Bekerja di hari Senin sampai Jumat sudah menjadi rutinitas Melody Robinson si pengasuh. Jamie selaku majikan yang baik mengijinkan si pengasuh libur di akhir pekan karena dia tidak bekerja di hari itu. Akan tetapi khusus Sabtu ini Melody datang ke tempatnya bekerja untuk membicarakan persoalan peraturan, tugas, juga gaji.
Meski berada di ruang tamu, tuan dan pengasuh barunya menganggur kan sofa dan memilih duduk di atas karpet bulu. Jamie yang tidak ragu-ragu duduk di lantai mengangkat kakinya sebelah sampai menyentuh dada. Membuat orang di sekitarnya nyaman, tidak merasa sungkan maupun kaku.
Jamie George Gray mengulurkan kepada Melody selembar kertas, di sana tertulis tulisan Jamie sendiri peraturan yang harus diikuti dan tugas-tugasnya sebagai pengasuh putra semata wayangnya, Daniel Marcelino Gray.
Melihat kertas itu Melody tertuju pada salah satu larangan, "Daniel tidak diperbolehkan bermain atau menggunakan smartphone" . Turut mengundang pertanyaan bagi Melody.
"Kapan Daniel boleh menggunakan hape?" tanya Melody.
"Masuk sekolah menengah, mungkin?" jawab Jamie ragu.
"Mungkin??" Melody memastikan.
"Pastinya sampai dia mampu menyaring apa yang dia tangkap di media sosial online. Daniel selalu haus akan hal baru, saya belum siap jika Daniel masuk ke jaringan online yang begitu luasnya," jelas Jamie.
Sampai saat ini Daniel tidak bisa walau sekedar menggunakan android, ia hanya paham menerima telepon tanpa tahu bagaimana melakukan panggilan. Pada dasarnya Jamie takut kecerdasan Daniel menjadi luka bagi dirinya sendiri kelak.
"Memberi smartphone pada anak di bawah umur memang bahaya, ya. Bisa-bisa kecanduan anak Kakak." ucap Melody di mulutnya.
Hatinya berkata lain,
"Apa-apaan! Membosankan banget hidup anak itu."
Sang pengasuh hendak menandatangani surat kontrak tersebut. Namun, tiba-tiba Daniel datang tempat ayah dan pengasuhnya berunding. Anak itu merampas kertas kontrak di meja serta pulpen yang sedang dipegang oleh Melody. Ia hendak menambahkan sesuatu di sana. Seusai menulis, dikembalikan kertas itu pada Melody si pengasuh.
Mulut monyong sekecil lubang hidung-nya bergumam,
"Bisa-bisanya berunding dengan pengasuh tanpa melibatkan anak yang akan diasuh."
Tercatat poin baru di barisan tugas pengasuh, yaitu "cari tahu dulu sebelum memberi daniel sesuatu"
Melody mengulas senyum palsu melihat tulisan yang kebesaran dan tidak lurus di satu baris itu. Sepertinya Daniel masih belum bisa melupakan insiden di pernikahan Glenn. Rasa takutnya pada kematian bukan main semenjak terkena tuberkulosis.
Tanpa keraguan wanita itu mencoret kan namanya di atas kertas, barulah ia kembali membaca daftar yang lumayan padat, juga ditambah tulisan jelek yang merusak pemandangan.
Tak hanya perihal mengasuh, Melody pun diarahkan agar memerhatikan makanan yang akan dimakan Daniel, obat rutin yang tidak boleh terlewat, dan beberapa pengecekan yang harus dilakukan di rumah sakit. Melody harus bisa melakukan semuanya sendiri, tetapi ia diperbolehkan menghubungi Jamie jika kewalahan. Di pernjanjian pun tertulis jangka kerja Melody hanya sampai Emily, ibu sang anak asuh pulang.
Seraya Jamie yang meringkus kertas kontrak, pokus Melody teralihkan oleh foto-foto berbingkai di rak hias. Salah satunya terdapat Glenn, Melody dan Daniel yang terekam dalam satu foto.
Gambaran-gambaran memori lama terputar kembali di pandangannya. Di waktu penangkapan gambar itu, Daniel masih merangkak. Cakaran yang cukup panjang di wajah Melody menjadi alasan foto itu dicetak. Benar, Daniel adalah pelakunya. Kemudian Glenn berniat menyapu setetes darah di wajahnya dengan lembut, tapi darahnya sudah kering, rasa sakit saat pembersihan luka tidak bisa dihindarkan.
Melody dengan cepat mengedipkan matanya, ia tak mau mengingat kenangan bersama mantannya lebih jauh lagi. Orang itu sudah tidak disisinya lagi,
Dengan pahit ia berkata pada dirinya sendiri dalam hati, "saat ini dia sudah mempunyai keluarga baru dan calon bayi di kandungan istrinya."
Tiba-tiba Daniel sudah ada di atas bangku saja. Untuk rak hias yang tidak tinggi pun Daniel masih membutuhkan bangku untuk meraih foto yang sudah ditatap lama oleh Melody. Tertelungkup foto itu oleh tangan kecil Daniel.
Yang dilakukan bocah ini, apapun tujuannya dia berhasil membuat senyuman terbit di wajah pengasuhnya. Acungan jempol turut membuatnya berkacak pinggang.
"Mission completed." gumam Daniel bangga.
"Anak ini sok jadi pahlawan, ya. Kalau ayahnya tidak ada di sini aku pasti sudah mengolok-olok dia," gumam Melody dalam hatinya.
Jamie hanya bisa memperhatikan tingkah lucu Daniel yang menurutnya heroik. Sudah ada Daniel, ia tak perlu repot-repot menghabiskan waktunya untuk menghibur seorang wanita yang tengah patah hati.
"Melody Dany gak bisa turun ...."
"Ha-ha-ha!"
Meskipun tak ingin berpikir demikian, Melody mungkin hanya menjadikan Daniel sebagai alasan, mungkin dia merencanakan sesuatu, mungkin semuanya akan rumit, hidup Jamie sendiri sudah kusut dan sekarang ditambah satu anak bermasalah masuk ke rumahnya.
"Melody ... huaaa ...."
"Baiklah Little Guy, turunkan rambutmu."
Menirukan parodi karakter gadis berambut emas panjang.
Ada yang lebih menakutkan. Bagaimana dia akan melalui hari-harinya dengan seorang wanita yang dia kenal sejak lama. Kendati begitupun mereka tak pernah berteman, hanya saling mengenal satu sama lain karena sering berpapasan. Sama sekali bukan waktu yang tepat.
"Jangan sampai jatuh ke perangkap licik takdir," batin Jamie.
Daniel menyayangkan Melody tidak bisa berlama-lama dirumahnya, besok pun Melody masih libur. Tempo hari, ia tak ingin melihat Melody lagi. Tapi tak lama kemudian dia bisa mendadak suka kembali.
"Bye-bye, Melody ..." ujar Daniel di depan pintu.
Akhirnya Jamie tersadar, sedari tadi rasanya ada yang aneh saat Daniel berbicara dengan Melody.
"Kenapa kamu manggil dia Melody? Bukan kak Melly lagi?" tanyanya.
"Kak Melly yang bikin aku kejang-kejang itu? No, no, dia Melody, Ayah!" tegas Daniel.
Mengganti panggilan dari "kak Melly" menjadi "Melody" cukup untuk mengganti pribadi seseorang jadi seperti yang dia inginkan. Dengan mengubur dalam-dalam panggilan akrab yang dia terapkan sejak masih belajar mengeja, ia bisa berteman kembali dengan sosok yang sama.
Kata siapa pula dia kejang-kejang? Biarlah namanya juga anak kecil.
Melody yang baru sampai di depan komplek rumahnya, teringat akan sesuatu.
"Tidak ada kesepakatan untuk merahasiakan statusku sebagai pengasuh Daniel pada keluarganya?"
Jelas ia takut jika Lena, ibu Jamie marah besar mengetahui fakta tersebut.
"Ah, tidak, tidak. Aku yakin kak Jamie akan sangat mengerti. Mana mungkin dia tega mau melihat aku ditampar lagi, kan?" Melody hanya ingin berpikir positif untuk saat ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments