Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?

Hari masih terang, Jamie berhasil menyelesaikan pekerjaannya lebih awal agar bisa cepat pulang dan mengakhiri musim dingin dadakan di rumahnya.

Jamie memarkirkan mobilnya di tempat seperti biasa. Dengan rasa percaya diri, ia yakin telah menemukan letak kesalahannya.

Pria itu membayangkan kembali reaksi Melody saat ia menjelaskan masalahnya pagi tadi, Jamie sempat merasa bersalah karena menyebutkan akan memecat Melody. Namun, terkubur karena Melody mengabaikan perkataan itu. Pagi itu Jamie menganggap Melody paham jika itu hanyalah ancaman kecil untuk menggertak Daniel.

Setelah dipikir-pikir kembali, Jamie merasa Daniel jadi seperti itu karena ia belum meminta maaf pada Melody. Jamie berniat melakukannya agar Daniel tidak dingin lagi padanya.

Melody masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Daniel membenci orang pintar. Jika Melody menggantikan Rosa, Daniel benci padanya juga, jika Daniel membencinya Jamie akan menggantikan dia dengan pengasuh baru, mimpi terburuknya.

"Kak Jamie akan ikut membenciku lalu tidak jadi memasukkan aku ke perusahaan besar!" batinnya.

Melody membereskan piring dan gelas bekas-nya makan siang di sore hari, Pintu terbanting keras begitu Jamie masuk, saking bersemangatnya. Melody yang sedang melamun sontak mengeluarkan suara pekikan karena kaget, ia menggenggam erat piring ditangannya. Jamie pun sama kagetnya.

"Ma-maaf saya bukannya mau membuat kamu tersinggung ..." panik Jamie.

Melody menghembuskan nafasnya lega, ia melirik sebentar untuk menyambut kedatangan Jamie.

"Selamat datang Kak Jamie, pulang cepet."

Jamie menyusulnya ke dapur. "Ah, Melody saya mau bicara sesuatu," ucapnya serius.

Mendengar ucapan itu, Melody mematikan keran air dan berbalik. Bersandar pada bak cuci, tingginya cukup untuk menapakkan dua telapak tangannya pada pinggiran bak cuci dapur. Hatinya sedikit tak tenang, ia berharap itu bukan pembicaraan soal mengganti pengasuh.

"Saya ingin meminta maaf," ucapan Jamie berhenti sejenak.

Tidak mungkin, bahasanya seperti ...

Yang ada di otaknya hanyalah pikiran buruk. Khawatir akan dipecat, takut semua kemungkinan buruk yang barusan dia pikirkan terjadi.

"Saya minta maaf karena berkata akan ..." Belum selesai perkataan Jamie terpotong.

"Kak Jamie mau memecat Melody?" Refleks kata-kata itu keluar dari mulut Melody.

"Iya ... karena itu saya minta maaf Melody." Jamie memulai kesalahpahaman.

"Kakak sudah mendapatkan pengasuh baru untuk menggantikan saya?" Melody semakin panik.

"Apa? Bukan, bukan begitu maksudnya ..."

Berhasil ditenangkan, Melody dengan segelas air mineral di genggamannya duduk bersama Jamie di ruang televisi.

"Harusnya saya minta maaf tadi pagi, sejujurnya saya sedikit serius waktu bilang begitu pada Daniel. Saya terkejut kamu tidak marah saat saya bilang mau mencari pengasuh baru," ujar Jamie pelan-pelan.

"Kirain mau bilang apa. Melody juga kebetulan lagi mikirin hal yang sama, siapa sangka yang kita khawatirkan ternyata beda arah," balas Melody sambil menutup wajahnya karena malu.

Jamie justru tak bisa menahan gelak tawanya.

Dari balik kamar, Daniel haha-hihi menertawakan dua orang yang dibuat pusing oleh anak kecil ini. Pembicaraan mereka telah selesai, Daniel keluar dari kamarnya dengan menggosok mata dan menguap sekali dua kali seolah dia baru bangun tidur.

Tiba-tiba saja ada yang menempel di kaki Jamie, ia menurunkan pandangannya. Terlihat putranya yang lugu dengan wajahnya yang tak berdosa memeluk kakinya seperti koala menempel di dahan pohon.

Jamie bahagia, walau perjuangannya terasa sia-sia karena Daniel ternyata tidak se-marah itu. Bukan berarti dia menyesali permintaan maafnya pada Melody.

......................

Hari berganti, kesehariannya damai kembali dalam mengasuh seorang anak berusia 7 tahun. Meskipun ia harus berpura-pura bodoh di depan anak itu agar tidak dibenci.

Daniel merebahkan tubuhnya di karpet bulu ruang televisi, jari-jari tangan kanannya memegang pensil yang diraut tajam. Datang Melody membawa sepiring biskuit berlapis cokelat yang dia beli di toko, ia membuka smartphone-nya.

"Tepung gandum utuh empat puluh satu koma lima puluh tujuh persen, minyak nabati yang mengandung antioksidan B-H-A, gula, tepung tapioka, kakao Massa empat koma tujuh belas persen, susu skim bubuk dua koma delapan enam persen, telur satu koma sembilan puluh, Whey bubuk cokelat bubuk nol koma tujuh puluh delapan persen, kelapa, garam, pengembang, ekstrak malt, pengemulsi lesitin kedelai, perisa sintetik cokelat, premiks vitamin B-1, B-6, dan B-12. Sumber, internet. Aman?" lugas Melody.

Daniel bangkit dan berkata, "aman." Ia mengambil satu buah biskuit berlapis cokelat itu.

Dengan lahap Daniel memakannya tanpa mempedulikan apa yang dikatakan Melody barusan. Ia tak meragukan Melody lagi, sebenarnya.

Melody pun ikut mengemil. "Mau ku bantu?" tawarnya, Daniel sedari tadi terlihat pusing.

"Memangnya paham?" Daniel memperlihatkan soal-nya

Sangat dikuasai Melody. Karena materi itu yang paling sering muncul di tingkat sekolah menengah pertama, kalangan yang paling banyak membeli jasa Melody.

"Tidak." Kata itu yang keluar dari mulut Melody.

Daniel menyesal telah berharap pada Melody. Bukan terlalu sulit, tapi terlalu banyak. Semakin banyak otaknya dibuat berpikir, lama-lama akan terasa pusing kepalanya.

Melody mencari cara lain yang lebih baik, ia menatap layar smartphone-nya. Yang terbesit di otaknya justru cara terlarang, untuk saat ini Melody memilih mengabaikan peraturan.

"Dany ... Dany tidak penasaran dengan smartphone?" ujar Melody.

"Apa?" Daniel terkejut mendengarnya.

"Smartphone itu punya apapun. Kamu bisa menjangkau semuanya," ucap manis Melody.

Namun masih belum menggoda. "Tidak. Dany tidak mau hape, nanti Dany terjerumus."

"Tidak akan. Kalau Dany paham cara menggunakannya." Ucapan Melody yang masuk diakal nya, menggoyahkan.

Melody ingin melakukan ini dari awal, dia ingin menghargai keputusan yang dibuat ayahnya. Pikirannya berubah, karena ia percaya pada kecerdasan Daniel dalam menggunakan alat digital. Mengecewakan atau tidak hasilnya, Daniel yang menentukan.

"Smartphone bisa membantu kamu, Dany. Dia memang bisa menjerumuskan jika Dany berhasil jadi budak-nya. Jangan biarkan smartphone memperbudak Dany, buatlah jadi sebaliknya."

Daniel memikirkannya dengan serius. Berulang kali ayah dan ibunya mengingatkan Daniel agar tidak menyentuh kecanggihan smartphone. Beranikah dia melanggarnya?

"Bagaimana kalau ayah tahu?" Daniel memberi sedikit tanda akan setuju.

"Dia tidak akan tahu, Daniel hanya boleh bermain hape jika sedang bersama denganku." Sekali lagi Melody meyakinkannya.

Melody mencopot sandi pin angka sebagai keamanan smartphone-nya. Layar langsung terbuka hanya sekali geser saja. Ia menyodorkan benda canggih itu pada Daniel.

Dan diterima, Melody menganggapnya sebagai persetujuan dari Daniel. Ia mulai mengajari langkah demi langkah menggunakan smartphone canggih, dari nol. Sesuai dugaan, Daniel cepat memahaminya.

Daniel hanyalah anak-anak seperti pada umumnya, mengalami kecanduan dan tak hentinya menjelajah elemen-elemen baru di dalam jaringan internet.

Penelusurannya harus terhenti karena sehabis makan siang ia tertidur karena efek dari obat. Bangun tidur ayahnya sudah pulang.

Demi memuaskan hausnya akan pengetahuan baru, Daniel menyelinap ke kamar ayahnya untuk mengambil handphone ke-dua milik sang ayah. Daniel menemukan semua handphone, tepat di sebelah kacamata yang selalu dipakai Jamie. Dibawa handphone ke-dua itu ke dalam kamarnya, lalu mengembalikannya dua jam kemudian.

Episodes
1 Bab 1 Ditinggalkan
2 Bab 2 Tanggung Jawab
3 Bab 3 Pelanggan Favorit
4 Bab 4 Surat Kontrak
5 Bab 5 Daniel Malas Belajar
6 Bab 6 Guru Les Privat
7 Bab 7 Anak Tetangga
8 Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9 Bab 9 Sesak Nafas
10 Bab 10 Supermarket
11 Bab 11 Pelukan Rindu
12 Bab 12 Di Laut Terdalam
13 Bab 13 Terasa Sakit
14 Bab 14 Semakin sakit
15 Bab 15 Lelucon Jelek
16 Bab 16 Tong Sampah
17 Bab 17 Sudah Berakhir
18 Bab 18 Guyuran Air
19 Bab 19 Selamat Datang Natasya
20 Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21 Bab 21 Berlawanan Arah
22 Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23 Bab 23 Fase Anak Muda
24 Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25 Bab 25 Teman Lama
26 Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27 Bab 27 Makan Malam Sederhana
28 Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29 Bab 29 Mediasi
30 Bab 30 Belum Waktunya
31 Bab 31 Dua Sahabat Karib
32 Bab 32 Aura Positif Natasya
33 Bab 33 Sebuah Kesialan
34 Bab 34 Semakin Ketat
35 Bab 35 Keinginan Emily
36 Bab 36 Tamu Tak Diundang
37 Bab 37 Bom Waktu
38 Bab 38 Siapa Sangka
39 Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40 Bab 40 Manisnya Karamel
41 Bab 41 Mungkin Besok
42 Bab 42 Dua Pilihan
43 Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44 Bab 44 Saling Melukai
45 Bab 45 Pandangan Buruk
46 Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47 Bab 47 Minuman Beralkohol
48 Bab 48 Kamu Siapa?
49 Bab 49 Awal Dari Semuanya
50 Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51 Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52 Bab 52 I Don't Give a Shit
53 Bab 53 Semua Akan Membaik
54 Bab 54 Tetangga Baik Hati
55 Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56 Bab 56. Pengumuman
57 Bab 57 Malam Yang Panas
58 Bab 58 Minggu, 7 Juli
59 Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60 Bab 60 Persahabatan Yang Renggang
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 Ditinggalkan
2
Bab 2 Tanggung Jawab
3
Bab 3 Pelanggan Favorit
4
Bab 4 Surat Kontrak
5
Bab 5 Daniel Malas Belajar
6
Bab 6 Guru Les Privat
7
Bab 7 Anak Tetangga
8
Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9
Bab 9 Sesak Nafas
10
Bab 10 Supermarket
11
Bab 11 Pelukan Rindu
12
Bab 12 Di Laut Terdalam
13
Bab 13 Terasa Sakit
14
Bab 14 Semakin sakit
15
Bab 15 Lelucon Jelek
16
Bab 16 Tong Sampah
17
Bab 17 Sudah Berakhir
18
Bab 18 Guyuran Air
19
Bab 19 Selamat Datang Natasya
20
Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21
Bab 21 Berlawanan Arah
22
Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23
Bab 23 Fase Anak Muda
24
Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25
Bab 25 Teman Lama
26
Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27
Bab 27 Makan Malam Sederhana
28
Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29
Bab 29 Mediasi
30
Bab 30 Belum Waktunya
31
Bab 31 Dua Sahabat Karib
32
Bab 32 Aura Positif Natasya
33
Bab 33 Sebuah Kesialan
34
Bab 34 Semakin Ketat
35
Bab 35 Keinginan Emily
36
Bab 36 Tamu Tak Diundang
37
Bab 37 Bom Waktu
38
Bab 38 Siapa Sangka
39
Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40
Bab 40 Manisnya Karamel
41
Bab 41 Mungkin Besok
42
Bab 42 Dua Pilihan
43
Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44
Bab 44 Saling Melukai
45
Bab 45 Pandangan Buruk
46
Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47
Bab 47 Minuman Beralkohol
48
Bab 48 Kamu Siapa?
49
Bab 49 Awal Dari Semuanya
50
Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51
Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52
Bab 52 I Don't Give a Shit
53
Bab 53 Semua Akan Membaik
54
Bab 54 Tetangga Baik Hati
55
Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56
Bab 56. Pengumuman
57
Bab 57 Malam Yang Panas
58
Bab 58 Minggu, 7 Juli
59
Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60
Bab 60 Persahabatan Yang Renggang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!