

Tak habis pikir, dirinya tertipu oleh akting anak kecil. Terlalu sulit untuk tidak percaya, dia akting lama sekali. Jamie datang secepat kilat karena sudah merencanakan semua ini dari awal. Semua kebingungan ini baru terjamah oleh Melody.

"Oh-my-god, kalau Little Guy tidak sesak napas betulan ..." Melody membalikkan badannya menghadap Daniel, lalu melanjutkan, "kamu akting bengek selama itu?"

Daniel mengangguk.

"OH, MY, GOD," pekik Melody.

Kekesalannya hilang, wanita itu tertawa. Menertawakan dirinya yang tertipu, juga memikirkan bagaimana pegalnya Daniel yang harus berakting sesak napas. Memburu napasnya sepanjang waktu.

"Kalau sesak napas betulan, Daniel pasti menangis." Informasi baru untuknya dari Jamie.

"Ha-ha-ha, ampun deh." Tawa Melody berhenti sampai disitu.

Melody tetap tidak setuju dengan ide mereka.

"Kalian berdua dengarkan aku, ya. Jangan mengulangi hal seperti ini, bukan karena aku punya riwayat jantung atau apa, kamu akan sesak napas betulan jika berakting jangka panjang seperti itu."

"Kambuh lagi ceramahnya," ujar Daniel dalam hati sambil memutar bola matanya.

Sambil tersenyum Melody berkata,

"Cobalah berakting seperti itu lagi di depanku, aku akan memberimu es krim mangkok kecil rasa stroberi." Persis dengan es krim yang dia berikan pada detik-detik sebelum masuk rumah sakit.

Daniel terperanjat mundur lalu berpindah ke jok depan di sebelah ayahnya. "Ayahh ..." rengek Daniel.

Punggung tangan Jamie dipakai untuk menutupi mulutnya yang menahan tawa, walau gigi rapinya masih terlihat dari belakang. Melody diam-diam memerhatikan senyuman indah itu.

Episodes
1 Bab 1 Ditinggalkan
2 Bab 2 Tanggung Jawab
3 Bab 3 Pelanggan Favorit
4 Bab 4 Surat Kontrak
5 Bab 5 Daniel Malas Belajar
6 Bab 6 Guru Les Privat
7 Bab 7 Anak Tetangga
8 Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9 Bab 9 Sesak Nafas
10 Bab 10 Supermarket
11 Bab 11 Pelukan Rindu
12 Bab 12 Di Laut Terdalam
13 Bab 13 Terasa Sakit
14 Bab 14 Semakin sakit
15 Bab 15 Lelucon Jelek
16 Bab 16 Tong Sampah
17 Bab 17 Sudah Berakhir
18 Bab 18 Guyuran Air
19 Bab 19 Selamat Datang Natasya
20 Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21 Bab 21 Berlawanan Arah
22 Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23 Bab 23 Fase Anak Muda
24 Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25 Bab 25 Teman Lama
26 Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27 Bab 27 Makan Malam Sederhana
28 Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29 Bab 29 Mediasi
30 Bab 30 Belum Waktunya
31 Bab 31 Dua Sahabat Karib
32 Bab 32 Aura Positif Natasya
33 Bab 33 Sebuah Kesialan
34 Bab 34 Semakin Ketat
35 Bab 35 Keinginan Emily
36 Bab 36 Tamu Tak Diundang
37 Bab 37 Bom Waktu
38 Bab 38 Siapa Sangka
39 Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40 Bab 40 Manisnya Karamel
41 Bab 41 Mungkin Besok
42 Bab 42 Dua Pilihan
43 Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44 Bab 44 Saling Melukai
45 Bab 45 Pandangan Buruk
46 Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47 Bab 47 Minuman Beralkohol
48 Bab 48 Kamu Siapa?
49 Bab 49 Awal Dari Semuanya
50 Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51 Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52 Bab 52 I Don't Give a Shit
53 Bab 53 Semua Akan Membaik
54 Bab 54 Tetangga Baik Hati
55 Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56 Bab 56. Pengumuman
57 Bab 57 Malam Yang Panas
58 Bab 58 Minggu, 7 Juli
59 Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60 Bab 60 Persahabatan Yang Renggang
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 Ditinggalkan
2
Bab 2 Tanggung Jawab
3
Bab 3 Pelanggan Favorit
4
Bab 4 Surat Kontrak
5
Bab 5 Daniel Malas Belajar
6
Bab 6 Guru Les Privat
7
Bab 7 Anak Tetangga
8
Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9
Bab 9 Sesak Nafas
10
Bab 10 Supermarket
11
Bab 11 Pelukan Rindu
12
Bab 12 Di Laut Terdalam
13
Bab 13 Terasa Sakit
14
Bab 14 Semakin sakit
15
Bab 15 Lelucon Jelek
16
Bab 16 Tong Sampah
17
Bab 17 Sudah Berakhir
18
Bab 18 Guyuran Air
19
Bab 19 Selamat Datang Natasya
20
Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21
Bab 21 Berlawanan Arah
22
Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23
Bab 23 Fase Anak Muda
24
Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25
Bab 25 Teman Lama
26
Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27
Bab 27 Makan Malam Sederhana
28
Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29
Bab 29 Mediasi
30
Bab 30 Belum Waktunya
31
Bab 31 Dua Sahabat Karib
32
Bab 32 Aura Positif Natasya
33
Bab 33 Sebuah Kesialan
34
Bab 34 Semakin Ketat
35
Bab 35 Keinginan Emily
36
Bab 36 Tamu Tak Diundang
37
Bab 37 Bom Waktu
38
Bab 38 Siapa Sangka
39
Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40
Bab 40 Manisnya Karamel
41
Bab 41 Mungkin Besok
42
Bab 42 Dua Pilihan
43
Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44
Bab 44 Saling Melukai
45
Bab 45 Pandangan Buruk
46
Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47
Bab 47 Minuman Beralkohol
48
Bab 48 Kamu Siapa?
49
Bab 49 Awal Dari Semuanya
50
Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51
Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52
Bab 52 I Don't Give a Shit
53
Bab 53 Semua Akan Membaik
54
Bab 54 Tetangga Baik Hati
55
Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56
Bab 56. Pengumuman
57
Bab 57 Malam Yang Panas
58
Bab 58 Minggu, 7 Juli
59
Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60
Bab 60 Persahabatan Yang Renggang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!