Bab 19 Selamat Datang Natasya

Tok tok

Ketukan pintu. Jamie memanggil nama Daniel dari luar sana, Melody menaruh ponsel Jamie di lantai dekat tembok. Daniel khawatir persembunyian itu akan mudah ditemukan. Ayahnya sudah menekan gagang pintu. Tak sempat jika harus memindahkan, bocah itu menyepak ponsel Jamie ke kolong rak buku yang sialnya terlalu keras.

"Dany? Oh, kamu sudah bangun, kenapa diam saja saat dipanggil?"

"Tidak dengar, Dany baru bangun sekarang," dalih si bocah.

Jamie melirik pada Melody, tatapannya meminta penjelasan.

Melody melanjutkan tipu muslihat bocah itu, "waktu Kakak panggil Dany, Dany masih tidur jadi aku bangunkan dia."

Jamie berniat membangunkan Daniel pada awalnya, ia menutup kembali pintu dan kembali ke dapurnya. Melody memprotes perbuatan Daniel yang sia-sia, tanpa dia melakukan itu pun tempat Melody menaruh ponsel adalah titik buta Jamie. Bocah itu mengakui bahwa dia terbawa panik.

Merunduk tubuhnya, tangannya yang cukup panjang meraba-raba kolong rak. Cukup jauh, Melody harus memasukkan seluruh lengannya hingga pundaknya menjegal. Untungnya dia mendapatkan ponsel itu, dengan bantuan Daniel yang memantau menggunakan senter dan mengarahkan.

Ditepuk halus ponsel itu untuk menyingkirkan debu, tak cukup Melody meniupnya. Daniel membuka pintunya, keluar mencarikan tisu. Suara derik pintu menggoncang jantungnya, Jamie kembali ke kamar Daniel. Melody berusaha menyembunyikan ketegangan yang dirasakannya ketika Jamie bertanya apa yang sedang dia lakukan.

"Ambil hape." Melody menunjukkan layar ponsel yang dia ambil barusan.

Tidak seperti yang Melody takutkan, Jamie menghiraukan persoalan ponsel, ia justru ingin mengatakan, "kopi kamu sudah siap di meja, ayo sarapan," ajak Jamie.

Jamie tak sadar untungnya. Daniel dengan mudah mengembalikan ponsel itu ke tempat asalnya.

Melody menyeruput kopinya. "Kakak sering olahraga?"

"Iya, kalau tidak kesiangan," balas Jamie, sarapan paginya telah habis dilahapnya.

Pertanyaan yang tidak perlu dia tanyakan sebenarnya. Serat otot yang dibungkus kulit berurat terlihat jelas di seluruh badannya tadi pagi. Jelas bukan muncul tanpa sebab apalagi bawaan lahir.

Gemuruh petir samar terdengar, tapi langit belum menurunkan setetes pun air hujannya. Jamie membawa sebuah payung sebagai antisipasi, dengan langkah cepat dia berjalan menuju mobilnya di parkiran.

Daniel menyibukkan dirinya berkutat pada buku bank soal, kertas-kertas yang diberikan Rosa Senin lalu selesai dikerjakannya. Tak Melody sangka, guru itu memberi begitu banyak tugas untuk dikerjakan seminggu. Jika ini keinginannya, "mengapa kamu tidak menikmatinya?" kata-kata Melody keluar begitu saja.

Fokus anak itu tidak terpengaruh sedikitpun, meski dia mendengarkan dengan jelas. Tugasnya saat ini lebih utama dari obrolan Melody yang tidak penting.

......................

Terasa begitu lambat Rosa mengajar. "Dari menit ke jam seperti dari hari ke bulan," gumam Melody sembari sesekali menyesap sebatang tembakau diantara dua jari lentiknya.Tanpa sengaja seorang gadis kecil menghirup asap yang disebabkan oleh Melody, di kawasan bebas merokok.

Langkahnya riang saat menapaki kawasan itu, tak lebih lama setelah mengedarkan pandangannya, pipi tembam nya turun bersamaan dengan kedua ujung bibirnya.

"Tidak ada papa," ucap si gadis kecil lantang.

Keriting spiral di rambutnya masih nampak di ujung kepangan imutnya. Yang Melody heran, poninya tidak ikal sama sekali. Lilitan bando pita di puncak kepala gadis kecil bernama Natasya itu menarik perhatian Melody, menonjolkan motif bunga bakung laba-laba merah.

"Mbak baby sis-ter Daniel, kan?" tanya Natasya.

Tangan Melody bergerak mengibaskan asap rokoknya yang dihirup anak kecil itu, tapi anak itu sendiri tidak bereaksi apapun.

Dia ini perokok pasif?

"Pengasuh, bukan baby sis-ter." Melody mengeja kembali persis seperti Natasya, bola matanya memutar malas.

Efek dari kekurangan tidur bisa mengubah Melody menjadi kulkas berjalan, apalagi berinteraksi dengan orang yang tak dikenalnya. Ia pun tengah memikirkan bagaimana agar dia bisa tidur siang ini. Matanya melirik beberapa kali ke arah Natasya berdiri, Natasya tak beranjak dari sana. Hanya diam dan memperhatikan.

Kukira dia akan cerewet, jangan-jangan dia diam begitu gegara kata-kata ku tadi?

Melody teringat kembali. Saat anak ini melihat Daniel dia langsung bersemangat menyapanya, "Natasya tertarik dengan Daniel tapi bocah itu sok jual mahal," gumamnya dalam hati.

Seorang wanita tampak tergesa-gesa mencari putrinya, riasan di wajahnya luntur. Gaun formal yang dipakainya terlihat elegan dan berkelas membuat pergerakannya tubuhnya terbatas. Dinar, ibunda si gadis kecil itu melihat putrinya berhadapan dengan wanita tinggi, wajah wanita asing itu tak terlihat karena dari sudut samping, terhalang oleh rambutnya.

Melody membungkuk menyamakan tingginya dengan Natasya, sebatang rokok diantara jari-jarinya semakin meresahkan Dinar.

"Anak cantik, kamu mau tidak ikut dengan kakak? nanti kakak kasih es krim rasa stroberi," ujar Melody. Berniat membawanya agar main bersama Daniel, sementara dia tidur siang.

Terdengar jelas di telinga Dinar, ia sontak gelagapan, "To-tolong! Penculik! Wanita ini mau menculik anak saya!!"

Dinar kembali tenang mengetahui wanita yang dia kira penculik adalah pengasuh Daniel, anak tetangganya. Melody berjongkok, menekan ujung tembakau yang menyala pada tanah. Permintaan maafnya tersampaikan dengan baik, Dinar tidak mempermasalahkan asap rokok yang dihirup putrinya tadi.

"Mas Alan juga perokok, dia sudah biasa dengan asapnya di rumah, jangan dipikirkan," ujar Dinar.

Gadis kecil yang digenggam Dinar terus memasang pada Melody, sedang ia tak mengerti apa yang ingin anak kecil itu sampaikan dengan tatapan matanya.

Mereka telah sampai di depan apartemen Dinar dan Daniel, sang ibu berniat mendandani putrinya agar ikut ke acara. Tapi kemudian Natasya mengunci kakinya, tidak mau bergerak masuk. Melody yang hendak membuka pintu pun terhenti langkahnya.

"Cepat, nanti kita terlambat!" bentak Dinar mulai kesal.

Mulut Melody bergerak dengan sendirinya, "Natasya mau main sama Daniel, Tante! Mereka sudah janjian."

"Benar?" Dinar mengangkat alisnya, nada bicaranya kembali turun.

Natasya mengangguk senang, makin terlihat manis gigi gingsul itu menebar tawa yang polos. Dinar pun walau berusaha tak memperlihatkan, tetap terbaca jelas oleh Melody jika dia senang anak ini tak ikut ke acara bergengsi nya.

Wanita bertubuh 155 sentimeter itu masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan putrinya diluar. Lalu kembali membawa alat teknologi medis kecil, diletakkan beda itu di telinga kanan Natasya.

Melody termenung, menemukan alasan anak itu tidak menjawab ucapannya sewaktu di kawasan bebas merokok. Saat dia mendekat tepat di depan wajahnya, barulah anak itu menjawabnya.

Sang ibu sudah pergi, sekarang Melody tengah menggenggam tangan kecil milik anak orang lain lagi. Ia bertanya kepada dirinya sendiri, ulah apa lagi yang akan dia perbuat pada anak baru ini?

Keduanya mematung di depan pintu, sampai Natasya menggerak-gerakkan kakinya, tangannya mencengkram.

"Mbak, mau pipis ...."

Tanpa ragu lagi Melody membawanya masuk ke rumah Daniel, dia sungkan masuk ke rumah orang lain. Natasya melakukan urusannya di toilet, Melody menunggu di depan pintu. Tanpa sadar, waktu terlewat cukup lama, Rosa tampak berkemas dan pulang. Sorot matanya pada Melody tak berubah, masih memandang rendah.

Daniel menghampiri sang pengasuh, saat itu juga pintu toilet terbuka, Natasya selesai dengan urusannya. Dua bocah itu memandangi satu sama lain.

"Daniel, ayo menggambar!" gembira si gadis kecil.

Bocah satunya tampak ogah' dan tidak mengatakan apapun. Dia malah lari ke belakang Melody, dan bertanya kenapa Natasya ada di sana.

"Dany takut sama dia? Katanya dia saingan mu, bagaimana sih?! Masa takut ..." ledek Melody memindahkan posisi tubuhnya.

Daniel tak bisa sembunyi lagi, Melody berjongkok menyamakan tingginya dengan anak-anak. Jika dilihat dari bawah, Natasya sedikit jauh tingginya di atas Daniel.

"Aku tak pernah lihat Dany menggambar," bujuk rayu Melody melingkarkan tangannya di kaki Daniel.

"Dany tidak punya alat menggambar," gumam Daniel pelan, tepat di daun telinga Melody.

Sementara si gadis kecil hanya diam memperhatikan kehangatan interaksi antara Daniel dan sang pengasuh, dalam hatinya ada rasa kagum dan iri di waktu yang sama.

Melody melirik padanya sambil tersenyum, "Natasya, kamu mau kan pinjamkan alat gambar mu pada Daniel?"

"Iya!!!" lantang Natasya.

Buku gambar dari yang kecil sampai ukuran besar dibawa olehnya ke rumah teman barunya itu, dengan pensil-pensil dari berbagai merek dengan rautan kasar, dan tentunya favorit semua anak kecil yaitu krayon dan pensil warna, semuanya masuk ke dalam kotak besar menyerupai koper versi mainan.

Daniel selalu berusaha berkompetisi dengannya, anak sekolah dasar kelas dua itu selalu dibuat tertawa oleh kelakuan Daniel yang sok pintar di depannya.

Rintik air yang turun ke tanah melahirkan aroma yang khas, makin lama hujan semakin deras. Dua bocah itu akhirnya bermain bersama. Disaat Melody seharusnya mengawasi, ia terlelap di atas sofa karena merasa sudah tenang.

Episodes
1 Bab 1 Ditinggalkan
2 Bab 2 Tanggung Jawab
3 Bab 3 Pelanggan Favorit
4 Bab 4 Surat Kontrak
5 Bab 5 Daniel Malas Belajar
6 Bab 6 Guru Les Privat
7 Bab 7 Anak Tetangga
8 Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9 Bab 9 Sesak Nafas
10 Bab 10 Supermarket
11 Bab 11 Pelukan Rindu
12 Bab 12 Di Laut Terdalam
13 Bab 13 Terasa Sakit
14 Bab 14 Semakin sakit
15 Bab 15 Lelucon Jelek
16 Bab 16 Tong Sampah
17 Bab 17 Sudah Berakhir
18 Bab 18 Guyuran Air
19 Bab 19 Selamat Datang Natasya
20 Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21 Bab 21 Berlawanan Arah
22 Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23 Bab 23 Fase Anak Muda
24 Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25 Bab 25 Teman Lama
26 Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27 Bab 27 Makan Malam Sederhana
28 Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29 Bab 29 Mediasi
30 Bab 30 Belum Waktunya
31 Bab 31 Dua Sahabat Karib
32 Bab 32 Aura Positif Natasya
33 Bab 33 Sebuah Kesialan
34 Bab 34 Semakin Ketat
35 Bab 35 Keinginan Emily
36 Bab 36 Tamu Tak Diundang
37 Bab 37 Bom Waktu
38 Bab 38 Siapa Sangka
39 Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40 Bab 40 Manisnya Karamel
41 Bab 41 Mungkin Besok
42 Bab 42 Dua Pilihan
43 Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44 Bab 44 Saling Melukai
45 Bab 45 Pandangan Buruk
46 Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47 Bab 47 Minuman Beralkohol
48 Bab 48 Kamu Siapa?
49 Bab 49 Awal Dari Semuanya
50 Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51 Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52 Bab 52 I Don't Give a Shit
53 Bab 53 Semua Akan Membaik
54 Bab 54 Tetangga Baik Hati
55 Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56 Bab 56. Pengumuman
57 Bab 57 Malam Yang Panas
58 Bab 58 Minggu, 7 Juli
59 Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60 Bab 60 Persahabatan Yang Renggang
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 Ditinggalkan
2
Bab 2 Tanggung Jawab
3
Bab 3 Pelanggan Favorit
4
Bab 4 Surat Kontrak
5
Bab 5 Daniel Malas Belajar
6
Bab 6 Guru Les Privat
7
Bab 7 Anak Tetangga
8
Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9
Bab 9 Sesak Nafas
10
Bab 10 Supermarket
11
Bab 11 Pelukan Rindu
12
Bab 12 Di Laut Terdalam
13
Bab 13 Terasa Sakit
14
Bab 14 Semakin sakit
15
Bab 15 Lelucon Jelek
16
Bab 16 Tong Sampah
17
Bab 17 Sudah Berakhir
18
Bab 18 Guyuran Air
19
Bab 19 Selamat Datang Natasya
20
Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21
Bab 21 Berlawanan Arah
22
Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23
Bab 23 Fase Anak Muda
24
Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25
Bab 25 Teman Lama
26
Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27
Bab 27 Makan Malam Sederhana
28
Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29
Bab 29 Mediasi
30
Bab 30 Belum Waktunya
31
Bab 31 Dua Sahabat Karib
32
Bab 32 Aura Positif Natasya
33
Bab 33 Sebuah Kesialan
34
Bab 34 Semakin Ketat
35
Bab 35 Keinginan Emily
36
Bab 36 Tamu Tak Diundang
37
Bab 37 Bom Waktu
38
Bab 38 Siapa Sangka
39
Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40
Bab 40 Manisnya Karamel
41
Bab 41 Mungkin Besok
42
Bab 42 Dua Pilihan
43
Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44
Bab 44 Saling Melukai
45
Bab 45 Pandangan Buruk
46
Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47
Bab 47 Minuman Beralkohol
48
Bab 48 Kamu Siapa?
49
Bab 49 Awal Dari Semuanya
50
Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51
Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52
Bab 52 I Don't Give a Shit
53
Bab 53 Semua Akan Membaik
54
Bab 54 Tetangga Baik Hati
55
Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56
Bab 56. Pengumuman
57
Bab 57 Malam Yang Panas
58
Bab 58 Minggu, 7 Juli
59
Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60
Bab 60 Persahabatan Yang Renggang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!