PAREWANGAN 14

"Huaa!" pekikku kemudian Aku langsung melompat dari ranjang hingga terbentur lemari.

"Aww!" ku usap kepala ku yang terasa nyeri

Untung tidak papa,

Saat aku menoleh lagi ke ranjang tempat tidur, bayangan Ibu sudah menghilang dan Aku lihat Azam sudah terlelap.

Syukurlah, ternyata semuanya hanya ilusi.

Ku berjalan mendekati Azam dan duduk di tepi ranjang. Ku usap wajah polos adikku.

Ya Allah tolong lindungi adikku,

Jarum jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, karena aku tak bisa tidur maka aku melanjutkan membaca Yasin yang sempat terputus.

Saat baru membaca beberapa ayat, tiba-tiba mataku mulai berat. Rasa kantuk memang selalu datang saat aku membaca Qur'an, ini lah salah satu godaan setan yang selalu aku rasakan.

"Sodaqollohul Adzim," segera ku tutup Alquran di tanganku dan meletakkannya di atas meja.

Ku rebahkan tubuhku di samping Azam yang sudah mendengkur pelan.

Aku terbangun saat mendengar suara lesung ibu berbunyi nyaring beraturan.

Memang suara lesung ibu selalu menjadi alarm bagi kami. Wajar saja jika aku pasti bangun setelah mendengar bunyi suaranya. Aku mengira sudah pagi, karena biasanya Ibu membunyikan lesung pukul lima pagi.

"Alhamdulillah, hari sudah pagi," aku buru-buru bangun dan menyalakan lampu kamar.

Namun aku dibuat terperanjat saat melihat jam dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari.

Aku kira jam dinding ku rusak hingga aku mencari ponsel ku untuk memastikan jam berapa saat itu.

*Deg,

Ternyata jam dinding ku tidak rusak, sekarang masih tengah malam. Lalu kenapa lesung itu berbunyi, lagipula ibu juga masih koma jadi kalau bukan ibu yang membunyikannya lalu siapa yang membunyikan lesung malam-malam begini.

Seketika bulu kudukku berdiri, saat memikirkan siapa yang sudah membunyikan lesung keramat itu. Buru-buru ku ambil kapas dan ku masukkan kedalam telingaku agar tidak mendengar suara lesung mengerikan itu.

Ku tutup rapat-rapat tubuhku dengan selimut dan segera ku pejamkan mataku berharap aku segera terlelap dan pagi pun menjelang.

Malam terasa begitu panjang dan menakutkan membuatku hanya diam sambil berharap pagi cepat datang.

"Mas, bangun Mas!"

Ku rasakan seseorang mengguncang tubuhku sambil memanggil namaku.

Ku buka mataku perlahan, ku lihat Azam tampak berdiri di sampingku.

"Jam berapa sekarang?" tanyaku lirih

"Jam 7 Mas," jawab Azam

"Kok gak sekolah?"

Azam menghela nafas dan duduk di sampingku. "Sekarang hari Minggu Mas," jawabnya ketus

"Oh iya Mas lupa,"

"Semalem Azam mimpi ketemu Bapak, dia bilang minta di jenguk," ucap Azam dengan nada gusar

Memang sudah lama kami tak berziarah ke makam Bapak. Aku terlalu sibuk merawat Ibu hingga tak terpikir untuk rutin menziarahi makam Bapak.

"Yaudah sekarang kita ke makam bapak yuk," Aku segera menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan kembali ke kamar untuk ganti baju.

Ku lihat Azam sudah siap dengan memakai sarung hitam dan kopiah hitam.

Pagi itu aku dan Azam menziarahi makam ayah, tak lupa aku berdoa semoga ia mendapatkan terbaik di sisi Allah dan diampuni dosa-dosanya.

Ku pegang nisan Bapak, masih ku ingat bagaimana mengenaskannya beliau wafat, membuatku kembali bersedih kala mengingat kejadian itu, "Bapak yang ikhlas ya, semua ini adalah takdir. Hidup mati seseorang sudah di gariskan oleh sang pencipta, jangan ada dendam, maafkan ibu dan semoga Bapak tenang di alam sana. Insya Allah Fikri akan sering-sering menjenguk Bapak dan kirim alfatihah,"

Kurasakan air mataku tiba-tiba menetes membuatku langsung menghapusnya.

"Maaf kalau Fikri kebawa suasana Pak,"

Aku pejamkan mata sejenak kemudian membacakan surat alfatihah untuknya. Tidak lupa ku taburkan bunga yang ku petik dari halaman belakang diatas pusara Bapak.

Setelah itu aku mengajak Azam untuk pulang. Setibanya di rumah aku langsung memandikan ibu sambil menunggu Azam membeli sarapan.

Wajah ibu sedikit lebih bersinar setelah ku mandikan dengan air kembang pemberian Bu Dhe Suryati. Seolah aura hitam yang selama ini melekat di wajahnya sedikit demi sedikit menghilang.

Ini adalah kali ke dua aku pakai air kembang itu untuk memandikan ibuku. Selesai sarapan aku langsung pergi ke alun-alun untuk menengok warung sebentar, mumpung ada Azam yang lagi libur sekolah.

Setelah ibu koma memang aku jarang menengok warung, hanya sesekali saja saat ada yang menggantikan menjaga ibu.

Ku lihat warung semakin hari semakin sepi. Sempat aku berpikir ganti menu dan juga ganti nama saja, tapi para karyawan bilang gak perlu. Mereka selalu meyakinkan aku jika pasti ada rezeki halal untuk mereka.

Kadang aku merasa bersyukur karena masih memiliki karyawan yang setia menjaga warungku meskipun dengan penghasilan yang kecil.

Tiba-tiba bunyi ringtone ponselku berbunyi. Saat ku angkat ternyata tetanggaku memberi kabar jika Azam kesurupan.

Buru-buru ku pacu sepeda motor ku kembali ke rumah.

Benar saja setibanya di sana aku lihat Azam sedang mencakar-cakar tembok rumah dengan menggunakan kuku-kukunya hingga berdarah-darah.

Aku segera berlari dan menarik tangannya agar tak mencakar-cakar tembok lagi.

"Istighfar dek, astaghfirullah hal adzim," ucapku ditelinganya

Azam terkekeh menertawakan aku.

Suaranya begitu menyeramkan dan tatapan matanya, itu bukan Azam. Aku melihat ada sosok lain yang mengendalikannya.

Beruntung Abu Musa datang saat aku mulai kewalahan menghadapi Azam. Setelah dibacakan doa dan diusap wajahnya Azam pun pingsan.

Ku gendong tubuh Azam dan ku baringkan di sofa ruang tamu.

"Kenapa kok Azam bisa kerasukan?" tanya Abu Musa

"Aku tidak tahu Abu, karena tadi Azam ku suruh jagain Ibu karena aku harus menengok warung,"

"Hmm, kalau kamu pergi sebaiknya jangan biarkan Azam sendirian menjaga ibumu. Dia masih terlalu kecil jadi mudah untuk di rasuki makhluk gaib. Minta tolong kepada tetangga untuk menemani dia lain kali,"

"Baik Abu,"

Setelah kejadian itu aku tak berani meninggalkan Azam sendirian di rumah lagi. Entah kenapa setelah aku memandikan ibu dengan air kembang pemberian Bu Dhe banyak kejadian ganjil yang menimpa kami.

Salah satunya Azam yang jadi sering kesurupan, Ibu juga sepertinya tidak suka saat aku memandikannya dengan air itu. Pernah suatu ketika saat aku hendak memandikan Ibu, Aku melihat Ibu di cermin berdiri menyeringai menatapku. Spontan aku langsung memalingkan wajahku dan ku lihat ibu masih terbaring di ranjangnya.

Meskipun begitu aku tetap melanjutkan ritual itu karena aku yakin semua itu terjadi karena Parewangan itu tak mau jika ibuku sampai sembuh.

Sampai pada suatu malam, saat aku mengganti infus ibu yang sudah habis. Aku melihat sosok wanita yang seluruh tubuhnya berwarna hijau dengan perutnya yang membesar menempel di plafon kamar Ibu.

Dari mulutnya menetes cairan hitam pekat yang terjatuh ke wajah ibu hingga membuat Ibu gelagapan karena kesulitan bernafas.

Aku ketakutan, butuh keberanian untuk menoleh apalagi menolong ibu. Aku mengumpulkan keberanian untuk menyelamatkan Ibu. Aku mengambil tisu untuk membersihkan cairan hitam pekat yang menempel di wajah Ibu. Saat aku menoleh tiba-tiba ku lihat Ibu sudah duduk di tepi Ranjang.

Terpopuler

Comments

Ardianti Endang

Ardianti Endang

k' seperti pengabdi setan yaa,ibunya koma,trs d lht bs bgun,kasihan fikri

2024-02-10

0

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Katanya Ustadz Anu Musa mau bantu Fikri,,,,tapi disini seolah lelet,pdhl udh 2 nyawa melayang,dan ini setiap hari Fikri dan adiknya diteror,,,,

2024-01-29

1

Paimon

Paimon

untung cuma novel kalau didunia nyata tinggal jual saja rumah n semua isi"nya bakar lesungnya n hancurkan cerminnya 🤭🤭🤭🤭

2024-01-22

0

lihat semua
Episodes
1 PAREWANGAN 1
2 PAREWANGAN 2
3 PAREWANGAN 3
4 PAREWANGAN 4
5 PAREWANGAN 5
6 PAREWANGAN 6
7 PAREWANGAN 7
8 PAREWANGAN 8
9 PAREWANGAN 9
10 PAREWANGAN 10
11 PAREWANGAN 11
12 PAREWANGAN 12
13 PAREWANGAN 13
14 PAREWANGAN 14
15 PAREWANGAN 15
16 PAREWANGAN 16
17 PAREWANGAN 17
18 PAREWANGAN 18
19 PAREWANGAN 19
20 PAREWANGAN 20
21 PAREWANGAN 21
22 PAREWANGAN 22
23 PAREWANGAN 23
24 PAREWANGAN 24
25 PAREWANGAN 25
26 PAREWANGAN 26
27 PAREWANGAN 27
28 PAREWANGAN 28
29 PAREWANGAN 29
30 PAREWANGAN 30
31 PAREWANGAN 31
32 PAREWANGAN 32
33 PAREWANGAN 33
34 PAREWANGAN 34
35 PAREWANGAN 35
36 PAREWANGAN 36
37 PAREWANGAN 37
38 PAREWANGAN 38
39 PAREWANGAN 39
40 PAREWANGAN 40
41 PAREWANGAN 41
42 PAREWANGAN 42
43 PAREWANGAN 43
44 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
45 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
46 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
47 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
48 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
49 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
50 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
51 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
52 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
53 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
54 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
55 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
56 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
57 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
58 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
59 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
60 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
61 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
62 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
63 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
64 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
65 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
66 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
67 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
68 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
69 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
70 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
71 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
72 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
73 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
74 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
75 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
76 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
77 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
78 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
79 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
80 PENGUMUMAN
81 PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
82 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 82 Episodes

1
PAREWANGAN 1
2
PAREWANGAN 2
3
PAREWANGAN 3
4
PAREWANGAN 4
5
PAREWANGAN 5
6
PAREWANGAN 6
7
PAREWANGAN 7
8
PAREWANGAN 8
9
PAREWANGAN 9
10
PAREWANGAN 10
11
PAREWANGAN 11
12
PAREWANGAN 12
13
PAREWANGAN 13
14
PAREWANGAN 14
15
PAREWANGAN 15
16
PAREWANGAN 16
17
PAREWANGAN 17
18
PAREWANGAN 18
19
PAREWANGAN 19
20
PAREWANGAN 20
21
PAREWANGAN 21
22
PAREWANGAN 22
23
PAREWANGAN 23
24
PAREWANGAN 24
25
PAREWANGAN 25
26
PAREWANGAN 26
27
PAREWANGAN 27
28
PAREWANGAN 28
29
PAREWANGAN 29
30
PAREWANGAN 30
31
PAREWANGAN 31
32
PAREWANGAN 32
33
PAREWANGAN 33
34
PAREWANGAN 34
35
PAREWANGAN 35
36
PAREWANGAN 36
37
PAREWANGAN 37
38
PAREWANGAN 38
39
PAREWANGAN 39
40
PAREWANGAN 40
41
PAREWANGAN 41
42
PAREWANGAN 42
43
PAREWANGAN 43
44
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
45
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
46
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
47
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
48
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
49
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
50
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
51
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
52
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
53
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
54
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
55
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
56
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
57
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
58
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
59
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
60
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
61
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
62
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
63
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
64
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
65
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
66
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
67
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
68
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
69
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
70
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
71
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
72
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
73
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
74
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
75
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
76
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
77
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
78
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
79
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
80
PENGUMUMAN
81
PAREWANGAN SEASON 2 KHODAM PENJAGA
82
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!