Harum masakan bertiup melewati penciuman Daniel yang sudah duduk menunggu di kursi makan. Melody datang Bersama tiga menu utama mereka, sup ikan dan tumis sayur untuk anak kecil, telur balado untuk orang dewasa. Daniel tidak boleh bosan memakan makanan-makanan super sehat itu.
Akhirnya mereka bisa menikmati makan malam yang lezat kembali. Sebenarnya hanya satu hari, yang membuatnya menjadi berat karena tidak ada waktu untuk tidur. Kecuali untuk Melody yang rekor begadang paling lama lima hari.
Sebelum dimakan, Daniel terlebih dahulu memisahkan tulang besar dari daging ikan. Jamie tidak sembarang memilih jenis ikan, jenis yang dia pilih adalah jenis ikan yang tidak ada tulang halus agar aman bagi anaknya.
"Dany, ikan ku ada tulangnya juga, nih," ucap Melody memberi kode.
"Bersihkan sendiri." Daniel memakan dengan lahap.
Jamie tersenyum. "Sini."
Dengan semangat Melody menyodorkan piringnya pada tangan pria itu, ia menoleh pada Daniel dan menjulurkan lidahnya, meledek. Selesai Jamie memisahkan tulang, mereka baru mulai makan dengan lahap dan penuh rasa syukur di hati mereka.
Seperti biasa Daniel meminum obat, dibantu oleh Jamie. Melody mencuci piring bekas makan mereka, biasanya Melody akan pulang setelah selesai makan malam dan dibawakan se-rantang makanan yang juga di masak Jamie bersama dengan makan malam, untuk adik-adik Melody.
"Melody nginep lagi, ya?" ujar Daniel mendadak di belakangnya.
"Enggak. Kamu mau aku nginep?" tanya Melody, mencuci tangannya selepas mencuci semua alat makan kotor.
"Gimana kalau Dany sesak napas lagi kayak kemarin? Dany takut ... sesak napas itu sakit," rayu Daniel memegangi celana training Melody.
Melody berbalik dan menjongkok kan tubuhnya, dua tangannya memegang pundak Daniel.
"Kamu tidak akan sesak napas lagi, paham?"
Angguk Daniel dengan tatapan imut. "Asal Melody menginap."
Melody menarik napas panjang, dia pasrah dan menuruti keinginan anak itu. Dengan berkata, "ya." Tetapi, itu cuma bohong. Dia akan pulang setelah Daniel tidur.
Jamie setuju. Karena itu dia menonton di ruang televisi sambil bekerja, menunggu Daniel tidur karena dia harus mengantar Melody. Sepenuhnya atas keinginan dirinya, padahal Melody sudah bilang dia bisa memesan ojek on line.
Pengasuh juga punya keluarga, Melody segera mengabarkan keterlambatan pulangnya pada sang adik perempuan. Untungnya sang adik punya skill memasak, tidak seperti si anak pertama. Melody tidak perlu khawatir, adik-adiknya tidak akan kelaparan.
Walau Felicia sedikit risih disaat-saat kakaknya menganggur. Pada kenyataannya saat pekerjaan Melody menjadi sangat padat, ia merasa kurang perhatian dari kakaknya. Felicia menyembunyikan perasaan itu dari Melody.
Sudah di dalam kamar dan lampu redup, Jamie pun sudah mencium keningnya yang luas itu. Tetapi Daniel masih memainkan ponsel pintar milik melody, sembari sesekali melihat ke arah pintu siapa tahu ayahnya masuk.
"Hei, bocah," lontar Melody, dia sudah melipat tangannya saja.
Bocah itu acuh saja tengkurap kepalanya di sisi kaki Melody. Ia malah turun dan berjalan ke arah pintu, mematung memandangi celah lima senti. Daniel sontak terperanjat, Melody sudah ada di belakangnya saja.
Dengan dorongan dari satu tangan Melody, pintu ditutup halus, tak mengeluarkan suara.
"Aku menginap hanya karna kau ingin bermain dengan Apple ku, hah?" Tatapan Melody kalem, tapi tidak dengan senyumannya yang menyeringai lebar.
"Fufufu ... kamu pikir aku beneran ingin ditemani oleh mu? Yang benar itu aku ingin ditemani Apple-mu. Semua hape ayah Android, sama sekali tidak menarik," balas Daniel, berlagak sombong berkacak pinggang sebelah.
Daniel melewatinya dan kembali bermain ponsel di kasurnya. Sedangkan Melody membeku di tempat, memikirkan kepercayaan dirinya yang terlalu besar.
Matanya sudah lelah, seperti janjinya pada Melody dia akan bermain ponsel hanya dua jam saja. Daniel menepatinya, ia menaruh ponsel itu di atas nakas lalu berbaring melawan arah dengan Melody. Wanita itu sudah tidur, Daniel senyam-senyum sendiri mengingat lantangnya perkataan Melody di perjalanan pulang tadi.
"Melody tidak takut tertular oleh Dany?"
"Tidak!"
Ucapan itu kini terbuktikan langsung olehnya, Melody tertidur di kasur yang sama dengannya tanpa rasa takut atau menjaga jarak. Daniel mampu membedakan mana yang jijik dan mana yang takut tertular, Melody tidak ada diantara kedua itu.
"Imunitas tubuh bunda mungkin lemah ...."
Kata-kata itu tidak lebih dari lelucon bagi Daniel, dia tahu betul fakta bahwa ibu kandungnya jijik pada dirinya yang berpenyakit.
......................
Di ruang televisi, Jamie terlelap menyaksikan acara televisi yang membosankan, pekerjaan pun sudah selesai semua. Suntuk menunggu begitu lama, ia bahkan sudah melewati dua judul film yang berbeda sebelum akhirnya tertidur.
Jamie terbangun dan langsung menengok ke arah jam dinding, sudah menunjuk pada angka tiga. Yang pertama muncul di kepalanya adalah Melody.
"Melody tidak boleh tidur sekamar dengan Daniel," gumamnya.
Khawatir si pengasuh tertular, pria itu pun bangun pergi ke kamar anaknya. Berderik pintu begitu dibuka, Tampak Melody memang sudah ketiduran dengan posisi berbalik dengan Daniel.
Jamie berjinjit mendekati kasur. Merasa tidak enak, tapi dia harus menyentuh dan menggoyang-goyang tangan Melody agar dia bangun. Matanya cepat sekali terbuka, Melody langsung paham dan bangun saat itu juga. Dia mengambil ponsel lalu keluar dari kamar itu.
"Untung Kak Jamie bangunin," gumam Melody pelan dan loyo.
Jamie sendiri tidak bereaksi apapun mendengar perkataan itu, dia akan membiarkannya tahu sendiri.
Masih mengira kalau dirinya ketiduran hanya beberapa menit, dengan santainya Melody ke toilet untuk buang air kecil lalu mencuci muka. Barulah ia melihat jam ketika membuka ponsel, menganga lebar mulut Melody.
Melody dengan cepat berjalan ke sofa ruang televisi. Jamie merebahkan tubuhnya di sana, matanya yang polos ditutup oleh siku lengan.
"Kak?" panggil Melody.
"Iya, saya juga ketiduran, Melody." Jamie membentuk senyum simpul di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments