Ranum ternyata gadis yang menyenangkan, meskipun dia sedikit kasar tapi sebenarnya dia sangat baik dan ramah.
"Maaf ya kalau makan ku sedikit berantakan," ucap Ranum sambil menyeka keringatnya
Ia tampak tak jaim sedikitpun kepadaku. Dengan gayanya yang sedikit bar-bar, ia sangat menikmati makan siangnya.
"Boleh nambah lagi gak!" celetuknya membuyarkan lamunanku
"Oh silakan,"
Ranum hanya tersenyum memamerkan deretan giginya kemudian menyendok dua centong nasi dan menambahkan ikan goreng dan sambel.
Entah kenapa ku lihat dia begitu suka makan sambel. Padahal di keluarga ini tak ada yang suka pedes tapi Ranum malah membuat satu cobek sambal. Tapi semuanya habis tak tersisa karena dihabiskan olehnya.
Hanya dalam hitungan menit isi piring di tangannya kembali habis. Berbeda denganku yang masih santai mengunyah.
"Ah nikmat sekali!" serunya kemudian membersihkan mulutnya dengan tisu
"Lama banget makanya Fik kaya putri solo!" celetuknya saat melihat isi piringku.
"Kan emang makan itu harus pelan-pelan Num gak boleh buru-buru. Dikunyah 32 kali, gak boleh bersuara dan jangan lupa dinikmati,"
"Halah ribet amat!" cibirnya Ia kemudian menenteng cermin yang sudah di bungkusnya.
"Sebenarnya aku penasaran sama lesung yang diceritakan ibu, tapi aku buru-buru karena sudah di tunggu seseorang," ucap Ranum
"Kalau kamu mau lihat lesung itu ada di halaman belakang dekat sumur, persis di samping gudang,"
"Tapi kalau itu cuma jadi simbol penglaris saja sih gak berbahaya. Justru cermin ini yang lebih berbahaya, karena sudah banyak yang menjadi korban,"
Ranum kembali duduk sambil menatapku tajam membuat ku sedikit salah tingkah.
"Kenapa memandangku seperti itu?"
"Kamu itu memiliki aura yang bagus, meskipun sedikit penakut tapi kalau aku lihat dengan mata batinku kamu bisa menyembuhkan ibumu dengan kekuatan mu sendiri. Kasih sayang seorang anak kepada ibunya, apalagi kamu memiliki khodam yang selalu melindungi mu tanpa sepengetahuan mu," ucap Ranum seketika membuatku merinding
"Khodam??"
Aku memang sering mendengar kata-kata itu tapi aku tak menyangka jika aku sendiri justru memilikinya.
"Jangan bohong, jangan menakuti ku Ranum,"
Ranum langsung cekikikan melihatku yang mulai ketakutan.
"Dasar penakut, eh tapi bener loh kalau orang yang lahirnya weton tertentu memang memiliki khodam yang selalu menjaganya. Sebenarnya kamu tuh sama kaya ibu kamu memiliki Parewangan. Bedanya Ibumu memiliki Parewangan karena adanya perjanjian, sedangkan kamu memiliki Parewangan karena mereka sendiri yang memilih kamu, dan makhluk ini ikhlas membantu mu tanpa meminta tumbal atau apapun. Dia juga tidak akan pernah muncul untuk menakuti mu karena tahu kamu itu penakut. Tapu kalau kamu mau melihatnya aku bisa bantu kok," terang Ranum
"Gak mau!" seruku kemudian mengakhiri makan siangku.
Aku langsung membereskan semua makanan dan membawanya kembali ke dapur.
Sementara itu ku lihat Ranum masih betah duduk di pinggir ranjang ibuku seperti enggan meninggalkannya.
"Katanya sudah di tunggu kok belum pulang juga!"
"Dih ngusir kamu!" sahutnya dengan wajah jutek
"Bukan sih tapi kan tadi kamu sendiri yang bilang kalau sedang di tunggu oleh seseorang,"
"Biarlah ibu menungguku, sekali-kali. Masa aku terus yang menunggunya," jawab Ranum
Ia kemudian merapikan rambut ibuku bahkan sempat mendandaninya sebelum pergi.
"Cepet sehat ya Bu Lik," ucapnya sebelum pergi
Ia bahkan menciumi ibuku dan menyalaminya lalu pamit pergi.
"Aku pamit pulang dulu ya Bu Lik,"
"Mau dianter gak?" tanyaku
"Gak usah aku kan bawa motor sendiri, lagian kamu juga harus jaga ibumu. Jangan pernah meninggalkan ibumu sendirian, selalu mandikan Bu Lik dengan air kembang, ingat-ingat itu!" pesan Ranum kemudian pergi.
Ku lihat dari balkon, ia melambaikan tangannya kearah ku sebelum melesatkan sepeda motornya.
Tiba-tiba rumah ini terasa sepi tanpa Ranum. Memang ku akui semenjak ada Ranum yang merawat ibu rumah ini jadi bersih dan terawat. Bukan hanya rumah ibu juga terlihat lebih bersih dan wangi.
Mungkin karena Ranum rajin memakaikan minyak wangi dan merawat wajah ibu dengan skincare yang ia beli untuk ibu.
Bahkan pakaian sekolah Azam pun terlihat rapi karena disetrika terus tidak kusut seperti dulu.
Maklum saja selama ini aku tak sempat menyetrika baju karena terlalu fokus merawat ibu.
Baru beberapa menit membaca buku rasa kantuk mulai menyerangku. Emang benar abis makan pasti bawaannya ngantuk. Ku lihat Ibu juga masih tertidur, jadi akupun tidur di karpet di bawah ranjang ibuku.
Tiba-tiba aku bermimpi seram. Dalam mimpiku aku melihat Buto Ijo perempuan itu menatap nanar kearah ku seolah ingin menunjukkan rasa marahnya.
Ia kemudian keluar dari cermin itu dan berjalan mendekatiku. Aku berusaha mundur dan berlari keluar dari kamar ibu. Namun saat di depan pintu ku lihat sosok Mbah Kung berdiri berusaha menjegal ku.
Aku semakin ketakutan saat berada di tengah-tengah dua makhluk menyeramkan.
Kini sosok Mbah Kung hampir mirip dengan Buto ijo Versi laki-laki.
Sekarang aku tahu jika selama ini Mbah Kung memiliki Parewangan Buto Ijo.
"Tolong!!" seketika aku menoleh ke belakang saat mendengar suara Ibu meminta tolong.
Ku lihat Buto ijo perempuan itu mencoba membunuh ibu dengan naik ke atas tubuhnya.
Aku berusaha berlari untuk menolong Ibu, namun langkahku tertahan oleh kekuatan gaib yang menarik kakiku hingga aku jatuh tersungkur ke lantai.
"Bruugghhh!!"
"Kalau kamu tidak mau ibumu jadi tumbal, maka jangan usik keberadaan kami!" ucap Mbah Kung
Ku rasakan sebuah pukulan yang keras hingga membuat ku langsung membuka mataku.
"Bu Dhe!"
Aku terkejut saat melihat Bu Dhe ada di samping ku.
"Sudah berapa kali di bilang jangan pernah tinggalkan ibumu sendirian, tapi kamu masih saja ngeyel!" serunya dengan nada marah
"Tapi dari tadi Fikri di sini Bu Dhe dan tidak meninggalkannya," belaku
"Kamu ini polos apa goblok sih Fik, kamu tidur itu sama saja meninggalkannya. Memang secara fisik kamu ada di sini, tapi nyawamu kan gak tahu kemana. memang bisa kamu melihat apa yang dilakukan ibumu saat kamu tidur, memang bisa kamu menolongnya kalau Buto Ijo merasukinya lagi saat kamu tidur!"
Entah kenapa hari ini ku lihat Bu Dhe begitu marah kepadaku hingga memaki ku habis-habisan.
Tapi karena aku merasa bersalah akupun menerima semuanya. Aku tahu Bu Dhe seperti itu karena tak mau sesuatu terjadi pada ibuku.
"Maafkan aku Bu Dhe, Fikri janji lain kali gak bakal ketiduran kalau lagi jaga ibu,"
"Terlambat Fik, karena maafmu gak bisa menghidupkan Ranum!" seru Bu Dhe membuat ku terkejut
"Ranum kenapa Bu Dhe, apa yang terjadi pada Ranum Bu Dhe?" tanyaku penasaran
"Dia sudah mati di tangan Buto Ijo itu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
🦈υℓιє..✰͜͡w⃠
innalillahi wainnailaihi rojiun.... yach g jd nikah.... mau melayat dlu..... ❤❤❤
2023-09-04
1
🇦ⷦ 🇷๎ 🇴ᷡ 🇰
folos bu dhe🤣🤣🤣🤣🤣
2023-08-20
1
🇦ⷦ 🇷๎ 🇴ᷡ 🇰
wkwkwk dasar penakut. 🤭🤭🤭🤭
2023-08-20
1