Bab 17 Sudah Berakhir

Suara napas saat tertidur terdengar lebih kencang di bawah langit malam, langkah kaki seorang anak kecil yang redam menyatu dalam keheningan. Di percobaannya yang kesekian kali, degup jantungnya dapat dia atur menjadi setenang sekarang.

Tanpa suara, Daniel sukses meminjam ponsel Android milik sang ayah, secara ilegal. Berbekal tautan yang ditulis Melody, ia mengakses situs "anak genius" dan segera membuat akun nya sendiri.

Hanya memakan waktu dua menit mengutak-atik situs yang baru dia kenal kemarin, Daniel sudah bisa melakukan transaksi dengan admin.

...****************...

Sang admin alias Melody, masih di perjalanan pulangnya bersama ojek on line. Hampir sampai, ia melewati warung di depan komplek perumahan. Tanpa Melody sadari, di warung itu ada laki-laki yang tengah duduk, yang tak lepas pandangannya dari Melody sampai ia lewat tak terlihat lagi.

Melody melakukan pembayaran tunai dengan uang tidak pas, sopir ojek itu memberi kembalian satu koin seribu rupiah, Melody menerimanya lalu masuk ke dalam rumah.

Maju dua langkah dari pintu, lalu berbalik melihat ke atas pintu, jam dinding berbentuk kotaknya menunjuk pada pukul setengah sembilan. Jam pulang mengasuhnya tidak lebih dari jam tujuh malam, waktu luang itu dipakai untuk mengantar tugas-tugas luring. Sudah dikerjakan, minta diantar pula, tapi tak apa karena mereka membayar ongkos kirim.

Layar monitor sudah menyala, Melody sudah berpakaian santai serba pendek, lanjut ia mengecek situs yang dia bangun dua tahun lalu. Banyak pesan-pesan belum terbaca, Melody terus menggulir semua pesan sampai dia menemukan pengguna baru yang pakai nama samaran, tanpa gambar di profilnya.

"Kamu bisa menyembunyikan nama dan identitas dari pengguna lain, tapi aku bisa melihat alamat e-mail mu wahai anak genius, hihi," ucap Melody terkekeh-kekeh.

Tawanya terhenti, mulutnya menganga lebar. Dia kira akan menemukan alamat e-mail bernamakan ayahnya, yang dia temukan justru nama panggilan Daniel yang dia sendiri buat. Daniel membuat akun e-mail nya sendiri, tak disangka dia akan belajar secepat itu.

Tanpa basa-basi pengguna baru itu bertanya pada intinya.

Berapa maksimal soal yang mampu kalian kerjakan?

Tanpa ragu Melody menyanggupi sebanyak apapun yang dia minta, kalaupun harus meminta bantuan orang lain.

Tanpa batas

"Hanya padamu saja, jika seratus atau dua ratus soal, jika harus dikerjakan satu malam pun, aku sudi membayar penjoki lain untuk mengejar waktu tenggat itu." sambungnya.

Muncul balasan saat itu juga.

Meskipun memakai voucher?

Melody mengiyakan, dia tak pernah menggunakan sistem voucher sebenarnya. Anak itu menurut saja saat diarahkan agar meletakkan angka-angka acak yang dia berikan di balon obrolan, Melody sedikit was-was mengingat kecerdasan Daniel yang berada di atas rata-rata, benarkah tertipu semudah itu?

Cklek.

Kakinya bertumpu pada lantai membalikkan kursi putar, terlihat Felicia masuk ke dalam kamarnya, mata gadis itu menatap ke bawah. Mulutnya hendak mengeluarkan suara, perasaan Melody tidak enak melihat keraguannya.

"Di luar ada ..." Felicia tak melanjutkan perkataannya.

"Ada siapa? Tristan?" tebaknya asal, siapa lagi? Melody sudah tak punya teman lagi sejak dua sahabatnya menikah.

Kepala Felicia menggeleng-geleng, dilihat dari tatapannya Melody sudah bisa menebak siapa orang itu.

Tidak mungkin ....

Melody menekan keras pegangan pintu utama rumah, berdiri sosok laki-laki dengan tinggi 175 cm, 3 cm di atas Melody. Sepasang bola matanya terpaku pada Jaket kuning kelabu pemberiannya di masa lalu, resletingnya bahkan sudah rusak.

"Melody, aku masih ..." ucapan Glenn terpotong.

"Tutup mulutmu." Melody kembali masuk.

Ia membiarkan pintu terbuka, Glenn yang panik ikut menyerobot masuk. Melody tersentak, seseorang yang sudah asing baginya itu masuk ke dalam rumahnya.

"Keluar! Jangan langkahkan kaki mu di rumah ini," sambar Melody.

Menciut laki-laki itu dibentaknya, lantas ia sadar diri dan melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu. Tanpa rasa malu duduk menunggu di teras. Melody keluar memakai celana olahraga panjang, tapi masih dengan kaos oblong pendeknya.

Seraya berjalan melewati Glenn, tangan Melody memakaikan topi padanya. Glenn pun bangkit dan mengikutinya, walau tetap menjaga jarak agar tidak memicu emosi Melody lagi.

"Dingin begini Mel, harusnya kamu pake jaket," ujar Glenn.

Pria manapun akan terganggu melihat seorang wanita memakai baju lengan pendek di kala angin malam bertiup sana-sini. Apalagi jika itu adalah wanita yang dicintainya.

Melody tak menggubris, dia bukannya sengaja ingin berjalan berdua dengan suami orang. Hanya tak mau adik-adiknya mendengar perdebatan mereka nanti, walau entah apa yang akan mereka bicarakan. Ada secuil perasaan egois di lubuk hatinya.

Glenn mendekat, menanggalkan jaket yang dia pakai, lalu memakaikannya pada Melody. Wanita itu tidak menolak.

"Kita ke warung biasa?" pertanyaan lain, yang juga terabaikan.

Tapi tidak keliru, Melody berhenti di warung depan gang dan duduk di bangku yang tersedia di sana. Glenn mengikutinya, duduk seraya tetap menjaga jaraknya.

Harum kopi dan jahe di dalam susu sapi yang menghangatkan indra penciuman dihidangkan oleh pria tua, yang seumuran dengan ayah Melody jika masih hidup. Melody melempar senyum pada sang pedagang, yang biasa dia panggil mang Joko. Beliau merupakan suami dari ibu penjual nasi kuning di pagi hari.

Glenn menyeruput susu jahe nya, ia letakkan kembali gelas itu dan membuka pembicaraan. Tanpa basa-basi.

"Aku masih mencintai kamu, Melody," tegasnya, dengan tatapan lekat.

Bukannya terharu, Melody menatap jijik pada tatapan itu. Goresan lukanya kering karena kehadiran Daniel, tapi tetap sakit jika disentuh. Lebih parah lagi jika disentuh oleh pecahan beling yang dulu melukainya.

"Lalu apa? Aku tidak sudi bermain di belakang denganmu," sanggah Melody.

Glenn mendekat, berusaha menautkan kedua lengan mereka tapi wanita itu jelas menghindar. Glenn menyerah dengan kontak fisik, dia tak henti-hentinya membujuk menggunakan perkataan manisnya. Namun yang satu ini membuat Melody tak habis pikir.

"Aku akan menceraikan Sasha setelah anaknya lahir, kita bisa kembali seperti dulu lagi, kan?" ucapnya tanpa ragu sedikitpun.

Tak hanya Melody yang tercengang, Joko dan anak-anak remaja yang menyaksikan drama mereka sedari tadi juga ikut melotot mendengarnya. Memang tak punya malu, beruntung yang menonton mereka hanya anak-anak remaja dan lelaki tua, jika ibu-ibu tukang gosip habis sudah telinganya digunjing satu komplek.

Ditambah gelak tawa Melody, reaksi yang tak pernah mereka duga. Melody sendiri tak tahu apa yang dia tertawa kan, menertawakan Glenn yang tidak punya malu, atau dirinya yang menyedihkan.

Melody tertunduk, di depan matanya terlihat hitam kopi yang masih penuh dalam gelasnya. Uap dari secangkir kopi itu membuat matanya panas dan berkaca-kaca. Ia bangkit berdiri, meneguk seluruh cairan hitam itu hingga terlihat ampas dan dia berhenti. Melody membayar kopinya.

"Pulanglah, anakmu di rumah menendang-nendang perut Sasha. Dia tahu ayahnya mencari kepuasan dari wanita lain," sindir Melody pelan namun tepat di depan muka laki-laki itu, lalu pergi.

"Apa! Aku tidak berniat ..." Percuma Glenn meneruskan, Melody sudah berjalan menjauh dari warung itu.

Suara hentakan kaki Glenn yang berlari sekuat tenaga, terdengar semakin mendekat. Lelaki itu menghalangi jalurnya.

"Jangan seperti ini, aku mohon. Aku sungguh tak bisa melawan ibuku kemarin, beri aku kesempatan," pinta Glenn.

Bukan sebulan dua bulan, tahun-tahun remaja mereka di sekolah menengah adalah masa hubungan mereka dimulai. Kulit putih Glenn memerah dan matanya mulai berkaca-kaca, Melody tak kuasa melihatnya. Air mata wanita itu malah turun lebih dulu.

Ingin dia mengusapnya air mata yang mulai menetes di pipi Glenn, tapi itu sama saja seperti dia membuka pintu hatinya kembali. Melody menghapus dan menghentikan air matanya sendiri secara paksa.

"Terserah kau mau apa dengan Sasha, aku tidak akan kembali padamu. Jangan pernah mengusik masa lalu lagi," jelas Melody, dengan nada rendah namun matanya serius.

Glenn terdiam, ia menatap ke bawah. Melody menganggapnya sebagai persetujuan, kedua kakinya melanjutkan langkahnya kembali. Tak sanggup jika matanya harus melihat Glenn menangis.

Setelah terdiam cukup lama, Glenn menghapus air matanya hendak kembali pulang. Tapi dari kejauhan Melody terlihat membuka jaket yang dia pakaikan tadi, perasaannya tidak enak. Melody melempar jaket itu di tanah dekat rumahnya, wanita itu masuk ke dalam rumah.

Glenn sontak berlari secepat kilat, sesuai dugaannya Melody keluar membawa korek api. Tak sempat menyusul, jaket kuning kelabu yang merupakan rekam jejak hubungan mereka nyala terbakar api.

Semakin dibuat kecewa, Glenn berkendara dalam amarah yang meledak-ledak, ia meninggikan kecepatan motornya, menantang maut. Sambil sesekali berteriak.

Berbeda dengan Melody yang menangis dalam diam, air mata tak henti bercucuran, tapi tak ada yang mendengar isakan tangisnya.

Melody sudah tak pernah menghitung atau merayakan hari jadi hubungan mereka. Laki-laki itu sudah menjadi bagian dari dirinya.

Aku tak bisa melewati ibumu, aku juga tidak bisa melihatmu melawan wanita yang melahirkan mu. Sampai kapanpun ibumu tak akan pernah bisa memaafkan ku.

Felicia hanya bisa melihat dari jendela rumah, rasa iba di hatinya turut mengundang percikan air mata.

...****************...

Episodes
1 Bab 1 Ditinggalkan
2 Bab 2 Tanggung Jawab
3 Bab 3 Pelanggan Favorit
4 Bab 4 Surat Kontrak
5 Bab 5 Daniel Malas Belajar
6 Bab 6 Guru Les Privat
7 Bab 7 Anak Tetangga
8 Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9 Bab 9 Sesak Nafas
10 Bab 10 Supermarket
11 Bab 11 Pelukan Rindu
12 Bab 12 Di Laut Terdalam
13 Bab 13 Terasa Sakit
14 Bab 14 Semakin sakit
15 Bab 15 Lelucon Jelek
16 Bab 16 Tong Sampah
17 Bab 17 Sudah Berakhir
18 Bab 18 Guyuran Air
19 Bab 19 Selamat Datang Natasya
20 Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21 Bab 21 Berlawanan Arah
22 Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23 Bab 23 Fase Anak Muda
24 Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25 Bab 25 Teman Lama
26 Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27 Bab 27 Makan Malam Sederhana
28 Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29 Bab 29 Mediasi
30 Bab 30 Belum Waktunya
31 Bab 31 Dua Sahabat Karib
32 Bab 32 Aura Positif Natasya
33 Bab 33 Sebuah Kesialan
34 Bab 34 Semakin Ketat
35 Bab 35 Keinginan Emily
36 Bab 36 Tamu Tak Diundang
37 Bab 37 Bom Waktu
38 Bab 38 Siapa Sangka
39 Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40 Bab 40 Manisnya Karamel
41 Bab 41 Mungkin Besok
42 Bab 42 Dua Pilihan
43 Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44 Bab 44 Saling Melukai
45 Bab 45 Pandangan Buruk
46 Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47 Bab 47 Minuman Beralkohol
48 Bab 48 Kamu Siapa?
49 Bab 49 Awal Dari Semuanya
50 Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51 Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52 Bab 52 I Don't Give a Shit
53 Bab 53 Semua Akan Membaik
54 Bab 54 Tetangga Baik Hati
55 Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56 Bab 56. Pengumuman
57 Bab 57 Malam Yang Panas
58 Bab 58 Minggu, 7 Juli
59 Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60 Bab 60 Persahabatan Yang Renggang
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 Ditinggalkan
2
Bab 2 Tanggung Jawab
3
Bab 3 Pelanggan Favorit
4
Bab 4 Surat Kontrak
5
Bab 5 Daniel Malas Belajar
6
Bab 6 Guru Les Privat
7
Bab 7 Anak Tetangga
8
Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9
Bab 9 Sesak Nafas
10
Bab 10 Supermarket
11
Bab 11 Pelukan Rindu
12
Bab 12 Di Laut Terdalam
13
Bab 13 Terasa Sakit
14
Bab 14 Semakin sakit
15
Bab 15 Lelucon Jelek
16
Bab 16 Tong Sampah
17
Bab 17 Sudah Berakhir
18
Bab 18 Guyuran Air
19
Bab 19 Selamat Datang Natasya
20
Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21
Bab 21 Berlawanan Arah
22
Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23
Bab 23 Fase Anak Muda
24
Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25
Bab 25 Teman Lama
26
Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27
Bab 27 Makan Malam Sederhana
28
Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29
Bab 29 Mediasi
30
Bab 30 Belum Waktunya
31
Bab 31 Dua Sahabat Karib
32
Bab 32 Aura Positif Natasya
33
Bab 33 Sebuah Kesialan
34
Bab 34 Semakin Ketat
35
Bab 35 Keinginan Emily
36
Bab 36 Tamu Tak Diundang
37
Bab 37 Bom Waktu
38
Bab 38 Siapa Sangka
39
Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40
Bab 40 Manisnya Karamel
41
Bab 41 Mungkin Besok
42
Bab 42 Dua Pilihan
43
Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44
Bab 44 Saling Melukai
45
Bab 45 Pandangan Buruk
46
Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47
Bab 47 Minuman Beralkohol
48
Bab 48 Kamu Siapa?
49
Bab 49 Awal Dari Semuanya
50
Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51
Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52
Bab 52 I Don't Give a Shit
53
Bab 53 Semua Akan Membaik
54
Bab 54 Tetangga Baik Hati
55
Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56
Bab 56. Pengumuman
57
Bab 57 Malam Yang Panas
58
Bab 58 Minggu, 7 Juli
59
Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60
Bab 60 Persahabatan Yang Renggang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!