"Keberatan Ilmu??" aku hampir tak percaya mendengar jawaban Abu.
Bagaimana mungkin, ibu itu selama ini hanya bergelut di sumur, kasur, dan dapur jadi mana mungkin di mengerti ilmu begituan.
Lagian dia itu tipe orang yang tidak percaya dengan takhayul, jadi gak mungkin dong di belajar ilmu begituan.
"Tapi bagaimana bisa Abu, memangnya ibu punya ilmu apa?" tanyaku penasaran
"Ibumu mewarisi ilmu dari Mbah Gondo, Mbah Kung Mu," jawab Abu
Lelaki itu menghentikan ucapannya sejenak kemudian menyeruput teh manis yang ku suguhkan.
Kalau Mbah Kung punya pegangan atau ilmu aku masih percaya, tapi kalau ibu rasanya sulit untuk ku percaya.
"Sebenarnya kalau ibumu hanya menguasai satu ilmu saja mungkin tidak akan seperti ini. Selain mewarisi ilmu dari Mbah Gondo, ibumu yang begitu takut kehilangan almarhum bapakmu justru memasang susuk agar ayahmu tidak berpaling darinya,"
Seketika aku menjadi lemas mendengar jawaban dari Abu Musa.
"Jadi begitu ya abu, terus aku harus bagaimana?" tanyaku pasrah
Abu Musa kemudian mengatakan jika ia akan membantu Ibu melepaskan satu persatu ilmu hitamnya.
Tentu saja hal itu membuat aku merasa lega.
Tak lama setelah Abu pulang, Ibu menelpon. Ia memintaku datang ke warung makan.
Aku segera menyalakan sepeda motor ku melesat menuju warung makan yang ada di alun-alun.
Setibanya di sana, aku begitu terkejut karena warung begitu ramai. Beda sekali saat aku yang menjalankannya. Aku diminta ibu untuk membantu melayani para tamu, karena semua pelayan kewalahan melayani begitu banyak pelanggan hari itu.
Bahkan ibu sampai turun tangan untuk mengantar pesanan para pembeli ke mejanya.
Aku jadi teringat dengan ucapan Abu Musa yang mengatakan ibuku memiliki banyak pegangan.
Apa ibu juga memakai penglaris??
Seketika aku terhenyak saat ibu menyodorkan baki berisi pesanan pelanggan.
"Anterin ke meja nomor 46, jangan ngelamun aja!" seru ibu membuatku kaget
"Baik Bu," aku segera menuju ke meja nomor 46 untuk mengantar pesanan.
Karena penasaran aku coba bertanya kepada seorang pelanggan yang sangat menikmati makanannya.
"Selamat siang ibu, boleh nanya sebentar?"
"Monggo mas," jawab wanita itu dengan ramah
Aku mulai menanyakan tentang rasa masakan warung makan kami padanya.
"Jujur ya dari semua warung makan yang ada di kota ini, hanya warung makan bu Sri yang rasanya benar-benar nampol. Dan yang paling enak dan spesial di warung ini adalah nasinya. Nggak tahu kenapa nasinya tuh rasanya enak banget gitu. Jadi walaupun tanpa ayam sebenarnya nasinya tuh udah enak tapi kalau ditambah ayam goreng makin enak pastinya. Nah itulah kenapa aku tuh selalu makan di sini walaupun di rumah udah masak. Entah kenapa nasi Mbak Sri itu bikin nagih. Tapi kemarin itu ada yang beda, jadi semenjak mbak Sri sakit dan warung ini dipegang oleh orang lain Kok rasa masakannya beda ya. Rasanya gimana ya jadi hambar dan kurang enak menurut ku. Makanya aku cuma datang sekali doang, dan nggak beli-beli lagi. Eh... pas tadi ada tetangga yang bilang katanya mbak Sri udah sehat dan udah jaga warung lagi aku langsung ke sini buat nyobain lagi nasi pulennya. Nah ini rasa nasinya emang sama dengan yang biasanya, benar-benar enak banget masakan Bu Sri itu. Bikin nagih, dan aku selalu pengin balik lagi, lagi, dan lagi!" jawab salah seorang pelanggan dengan penuh semangat
"Oh begitu ya Bu, terimakasih atas infonya," jawabku
"Eh masnya ini siapa kok kaya kenal?" tanya Wanita itu
"Apa Masnya ini tukang ngonten ya, atau artis?" imbuhnya
"Bukan Bu," jawabku tersipu malu Karena dibilang artis
Tak puas hanya mendengar satu jawaban dari pelanggan, aku pun menanyakan hal yang sama dengan pelanggan lain dan benar saja jawabannya hampir sama.
Rata-rata semua orang yang datang ke warung makan kami, paling suka dengan nasi yang ada di warung ini.
Sekarang aku mengerti kenapa ibu selalu menyuruh aku untuk belajar menumbuk padi, ternyata ini alasannya.
Jadi yang membuat rame warung makan Ibu adalah nasi yang ditumbuk dari lesung antik pemberian Mbah Kung. Pantas saja ibu selalu merawat lesung itu seperti merawat sebuah barang berharga.
Sejenak pikiranku mulai melayang tak tentu. Aku bahkan sempat berpikir jika lesung itu adalah seperti sebuah benda keramat atau benda pusaka yang bisa mendatangkan pelanggan atau sejenis penglaris.
Tiba-tiba lamunanku terhenyak saat seorang pelayan memanggil ku.
"Mas, Ibu mas...." ucap seorang pelayan wanita dengan wajah panik
"Ibu kenapa?" tanyaku penasaran
"Ibu...." ucap wanita itu sambil menunjuk kearah dapur
Aku segera bergegas menuju ke dapur untuk melihat apa yang terjadi. di sana Aku melihat ibu sedang memarahi seorang karyawan yang masih menggunakan mukena. Ibu berusaha menarik mukena yang dipakai oleh pelayan itu dan memakainya dan terus memarahinya dengan kata-kata kasar.
Intinya Ibu melarang pelayan itu untuk melakukan salat zuhur saat warung sedang ramai. Ibu bilang sholat bisa ditunda saat warung sedang tidak ramai atau setelah jam makan siang selesai.
"Kalau kamu masih ingin kerja di sini maka tunda dulu solatnya, toh sholat itu nggak bisa mendatangkan duit kok!" maki Ibu dengan wajah judesnya
Namun ku lihat si pelayan itu tetap bersikeras untuk sholat, karena waktu memang sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore.
"Maaf Ibu, tapi saya sudah menunda sholat dari tadi. Sebentar lagi ashar bu, jadi gak bisa ditunda lagi," jawab pelayan itu menundukkan wajahnya
Ibu tampak kesal mendengar jawaban wanita itu dan terus menggerutu. Aku segera menghampiri Ibu dan berusaha menenangkannya.
Namun ibu tetap saja marah-marah ran tidak mentolerir ucapan alasan gadis itu.
Ibu semakin marah saat melihatku membiarkan pelayan itu solat.
"Kamu itu jangan terlalu lembek kalau sama pelayan, nanti yang lain jadi ikut-ikutan ngelunjak kaya dia," gerutu ibu
"Maaf Bu, tapi sekarang kan sudah gak terlalu rame jadi biarkan saja dia Sholat dulu. Toh masih banyak pelayan lain yang akan melayani para pelanggan,"
Ibu seolah tak mau mendengar penjelasanku. Ia berlalu pergi sambil memalingkan wajahnya. Melihat para pelayan yang tampak memperhatikan kami aku berusaha memberikan penjelasan kepada mereka agar mereka tak salah sangka dengan ibu.
Karena bagaimanapun aku tidak mau nama ibu rusak gara-gara melarang karyawannya sholat.
Aku bahkan memberikan sebuah pemberitahuan untuk para pelayan agar bisa melakukan sholat bergantian agar mereka tetap bisa melaksanakan kewajiban mereka meskipun mereka sibuk bekerja.
Pukul setengah lima akupun bersiap-siap untuk pulang, apalagi warung sudah sepi dan akan di tutup.
Ku lihat ibu tampak memperbaiki riasannya di meja kasir. Seketika ibu langsung bangun dari duduknya saat melihat seorang penjual jamu. Ibu buru-buru berlari saat penjual jamu itu tak mendengar panggilannya.
Karena buru-buru ibu sampai terjatuh ke lantai. Segera ku hampiri ibuki yang tak sadarkan diri dan segera melarikannya ke rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
kualat si Ibu ya
orang sholat koq dilarang tho
2023-12-14
0
Dairi 123
Azab nya langsung dibayar tunai ya🤭🤭
gegara ngelarang org sholat
2023-11-19
1
🦈υℓιє..✰͜͡w⃠
udh g wajar yaaa... larang org sholat artinya banyak setan nya....ilmu ibu banyak sesat semua lagi... waduhhhhh..... mas fikri...bisa jd tumbal
2023-09-03
1