Bab 2 Tanggung Jawab

Di depan ruang Instalasi Gawat Darurat, Melody mondar-mandir dengan wajah cemas dan takut sekaligus. Takut akan diminta ganti rugi.

“Kak Jamie pasti udah bilang ke orang-orang kalau aku yang membuat anaknya masuk rumah sakit,” gumam wanita itu.

Rasa takutnya terjawab, Jamie datang menyusul ke rumah sakit bersama ibunya. Wajah marah ibunya terpampang jelas ditujukan pada Melody. Jamie yang datang duluan mengabaikan sekitar dan langsung masuk ke ruang IGD.

Terlihat anaknya terbaring lemas, Jamie mengusap kepala Daniel. Dokter menjelaskan seberapa parah kondisi putra semata wayangnya itu, akibat pengobatan yang didapat Daniel sangat terlambat, penyakit di tubuhnya sudah terlanjur parah.

“Bapak tidak perlu kuatir. Pengobatan harus tetap berjalan, dan anak bapak mudah-mudahan kuat dan bisa sembuh.”

Jamie menurunkan pandangannya ke bawah, memikirkan kondisi Daniel yang memprihatinkan. Dia sama sekali tidak terhibur dengan apa yang dikatakan dokter di akhir perkataannya.

“Oh, dan juga katakan pada Nak Melody. Ini bukan salah dia, Nak Melody terus-terusan menyalahkan dirinya karena memberi Daniel es krim.” Tambah Pak Dokter.

PLAKK!

Suara tamparan terdengar nyaring diluar sana, Jamie yang mendengar itu langsung bergegas keluar untuk memeriksa apa yang terjadi. Jamie baru ingat Melody ada diluar bersama ibunya.

Tampak di sana Melody berkaca-kaca memegang pipinya yang memerah.

“Mama tampar dia?” tanya Jamie.

“Gara-gara perempuan itu, cucu kesayangan Mama masuk rumah sakit! Kamu kan ayahnya! Apa kamu tidak marah?” Ibu itu menunjuk-nunjuk Melody dengan tangannya.

Melody meminta maaf sambil menundukkan kepalanya, mendukung asumsi Lena, wanita yang melahirkan Jamie.

“Tuh, liat!” timpal Lena.

Ibu dan anak itu akhirnya berdebat, Melody merasa hanya jadi pengganggu. Berada di sana pun, ia sadar tak akan mampu bertanggungjawab. Jamie memanggil Melody yang berjalan pergi, tetapi dihiraukan.

“Jadi Mama salah, karena nyalahin dia?” Lena masih melanjutkan perdebatan mereka.

“Mama selalu mencari-cari kesalahan dia, agar semua orang membencinya. Karena dari dulu Mama memang tidak pernah suka dengan Melody!”

Pria itu pergi menyusul Melody, Ibunya yang ditinggalkan semakin kesal. Jamie berlari keluar dari rumah sakit, tampak Melody sedang berdiri di pinggir jalan. Jamie dengan segera menghampirinya.

“Mel …” Perkataan Jamie yang belum selesai, terpotong.

“Kak Jamie gak usah khawatir aku akan tanggung jawab. Tapi kalo Kak Jamie maunya tunai aku gak bisa sekarang. Aku akan ke rumah Kak Jamie kalo sudah dapat pinjaman dari bank. Itupun kayaknya gak seberapa. Jadi ….”

“Sssstt!” Telunjuk pria itu menahan bibir Melody yang ocehannya mengalir terus seperti keran terbuka

Jamie mengajaknya duduk di bangku halte untuk bicara sebentar, menjelaskan keadaan Daniel. Dan penyebab Daniel bisa kambuh bukan salah siapapun. Wanita itu sudah dengar dari pak Dokter akan tetapi Melody masih belum bisa menghilangkan rasa bersalahnya.

“Daniel ternyata belum sarapan saat aku memberikan eskrim,” ucapnya.

Pria itu sudah tidak bisa berkata-kata lagi, Melody justru menjadi jauh lebih syok saat mendengar Daniel mengidap penyakit itu. Tiba-tiba terbesit dalam pikirannya tentang perkataan orang di dalam acara pernikahan tadi.

“Kak, kata orang Kak Emily sedang tidak ada. Bagaimana kalau aku mengasuh Daniel untuk sementara?” tanya Melody.

Beberapa minggu yang lalu Daniel memang bikin ulah dan pengasuhnya tidak mau mengasuhnya lagi. Padahal Jamie harus bekerja. Dan Melody sudah lama menganggur, kerjanya hanya menerima orderan joki tugas yang pendapatannya tidak bisa diandalkan untuk kebutuhan sehari-hari.

“Kamu lagi menganggur? Kamu lagi butuh pekerjaan?” Jamie tampak bingung.

Melody mengangguk dan tersenyum membenarkan.

“Gajinya kan gak seberapa. Kalau kamu butuh pekerjaan, saya bisa hubungin teman-teman saya yang punya koneksi di beberapa perusahaan.”

Jamie merasa tidak enak jika memperkerjakan anak yang menurutnya masih terbilang muda menjadi pengasuh. Dia bisa memberi Melody pekerjaan yang jauh lebih baik dari seorang pengasuh.

Jelas Melody tergiur dengan tawarannya, kenapa tidak dari dulu dia menanyakan soal pekerjaan pada Jamie. Mengingat Jamie seorang arsitektur terkenal yang selalu mendapat klien-klien dari perusahaan besar.

“Boleh banget! Tapi setelah Kak Emily kembali, ya? Tolong biarkan aku bertanggungjawab atas perbuatan ku,” ucapnya. Tatapan lekat Melody tidak menaruh candaan sedikitpun.

Karena dari jauh-jauh hari, Melody sudah sering mengasuh dan bermain dengan Daniel sewaktu masih jadi pacar Glenn, menjadikan Melody sebagai pengasuhnya bukanlah keputusan yang buruk.

Pria itu memalingkan wajahnya.

“Selamat. Kamu lolos interview, Melody Robinson,” ujarnya.

Jamie melanjutkan dalam hati. “Aku juga tidak butuh pengasuh jangka panjang, Melody bahkan tidak perlu repot-repot menghabiskan waktu untuk beradaptasi. Hanya sampai Emily kembali.”

“Yeay!” Melody bersorak gembira.

Setelah itu senyuman lebar di wajahnya tak kunjung pudar.

***

Hari masih gelap, Melody sudah memasuki area dapur. Ia menyusun sandwich dengan bahan seadanya. Dari semalam Daniel terus mengisi kepalanya, ia masih tak menyangka anak sekecil itu sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kenapa pula ibu-ibu bergosip sekeras itu di acara yang berkaitan dengan keluarganya? Bagaimana perasaan Jamie saat menghadiri pesta adiknya sendiri dikelilingi tamu tak berperasaan? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.

Felicia yang masih setengah tidur, bangun, hendak ke kamar mandi. Saat melewati dapur, matanya melotot terheran heran melihat kakaknya sudah berdiri mengoprek dapur di pagi buta.

“Kakak ngapain? Belum tidur ya?” lirih Felicia. Matanya kembali sipit

“Tidur,” sahut Melody, “aku kan udah bilang, hari ini mulai kerja.”

Felicia lanjut ke kemar mandi sambil menggosok-gosok matanya dengan ujung lengan baju. Sehabis dari kamar mandi, ia menempatkan dirinya di samping kakaknya.

“Kakak yakin gak bakal ketemu Glenn di sana?” Celetuk Felicia seraya mengambil piring untuk sandwich yang dibuat Melody.

Angguk Melody, “kalau dia udah gak ngontrak aku lagi, katanya dia akan hubungin ordal-ordal perusahaan buat masukin aku ke sana.” Melody mengalihkan pembicaraan.

“Keeren.” Felicia datar.

Gedung apartemen di tempatnya bekerja menjulang tinggi, bukan apartemen biasa. Melody melangkahkan kakinya masuk ke dalam, menghirup AC yang sudah lama tidak dirasakannya sejak lulus kuliah.

Pintu rumah Jamie terbuka setelah Melody mengetuknya beberapa kali. Melody menunduk sopan, terlihat Sepatu di kaki Jamie masih terpasang sebelah dan belum terikat. Rupanya ia masih mengikat tali sepatunya.

Lensa di kacamatanya terlihat kinclong. Jamie menyamping, ada banderol yang masih mengait di batang kacamatanya.

“Kacamatanya baru, Kak Jamie?” ujar Melody tiba-tiba.

Jamie menoleh ke arahnya dengan menaikkan alisnya sebelah. “Tahu darimana dia?” ucapnya dalam hati.

“Bandrolnya masih terpasang,” kata Melody, seolah dia bisa membaca pikiran orang di depannya.

Pria itu memasang ekspresi “Hah” di wajahnya. Kemudian ia membelakangi Melody dan membuka kacamatanya. Dia bergumam, “oh iya.”

Melody cemberut, sayang sekali, dia penasaran dengan wajahnya tanpa kacamata.

Persiapannya berangkat kerja sudah siap. Tak lupa sebagai seorang ayah, Jamie menghampiri anaknya yang masih tertidur. Satu kecupan mendarat di dahi lebar Daniel. Ia berpamitan dengan Melody setelahnya.

“Aku tak bermaksud mensyukuri penyakit yang menimpa Daniel. Tapi, terimakasih bocah! Berkat dirimu ….” Ungkapnya pada diri sendiri dalam hati.

***

Sudah dua jam berlalu, Daniel masih belum keluar dari kandangnya. Anak kecil memang lama tidurnya, tapi untuk yang satu ini Melody gelisah. Ia pegang gagang pintu dan mencoba membukanya.

“Dikunci?” gumamnya, pintunya tidak bisa dibuka padahal tadi ayahnya bisa masuk.

“Dany?” ucap Melody, menempelkan daun telinganya ke pintu.

Tak ada jawaban. Tapi bisa disimpulkan kalau Daniel tidak mau didekati olehnya.

Episodes
1 Bab 1 Ditinggalkan
2 Bab 2 Tanggung Jawab
3 Bab 3 Pelanggan Favorit
4 Bab 4 Surat Kontrak
5 Bab 5 Daniel Malas Belajar
6 Bab 6 Guru Les Privat
7 Bab 7 Anak Tetangga
8 Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9 Bab 9 Sesak Nafas
10 Bab 10 Supermarket
11 Bab 11 Pelukan Rindu
12 Bab 12 Di Laut Terdalam
13 Bab 13 Terasa Sakit
14 Bab 14 Semakin sakit
15 Bab 15 Lelucon Jelek
16 Bab 16 Tong Sampah
17 Bab 17 Sudah Berakhir
18 Bab 18 Guyuran Air
19 Bab 19 Selamat Datang Natasya
20 Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21 Bab 21 Berlawanan Arah
22 Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23 Bab 23 Fase Anak Muda
24 Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25 Bab 25 Teman Lama
26 Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27 Bab 27 Makan Malam Sederhana
28 Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29 Bab 29 Mediasi
30 Bab 30 Belum Waktunya
31 Bab 31 Dua Sahabat Karib
32 Bab 32 Aura Positif Natasya
33 Bab 33 Sebuah Kesialan
34 Bab 34 Semakin Ketat
35 Bab 35 Keinginan Emily
36 Bab 36 Tamu Tak Diundang
37 Bab 37 Bom Waktu
38 Bab 38 Siapa Sangka
39 Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40 Bab 40 Manisnya Karamel
41 Bab 41 Mungkin Besok
42 Bab 42 Dua Pilihan
43 Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44 Bab 44 Saling Melukai
45 Bab 45 Pandangan Buruk
46 Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47 Bab 47 Minuman Beralkohol
48 Bab 48 Kamu Siapa?
49 Bab 49 Awal Dari Semuanya
50 Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51 Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52 Bab 52 I Don't Give a Shit
53 Bab 53 Semua Akan Membaik
54 Bab 54 Tetangga Baik Hati
55 Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56 Bab 56. Pengumuman
57 Bab 57 Malam Yang Panas
58 Bab 58 Minggu, 7 Juli
59 Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60 Bab 60 Persahabatan Yang Renggang
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 Ditinggalkan
2
Bab 2 Tanggung Jawab
3
Bab 3 Pelanggan Favorit
4
Bab 4 Surat Kontrak
5
Bab 5 Daniel Malas Belajar
6
Bab 6 Guru Les Privat
7
Bab 7 Anak Tetangga
8
Bab 8 Internet Kawan Atau Lawan?
9
Bab 9 Sesak Nafas
10
Bab 10 Supermarket
11
Bab 11 Pelukan Rindu
12
Bab 12 Di Laut Terdalam
13
Bab 13 Terasa Sakit
14
Bab 14 Semakin sakit
15
Bab 15 Lelucon Jelek
16
Bab 16 Tong Sampah
17
Bab 17 Sudah Berakhir
18
Bab 18 Guyuran Air
19
Bab 19 Selamat Datang Natasya
20
Bab 20 Keinginan Setiap Anak
21
Bab 21 Berlawanan Arah
22
Bab 22 Berkumpulnya Keluarga
23
Bab 23 Fase Anak Muda
24
Bab 24 Wajah Tanpa Dosa
25
Bab 25 Teman Lama
26
Bab 26 Pemberian Seorang Jamie
27
Bab 27 Makan Malam Sederhana
28
Bab 28 Pulangnya Nyonya Rumah
29
Bab 29 Mediasi
30
Bab 30 Belum Waktunya
31
Bab 31 Dua Sahabat Karib
32
Bab 32 Aura Positif Natasya
33
Bab 33 Sebuah Kesialan
34
Bab 34 Semakin Ketat
35
Bab 35 Keinginan Emily
36
Bab 36 Tamu Tak Diundang
37
Bab 37 Bom Waktu
38
Bab 38 Siapa Sangka
39
Bab 39 Sebutan Baru Lagi
40
Bab 40 Manisnya Karamel
41
Bab 41 Mungkin Besok
42
Bab 42 Dua Pilihan
43
Bab 43 Anak-anak Yang Tertidur
44
Bab 44 Saling Melukai
45
Bab 45 Pandangan Buruk
46
Bab 46 Ternyata Bukan Teman
47
Bab 47 Minuman Beralkohol
48
Bab 48 Kamu Siapa?
49
Bab 49 Awal Dari Semuanya
50
Bab 50 Hati Perlu Dijaga
51
Bab 51 Kepergian Yang Mendadak
52
Bab 52 I Don't Give a Shit
53
Bab 53 Semua Akan Membaik
54
Bab 54 Tetangga Baik Hati
55
Bab 55 Suami Dan Pebinor Bertemu
56
Bab 56. Pengumuman
57
Bab 57 Malam Yang Panas
58
Bab 58 Minggu, 7 Juli
59
Bab 59 Hanya Kita Berdua Yang Tau
60
Bab 60 Persahabatan Yang Renggang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!