Alhamdulillah hari ini libur, jadi aku bisa merawat ibu lagi setelah 7 hari ibu aku tinggalkan bersama Ranum.
Karena hari ini adalah hari Jumat aku menyempatkan diri untuk ziarah ke makam bapak pagi-pagi.
Sepulang dari makam aku langsung mengajak ibu untuk berjemur sekaligus menyuapinya.
Sekarang ibuku sudah bisa makan meskipun hanya bubur, setidaknya ia gak makan dari infus lagi. Tubuhnya mulai berisi, dan ia terlihat lebih segar dari sebelumnya.
"Gimana buburnya, enak?"
Ibu mengangguk, ia bahkan meminta lagi setelah menghabiskan satu mangkuk.
"Kalau begini terus aku yakin ibu akan cepat pulih,"
Entah kenapa hari ini aku senang sekali melihat perkembangan Ibu. Selesai sarapan, ibu meminta untuk belajar jalan. Aku segera memapahnya dan berjalan perlahan untuk melatih kaki ibu yang sudah lama tidak digerakkan.
Sempat iku hendak terjatuh karena beliau begitu bersemangat, hingga membuat ku khawatir dan memilih beristirahat.
Selesai latihan jalan ibu minta di nyalakan televisi, ternyata ia mau menonton televisi.
Memang surah lama ibu tidak menonton televisi. Biasanya dia paling suka menonton FTV di pagi jari dan juga infotainment. Tapi semenjak sakit boro-boro menonton televisi bahkan untuk bangun saja sulit.
Ku lihat ibu tertawa saat dan sesekali menangis saat terbawa suasana sedih.
Melihat Ibu yang sedang asyik menonton televisi, aku pamit kebelakang untuk mandi.
Rasanya tubuhku lengket dan gerah setelah melatih ibu berjalan tadi.
Kali ini aku memilih berendam di bathub.
Rasanya nyaman sekali, hingga aku benamkan seluruh tubuhku ke dalam air.
Segar sekali, apalagi airnya dingin, aku jadi ingin berlama-lama berendam mumpung ibu sedang menonton televisi.
"Ahhh, segar!"
Baru saja ku ambil handuk dan bergegas untuk keluar tiba-tiba ku dengar suara nyaring lesung ibu.
*Dug, dug, dug!!
"Siapa yang membunyikan lesung itu?"
Aku buru-buru keluar untuk melihat Ibu. Ku lihat ia tampak tertawa melihat adegan televisi.
"Kalau bukan ibu, lalu siapa yang membunyikan lesung itu,"
Tiba-tiba suasana menjadi hening, membuat aku merinding. Tiba-tiba ku lihat tangan ibu bergerak seperti hendak me menekan sesuatu.
Aku buru-buru mendekatinya.
"Ibu mau ngapain?"
"Huaaa!" seketika aku terjungkal saat melihat ibu berubah menjadi sosok buto ijo perempuan yang selalu aku lihat.
Aku berusaha menjauhi wanita itu. Tiba-tiba suara ketukan pintu mengalihkan perhatianku. Saat aku kembali menengok kearah Ibu tiba-tiba ku lihat ia masih asyik menonton televisi.
Kenapa tadi begitu nyata sekali,
"Assalamualaikum!"
Aku buru-buru bangun dan berlari untuk membukakan pintu.
"Waalaikum salam," jawabku dengan nafas yang terengah-engah.
"Kamu kenapa Fik?" tanya Ranum kemudian berjalan mendekati ibu.
Ku lihat Ia memasukan tangannya kedalam kendi yang ia bawa, lalu mengusap wajah ibuku.
"Aku gak papa ko Num," jawabku mencoba menutupi rasa takutku.
"Makanya jangan pernah membiarkan Ibumu sendirian," jawab Ranum seolah tahu apa yang barusan terjadi
"Maksudnya??" tanyaku penasaran
"Kamu jangan meninggalkan ibumu terlalu lama, karena lelembut itu pasti langsung merasukinya," jawab Ranum dengan ketus
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanyaku lagi
"Karena aku bisa mencium bau busuknya!" sahut Ranum
Ku lihat ia kemudian naik keatas untuk menaruh kendi itu dan tak lama turun lagi.
"Kalau terjadi seperti itu lagi, basuh wajah Bu lik dengan air kembang di kendi itu!" jawab Ranum
"Baik,"
"Sebaiknya kamu ganti baju dulu, gak enak lihatnya!"
"Astaghfirullah," aku baru sadar kalau aku hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhku.
Buru-buru aku berlari pergi meninggalkan Ranum yang menertawakan aku.
Saat turun ke bawah ku cium aroma harum masakan. Karena penasaran aku segera ke dapur, ku lihat Ranum sedang memasak sesuatu.
"Haduh jadi ngerepotin," ucapku gak enak hati saat melihat Ranum memasak
"Tak apa, aku memang suka memasak. Lagipula aku sudah terbiasa seperti ini. Lumayan bisa menghemat daripada kamu beli makan di warung mulu kan?" jawab Ranum
"Iya, tapi kamunya jadi kecapean,"
"Kalau cuma masak tiga jenis lauk pauk mah gak capek," jawabnya singkat
Ku lihat Ibu duduk di meja makan sambil menikmati camilan. Rupanya Ranum memang tak pernah meninggalkannya. Bahkan sambil masak pun ia mengajak ibu ke dapur.
"Sebaiknya kamu ajak ibumu ke ruang tamu saja, ajari dia ngaji," ucap Ranum membuatku merasa tersentil
Bagaimana tidak, selama ini memang keluarga kami jauh dari agama. Ku lihat ibu dan bapak yang jarang solat dan itu menurun kepada aku dan Azam.
Mungkin itu juga yang membuat Ibu jadi begini.
"Iya,"
Aku segera mendorong kursi roda ibu, tapi ia tidak mau pergi dari situ.
Melihat ibu tidak mau pergi, Ranum menghampiri kami. Hanya dengan sebuah usapan di wajahnya ibuku langsung menurut padanya.
"Sekarang Bu Lik ikut Fikri ya,"
Seketika ibu mengangguk membuat ku kagum, sebenarnya ilmu apa yang dimiliki Ranum sampai ia bisa menjinakkan ibuku.
Saat aku tiba di ruang tamu Ibu malah memintaku naik keatas. Mungkin dia cape karena tadi abia keliling dan latihan jalan. Aku pun menurutinya, toh nanti aku bisa mengajari dia ngaji di kamar.
Saat naik ke kamar ibu ku lihat cermin itu tertutup kain hitam. Sepertinya Ranum barusan membereskan kamar ini sehingga terlihat rapi dan wangi.
Ibu menggerakkan tangannya memberikan isyarat agar aku memindahkannya ke tempat tidur.
Ku gendong tubuh ibu dan ku baringkan keatas ranjang. Kali ini kurasakan tubuh ibu sedikit berbobot. Bila biasanya terasa sangat ringan kali ini sedikit berat, mungkin karena beberapa bulan ini ibu mulai doyan makan.
Kembali ibu menggerakkan tangannya lagi membuat aku menghampirinya.
"Mau apa lagi?" tanyaku lirih
Ku lihat ibu mengucapkan sesuatu meskipun kurang jelas. Sepertinya ia haus. Karena air di teko habis aku terpaksa turun ke bawah untuk mengambil minuman.
"Ngapain kamu kesini lagi!" celetuk Ranum
"Mau ambil minum buat ibu,"
"Memangnya di depan gak ada?" tanya Ranum sambil mengerut kankeningnya.
"Di kamar air habis Num,"
"Di kamar??" Ranum terlihat begitu terkejut saat mendengar ucapan terakhir ku
"Apa Bu Lik di kamar sekarang?" tanyanya dengan tatapan khawatir
"Iya," jawabku mengangguk
"Ah sial!" pekik Ranum begitu kesal
Seketika ia mematikan kompor dan langsung berlari meninggalkan dapur. Aku yang terkejut pun langsung menyusulnya.
"Ranum, ada apa sih. Jangan bikin aku panik dong!" seruku
"Berisik!" seru gadis itu kemudian menendang pintu kamar ibuku.
*Brakkk!!
"Asu!" seru Ranum dengan nada tinggi
"Ada apa sih Num," ucapku saat melihat Ranum berdiri di depan pintu.
*Deg!!
Kulihat Ibu berdiri di depan cermin dan menyeringai menatap kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sulis Wati
anaknya bloon bgt
2025-03-08
0
kezia desta
ayo num bantu fikri lawan perewangan
2023-12-01
2
🦈υℓιє..✰͜͡w⃠
ternyata ranum punya ilmu loh... keren...yg pen ke kamar pasti bukan ibu tapi si buto item ntu kan.... ❤❤❤
2023-09-04
2