"Assalamualaikum,"
Seketika aku terjaga saat mendengar suara itu. Ya...suara Abu Musa berhasil menyadarkan aku dari mimpi buruk.
Syukurlah Abu Musa baik-baik saja,
Melihat sosok Abu Musa membuatku sedikit lega. Setidaknya masih ada orang yang peduli dengan keluarga kami.
"Kenapa tidur di sini Fik?" tanya Abu Musa menghampiri ku.
Aku kemudian menceritakan kejadian yang ku alami beberapa hari ini. Termasuk kejadian yang membuat Mbah Sukardi meninggal dunia.
Abu Musa menaghela nafas panjang seolah paham keadaan ku.
"Tapi tetap saja, seperti apapun keadaan rumah kamu, kamu tidak boleh meninggalkan ibumu sendirian. Perbanyaklah ibadah dan dekatkan dirimu pada Gusti Allah insya Allah semuanya pasti berakhir. Karena bagaimanapun juga Allah tidak akan memberikan cobaan yang kau tidak mampu menjalaninya,"
Abu Musa kemudian mengantar kami pulang. Ia bahkan menyempatkan diri menjenguk Ibu dan mendoakannya. Entah kenapa rumah ini terasa sejuk jika Abu Musa datang, tapi sebaliknya rumah ini kembali angker setelah kepergian Abu.
Malam itu aku sengaja tidur bersama Azam. Aku takut terjadi sesuatu dengannya pasca peristiwa kemarin malam, jadi aku benar-benar menjaganya dan tak akan meninggalkan adikku sendirian.
Tengah malam pintu kamar ku berdecit, terbuka sendiri. Seketika aku terbangun dan segera bergegas untuk menutupnya kembali.
Meskipun aku sedikit takut, tapi aku memberanikan diri melangkahkan kakiku menuju depan pintu.
Seperti pesan Abu Musa, aku mencoba berdzikir untuk menghilangkan rasa takutku.
Tapi ketika sudah di dekat pintu aku melihat dari cermin ada sosok laki-laki yang duduk di tepi ranjang ibu.
Kamarku dan kamar ibu memang dekat jadi aku bisa melihat semuanya dari pantulan cermin besar yang ada di kamar ibu.
Ia tampak membelakangi ibuku dan menatap lekat kearah cermin itu.
Tiba-tiba kakiku langsung mati rasa saat sosok itu menoleh kearah ku.
Bukan hanya kakiku yang mati rasa, kini seluruh tubuhku mulai membeku saat mengetahui sosok itu adalah Mbah Sukardi.
Wajahnya hancur seperti tersarut aspal dan bebatuan, yang mengerikan lagi adalah separuh kepalanya yang hancur sampai otaknya menyembul keluar.
Aku reflek teriak sambil menutup mata membuat Azam langsung bangun dan memanggil ku.
"Mas, bangun Mas!" seru Azam menepuk-nepuk pipiku.
"Mas kenapa?" tanya Azam begitu khawatir
Aku segera bangun dan melirik kearah kamar ibu. Ternyata sosok itu sudah tidak ada lagi di kamar ibu.
"Tidak apa-apa dek, hanya mimpi buruk,"
Aku segera mengambil segelas air putih dan meneguknya hingga habis.
Karena tak mau diteror terus menerus aku pun berniat menutup kembali cermin itu. Malam itu juga aku ke kamar ibu hendak menutup cermin keramat itu. Tapi entah kenapa kain penutupnya menghilang. Aku sudah mencarinya kemana-mana namun tetap tak ketemu juga.
Sampai akhirnya aku pun kembali ke kamar. Namun saat itu aku melihat Azam justru memakai penutup cermin itu untuk selimut.
Reflek aku langsung menariknya membuat Azam marah.
"Kok selimut ku diambil Mas, kan Mas punya sendiri?" ucap Azam dengan wajah cemberut
"Ini bukan selimut dek, ini penutup cermin di kamar ibu dan Mas harus mengembalikannya. Kalau kamu butuh selimut ambil aja di lemari Mas," ucapku mencoba memberikan penjelasan kepada Azam
"Tapi kata ibu, kain itu buat aku. Dia bilang pakai aja," jawab Azam
"Ibu???" aku lagi-lagi terkejut mendengar Azam menyebut nama Ibu.
Anak kecil tidak mungkin berbohong bukan jadi aku yakin lelembut itu sengaja menyamar menjadi ibu dan memberikan kain ini kepadanya.
Aku sengaja tak bertanya-tanya lagi kepadanya karena percuma saja, itu malah akan membuat ku semakin ketakutan.
Segera ku ambil kain itu dan ku bawa ke kamar ibu. Namun aku mendadak mengurungkan niatku karena rasa takutku membuatku kembali ke kamar. Ku tutup pintu rapat-rapat dan ku baringkan tubuhku di samping Azam berharap hari cepat pagi.
Namun tetap saja aku tak bisa tidur. Malam terasa begitu panjang hingga membuat ku benar-benar stress.
Sial, di saat aku sedang takut-takutnya malah aku kebelet pipis.
Ku buka pintu kamarku perlahan agar azam tidak terbangun aku buru-buru berlari menuju kamar mandi yang ada di ujung ruangan. Itu adalah kamar mandi bersama yang di pakai semua anggota keluarga.
Selesai buang hajat kembali aku berlari meninggalkan kamar mandi yang mulai angker semenjak peristiwa kran air tempo hari.
Saat melewati kamar ibu lagi-lagi aku melihat sosok menyeramkan dari cermin keramat itu.
Kali ini aku melihat sosok wanita berambut panjang dan kusut. Payud*ranya besar menggantung sampai ke lantai. Perutnya buncit, kulit dan wajahnya berwarna hijau kehitam-hitaman. Matanya merah menyala. Kalau kalian tahu buto ijo, ini adalah buto ijo versi perempuan.
Ia berjalan perlahan keluar dari dalam cermin dan mendekati ibuku. Makhluk itu kemudian menjilati sekujur tubuh ibuku membuatku benar-benar ketakutan hingga aku pingsan.
Pagi harinya Azam membangunkan aku, ia sudah berpakaian rapi hendak pergi ke sekolah.
"Mas, kalau masih ngantuk tidur saja di dalam, jangan di jalan," ucap Azam
Ia kemudian menyalamiku dan pamit berangkat sekolah.
Karena Azam sudah berangkat sekolah, berarti aku bangun kesiangan.
Aku buru-buru menuju kamar mandi untuk membersikan badanku yang terasa lengket.
Selesai mandi aku langsung menuju ke warung makan ku satu-satunya yang masih buka di alun-alun kota.
Hari itu Alhamdulillah warung tidak sepi banget, masih ada pembeli meskipun tak banyak. Karena malam bergadang, maka aku mulai ngantuk setelah makan siang.
Entah kenapa siang itu aku bermimpi bertemu ibu. Aku melihat ibuku sedang memuja sosok yang mirip dengan Mbah Kung di gudang pekarangan belakang rumah tak jauh dari tempat penyimpanan lesung milik ibu.
Dalam mimpiku ibu menyuruh ku untuk memberi salam kepada Mbah Kung.
"Fik, salam sama Mbah Kung," ucapnya lirih
Walau itu cuma mimpi tapi aku merasa itu nyata banget.
Saat aku mendekati Mbah Kung aku sempat terkejut melihat Mbah Kung yang berubah menjijikan.
Kepalanya besar, matanya besar, badanya kurus namun perutnya buncit, dari mulutnya terus menetes air liur hingga membuat ku jijik saat hendak mencium tangannya.
Setelah mimpi siang itu, aku jadi makin sering bermimpi hal serupa hingga membuat ku tidak berani untuk mengecek gudang yang ada di halaman belakang.
Ada yang bilang jika mimpi itu bisa jadi petunjuk untukku, namun entahlah... rasa takutku mengalahkan semuanya. Aku belum siap jika harus menemukan hal-hal mengerikan lagi.
Hingga suatu pagi saat hari libur Seorang wanita tua datang menemui ku.
Wanita itu bilang dia adalah saudara Bapak. Wanita itu datang dengan membawa sebuah kendi berisikan air kembang.
Ia mengatakan jika aku harus menggunakan air itu untuk memandikan ibuku.
Wanita itu bilang jika ada susuk yang tertanam dalam tubuh ibu dan harus di keluarkan. Tapi resikonya jika tidak kuat ibu bisa meninggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
lili
tegang bacanya
2024-02-29
0
Ass Yfa
dia sendirian lo Fikri ini nyalinya kuat bngt meski dia ketakutan
2024-01-29
1
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
makin menegangkan ya
2023-12-21
0