*Deg!
Antara takut dan penasaran aku memberanikan diri untuk mendekati tirai itu. Tak ada siapapun di sana dari balik tirai hanya terlihat bayangan air kran yang mengalir.
Saat aku hendak menyingkap tirai untuk mematikan kran air tiba-tiba aku mendengar suara seseorang memasukan kakinya kedalam bathub.
Seketika aku langsung lari keluar meninggalkan kamar mandi. Jujur saja rasa penasaran ku kalah dengan rasa takutku waktu itu.
Segera aku masuk ke kamar Azam dan meringkuk bersamanya sampai pagi menjelang.
Keesokan paginya aku di kagetkan dengan kedatangan Pak RT yang mendatangi kediaman ku pagi-pagi buta.
Beliau ternyata menyampaikan aduan dari para warga yang kerap melihat ibu berpakaian minim dan menggoda para pria.
Tentu saja hal itu sangat mengganggu para pria, khususnya para pria yang masih lajang.
Berita itu membuatku sangat terkejut. Bagaimana tidak saat ini Ibuku sedang mengalami lumpuh jangankan pergi berkeliaran keluar rumah bahkan untuk bangun saja tidak bisa. Merayu para pria, bagaimana bisa ibuku merayu mereka, sedangkan berbicara saja ia tidak bisa.
Tentu saja hal ini membuat aku marah dan mengatakan bahwa semua yang disampaikan Pak RT adalah fitnah.
Pak RT pun tak mau kalah ia bersikeras jika semua yang diucapkannya adalah benar. Ia bahkan mendatangkan seorang pria yang pernah digoda oleh ibuku.
Tetap saja Aku tidak percaya dengan ucapan saksi itu, aku menjelaskan jika selama ini Ibuku menderita lumpuh dan tidak bisa bicara.
Karena aku tak mau berdebat dengan Pak RT maka aku pun mengajak Pak RT ke lantai dua untuk menemui Ibuku.
Dan benar saja Pak RT kita terkejut saat melihat ibuku yang terbaring di ranjangnya.
ibuku sudah lumpuh selama 3 bulan lebih.
"Ia menderita menderita stroke alkemik, di mana semua sistem motoriknya sudah tidak bisa berfungsi lagi. Jadi dia hanya berbaring saja di sini. Makan, buang air pun dilakukan diatas tempat tidur. Bahkan sekarang ibuku juga tidak bisa bicara lagi," ucapku mencoba memberikan penjelasan kepada pak RT
Setelah melihat kondisi Ibuku Pak RT pun segera meminta maaf dan pamit pulang.
Karena kondisi ibu makin lama makin parah aku pun pergi menemui beberapa saudara Ibu untuk meminta pertolongan kepada mereka.
Tentu saja selain meminta bantuan materi akupun mendatangi saudara Mbah Kung untuk membantu mengobati ibu.
Tentu saja aku melakukan semua itu karena aku sadar jika penyakit yang di derita ibu bukanlah penyakit bisa yang bisa sembuh dengan cara medis.
Sudah sebulan ini Abu Musa tidak datang ke rumah untuk menjenguk ibu seperti biasanya. Ia juga tak terlihat di Mushola.
Sempat aku berpikir jika terjadi padanya, namun pikiran itu langsung aku tepis mengingat Abu adalah seorang yang religius jadi mustahil para lelembut itu bisa menyentuhnya.
Hari ini Bik Sumi izin tak masuk kerja karena anaknya sakit. Untuk itu kali ini aku yang bertugas mengurus semua keperluan ibuku.
Hari ini ada yang berbeda saat aku hendak memandikan ibu. Aku mencium aroma busuk saat memasuki ruangan itu.
Aku kira itu bau bangkai, makanya aku segera mencarinya. Tapi setelah aku cari dimana-mana tidak ketemu juga.
Akupun menyerah dan berjanji akan melanjutkan pencarian besok pagi.
Saat aku mulai mengganti pakaian ibu, aku melihat luka menganga disekitar perut ibu.
Luka itu lumayan besar dan baunya sangat busuk. Selain itu yang membuatku jijik adalah karena luka itu dipenuhi belatung.
Aku segera mengambil anti septik dan menyemprotkannya ke luka itu agar belatung-belatung itu mati.
Setelah membersihkan belatung-belatung itu, aku memberinya salep untuk mengeringkan lukanya.
Ibu tersenyum saat melihat ku membersihkan lukanya itu.
"Terimakasih le sudah mau merawat ibu dengan baik tanpa rasa jijik ataupun takut setelah apa yang sudah kau alami selama ini. Ibu hanya minta kau tidak lupa memakaikan ibu baju berwarna Hijau setiap hari," ucap ibu membuat ku kaget.
Bagaimana tidak ibu yang selama ini sudah diagnosa tidak bisa bicara karena penyakitnya, tiba-tiba saja bisa berbicara. Ia mengucapkan terima kasih dan menyampaikan pesannya padaku untuk selalu memakaikan baju berwarna hijau kepadanya. saat itu aku merasa sangat senang dan berpikir jika Ibu pasti akan segera sembuh.
Namun ternyata prediksiku salah, justru hari itu adalah hari terakhir aku melihat senyuman ibu. Karena setelah itu, Ibuku benar-benar tertidur panjang dan tidak pernah bangun. Bukannya Ibu meninggal, tapi Ibu hanya koma.
Meskipun Ibu koma, aku tidak membawanya ke rumah sakit karena saat itu kondisi keuangan keluargaku benar-benar tidak memungkinkan untuk membawanya berobat ke rumah sakit.
Aku memilih merawat Ibu di rumah. Bahkan aku juga tidak bisa membayar Seorang perawat untuk menjaga Ibu lagi.
Aku terpaksa mengurus Ibu seorang diri karena adikku masih sangat kecil untuk dilibatkan mengurus ibu. Selain mengurus ibu aku harus bekerja banting tulang untuk mencukupi kebutuhan keluarga terutama biaya obat-obatan ibu.
Seperti pesan terakhirnya, aku selalu memakaikan pakaian hijau setiap hari kepada ibuku.
Aku tidak tahu apa arti pakaian hijau itu, tapi aku berharap dengan menjalankan pesan terakhirnya, bisa membuat ibu segera sembuh minimal Ibu bisa bangun dari tidur panjangnya.
Dari semua kerabat ibu yang pernah ku mintai tolong tak ada satupun yang datang menjenguk kami.
Tentu saja hal ini membuat aku sangat sedih, tiap kali membersihkan tubuh ibuku dan mengganti pakaiannya.
Bagaimana bisa ibuku yang begitu baik dan selalu membantu saudara-saudaranya yang kesusahan, tapi di saat ia sendiri sedang kesusahan tak ada satupun yang membantu kami. Meskipun mereka tidak mau membantu secara materi setidaknya mereka harusnya datang menjenguknya.
Pada hari ke 100 ayahku meninggal, ada seorang kerabat ibu yang datang menjenguknya. Dia adalah Mbah Sukardi.
Beliau adalah adik Mbah Kung.
"Aku turut prihatin ya le dengan keadaan Ibumu, kowe sing sabar yo," ucap Mbah Sukardi sambil menepuk-nepuk pundak ku
Aku hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Mbah Sukardi.
Dari beliau aku tahu jika selama ini Ibuku meneruskan keilmuan Mbah Kung yang turun menurun. Mbah Kung bersekutu dengan setan.
"Ibumu lapang dada menerima warisan dari Mbah Kung itu. Tapi terus terang saja Mbah gak tahu kenapa ibumu bisa seperti ini. Harusnya orang yang mewarisi ilmu Mbah Kung itu akan berumur panjang, paling panjang. Awet muda dan berlimpah rezeki," jelas Mbah Sukardi
"Ilmu apa Mbah sampai ibu seperti ini?" tanyaku penasaran
"Parewangan, kamu sedah dengarkan?. Parewangan adalah persekutuan manusia dengan mahluk halus. Mas Gondo dibantu oleh Jin dalam membangun usahanya semacam penglaris. Pertama penglaris itu ada di lesung Padi yang selalu ibumu bunyikan setiap pagi. Lalu cermin di kamar ibumu, itu bukan cermin biasa Fik," jawab Mbah Sukardi
Tiba-tiba setelah menyebut cermin Mbah Sukardi seperti mengkhawatirkan sesuatu hingga buru-buru menyuruhku untuk menutupi cermin itu dengan kain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ardianti Endang
kasihan fikri berasa sendiri menghadapi mslh klenik in,trs gmb kbr abu musa knp gak bnt fikri lg
2024-02-10
1
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
susah bener ya,perginya si prewangan inih. Trus Abu musa ne kemana?
2023-12-19
0
Dairi 123
hantu nya buat geger sekampung aja ya😂😂
2023-11-19
1