*Flashback
"Urip kuwi sawang sinawang Sri, yen pengin sugih yo kudu usaha dewe, gak iso ngandelno wong liyo. Mergo dunyo iku kejem, sedulur ae iso dadi musuh nek perkoro duit. ( Hidup itu sayang sinawang Sri, kalau mau kalau mau kaya ya harus kerja sendiri, nggak bisa mengandalkan orang lain karena Dunia itu kejam, saudara saja bisa jadi musuh Kalau masalah uang )."
Gondo tampak menasihati Sri yang sedang mengalami masalah keuangan kepada. Memang dari ketiga anak-anaknya hanya Sri yang memiliki ekonomi pas-pasan. Tentu saja itu karena Sri yang tidak mau melanjutkan kuliah setelah ia gagal masuk Polwan. Sri lebih memilih menikah dengan Aziz kekasihnya yang saat itu belum memiliki pekerjaan tetap.
Hanya Sri yang selalu meminta bantuan sang ayah jika ia mengalami kesulitan keuangan. Gondo yang melihat masa depan putrinya itu sedikit suram menawarkan Sri untuk menjalankan usaha warung makannya.
Namun Sri sempat menolak saat tahu ia harus melakoni ritual aneh yang menurutnya menyimpang dari ajaran agama.
Penolakan Sri membuat Gondo kecewa hingga akhirnya jatuh sakit.
Gondo mulai sakit-sakitan di usianya yang mulai menginjak 95 tahun.
Saat Gondo sakit usaha rumah makannya pun mengalami kebangkrutan. Hartanya mulai habis untuk biaya pengobatan penyakitnya.
Cukup lama Gondo terbaring sakit, dan hanya Sri yang mau merawatnya. Melihat keikhlasan Sri dalam merawatnya Gondo mewariskan lesung keramatnya kepada putri bungsunya sebelum meninggal.
Meskipun Sri menerima lesung itu tapi ia tidak mau melakukan ritual yang dikatakan oleh Gondo untuk merawat lesung itu.
"Terserah awakmu Sri, kowe arep manut omonganku opo ora. Sing penting aku wis ngenei Kowe dalan, (Terserah kamu Sri kamu, mau menjalankan yang aku katakan atau tidak, yang penting aku sudah memberimu jalan)," ucap Gondo.
Sri menatap nanar menatap buku catatan Gondo yang di berikan kepadanya.
Wanita itu masih menahan kesedihan setelah ditinggal ayahnya. Berbeda dengan Sri kedua kakaknya Danu dan Seto justru sibuk mengurus pembagian harta warisan.
Seperti yang diucapkan oleh almarhum Gondo, jika harta akan menimbulkan perpecahan keluarga.
"Sedulur ae iso dadi musuh nek perkoro duit,"
Sri melihat kedua kakaknya tampak bersitegang dengan pengacara keluarga setelah pembacaan surat warisan sang ayah.
Mereka bahkan sengaja menjual rumah Gondo yang merupakan jatah Sri.
Sri yang kesal tidak dapat berbuat apa-apa saat sang kakak mengatakan jika rumah itu harus di bagi tiga.
Ia hanya menerima saja uang hasil penjualan rumah dari sang kakak.
Meskipun ia tahu ia tidak mendapatkan bagian yang sama namun lagi-lagi Sri memilih diam.
Ia tak mau beradu mulut dengan saudara-saudaranya hanya karena perkara warisan. Merasa di intimidasi oleh kakak-kakaknya malam itu Sri memutuskan untuk menjalani ritual penglaris yang di turunkan oleh sang ayah Gondo Sasmita.
*Flashback off
Malam itu Sri menatap nanar langit-langit kamarnya. Ia berusaha menggerakkan tangannya untuk meraih buku catatan usang yang selalu ia simpan dia bawah bantal.
Seketika matanya melotot saat sesosok wanita cantik muncul dari cermin besar yang di pajang di dinding kamar.
Nafasnya naik turun saat melihat wanita itu menghampirinya. Wanita cantik itu duduk di bibir ranjang dang mengusap wajah pias Sri.
Sri berusaha membuka mulutnya untuk memanggil Fikri, namun suara tak bisa keluar meski ia sudah berusaha memanggilnya.
Wanita itu tersenyum melihat wajah ketakutan Sri. Ia mencoba menenangkan Sri dengan bersenandung lagu jawa.
Tubuh Sri semakin menegang saat mendengar nyanyian wanita itu.
"Fi..k...Fik...ri...."
*Kamar Fikri
"Bapak??"
Entah kenapa tiba-tiba aku melihat sosok Bapak mengawasi ku di depan pintu. Ku usap mataku untuk memastikan jika aku tidak bermimpi. Namun sosok ayah masih ada ia berdiri menatap ku di depan pintu. Kali ini aku mencoba menepuk-nepuk pipiku bahkan aku cubit kecil agar aku benar-benar yakin jika ini bukanlah mimpi.
Rasanya sakit, jadi aku yakin ini bukan mimpi.
Aku segera menghampiri bapak, namun saat ku dekati, ia justru melangkah pergi meninggalkan kamarku.
Karena penasaran akupun mengikutinya. Rupanya Bapak ingin mengajakku menemui ibu.
Aku tahu kalau beliau sangat menyayangi Ibu, pantas saja jika ingin aku selalu menjaganya.
Ku lihat ayah berhenti di depan cermin besar yang ada di kamar itu. Entah kenapa ia malah berdiri di sana sambil menunjuk kearah cermin itu. Dari beberapa benda yang ada di kamar Ibu, kenapa harus cermin itu yang dipilihnya. Aku berjalan menghampiri cermin itu.
Sekilas tak ada yang aneh dari cermin itu. Aku melihat wajahku yang tampak lebih tampan di depan cermin itu.
Aku tersenyum sendiri saat melihat wajah jerawatan ku tiba-tiba menjadi glowing di depan cermin.
"Ternyata bukan hanya kamera saja yang jahat, tapi cermin pun sama," celetuk ku
Tiba-tiba bayangan di cermin tertawa terbahak-bahak mendengar celetukan ku. Aneh... Kenapa bayangan ku tertawa padahal aku sendiri tidak tertawa.
Saat ku pandangi wajah ku di cermin dengan seksama rupanya bayangan itu pun mengikuti ku. Saat aku menyadari ada yang aneh dengan cermin itu tiba-tiba bayangan itu berubah sedikit demi sedikit menjadi sosok wanita cantik menggunakan kebaya hijau.
Akupun segera mundur saat wanita itu perlahan keluar dari cermin mendekati ku.
*Brakkk!!!
Aku terjatuh saat menabrak kursi. Seketika Ibu memanggil namaku saat melihat ku terjatuh.
"Fi..k..ri!"
Aku segera menoleh kearah Ibu.
*Deg,
Seketika nafasku seperti hendak putus saat melihat sosok mahluk tinggi besar dengan mata merah dan air liur yang terus menetes sedang menjilati tubuh ibu.
Semuanya tiba-tiba terasa gelap.
*Bugghhh!!
"Mas, bangun, Ma!!" ku dengar suara Azam tampak memanggil ku.
Perlahan ku buka mataku dan kulihat Azam tampak duduk di samping ku dengan wajah cemas.
"Alhamdulillah Mas sudah sadar," Azam segera beranjak dari duduknya dan berlari keluar dari kamar.
Tak lama ia kembali dengan Abu Musa.
"Alhamdulillah, kamu sudah sadar Fik?" sapa Abu Musa kemudian duduk di samping ku dan memberikan segelas air.
"Dimana Ibuku Abu?" tanyaku yang teringat peristiwa mengerikan yang ku lihat.
"Ibumu, ada di kamarnya," jawab Abu
"Apa dia baik-baik saja?" tanyaku lagi
"Insya Allah," jawab Abu
Namun karena aku masih teringat dengan apa yang ku lihat aku pun turun dari ranjangku dan menuju kamar ibuku.
Ku lihat beliau terlelap di ranjangnya membuatku lega.
"Ibu baru tidur karena abis minum obat Mas," ucap Azam membuat ku langsung mengusap lembut kepala adikku itu.
"Makasih ya dek, sudah gantiin kaka, jagain ibu,"
"Lain kali Mas, jangan lama-lama tidurnya, kan Azam jadi takut," jawab Azam mencebikan bibirnya
"Memangnya berapa lama Mas tidur?" tanyaku penasaran
"Dua hari?" jawab Azam membuat ku terkejut mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
itu sih namanya gak tidur, Zam
tapi pingsan... haddeehh
2023-12-15
1
Dairi 123
itu tidur apa kritis thorr🤭
2023-11-19
0
🦈υℓιє..✰͜͡w⃠
genderuwo ma kunti..... wah wah pasangan serasi... hayoo siapa yg mau kaya pinjem lesung mbo sri
2023-09-03
1