"Kita harus menyingkirkan parewangan yang sudah membuat ibumu seperti itu?" ucap ayah sekembalinya dari rumah paranormal yang hendak mengobati ibuku
Ia mengatakan jika sakit ibu bukan sakit biasa. Itulah kenapa dokter selalu mengatakan jika ia baik-baik saja saat di bawa berobat ke rumah sakit.
"Tak ada yang bisa menyembuhkan ibumu, apalagi menyingkirkan para parewangan yang ingin mengambil nyawanya itu." imbuhnya dengan nada gundah
Saat itu ku lihat bapak sepertinya frustasi. Terlihat jelas kekecewaan di matanya saat semua usaha yang dilakukannya sia-sia selama ini.
Tentu saja, bagaimana tidak kecewa, ayah sudah mencoba berbagai macam pengobatan untuk menyembuhkan ibuku tapi selalu saj gagal.
Mulai dari medis ataupun non medis. Rasa cintanya yang besar terhadap ibu membuat ia tak menyerah meskipun banyak paranormal yang sudah menyerah dan tidak sanggup untuk mengobati ibuku.
Mengetahui Ibu menderita sakit yang bukan sakit biasa aku pun menyarankan bapak untuk meminta bantuan kepada pemuka agama atau ustadz. Tapi ayah selalu menolak.
"Aku gak membuka aib keluarga kita le. Ibumu sudah berusaha menutupinya sejauh ini jadi aku harus menghormati keputusannya," ucap Bapak dengan nada gusar
Saat itu aku belum mengerti apa yang dimaksud bapak. Jadi aku hanya iya-iya saja saat ia mengungkapkan unek-uneknya.
"Kita harus menghancurkan lesung itu jika ingin menyelamatkan ibumu. Ya lesung itu, Mbah Jan bilang hanya itu satu-satunya cara untuk menyembuhkan ibumu. Tapi untuk menghancurkan lesung itu nyawa taruhannya le,"
"Nyawa???" pekikku tak percaya
saat mendengar ucapan bapak.
Bagaimana tidak masa menghancurkan lesu aja sangat susah sampai bisa mengancam nyawa pula.
Antara percaya dan tidak aku tetap mendengarkan setiap keluhan Bapak.
Bukan karena ceritanya yang sedikit di luar nalar, tapi lebih karena kondisi mental bapakku.
Memang selama merawat ibu sakit bapak pernah di vonis gila dan sempat di rawat di rumah sakit jiwa.
Penyebabnya karena ia kecewa karena semua usahanya untuk menyembuhkan ibumu tak membuahkan hasil.
Dokter memvonis ayah mengalami stress karena ekspetasinya yang begitu besar untuk menyembuhkan ibu namun hasilnya nol.
Menurut ku wajar saja sih kalau dia stres, akupun akan mengalami hal yang sama jika ada di posisi Bapak.
Malam itu sekitar pukul sembilan, aku lihat bapak pamit untuk tidur setelah mengobrol panjang lebar denganku.
Aku tak mengira jika bapak akan melompat dari kamarnya yang di lantai dua. Masih jelas ku ingat bagaimana kondisi bapakku yang tewas mengenaskan.
Kepalanya tepat menancap di ujung lancip pintu gerbang depan rumah.
Masih ku lngat dengan jelas bagaimana bola mata bapak nyaris keluar dengan mulut menganga.
Sebuah tatapan mata menyeramkan membuatku yang melihat peristiwa itu sampai tak bisa tidur hingga tiga hari tiga malam.
Entah kenapa setiap kali aku ingin memejamkan mata, bayangan bapak selalu muncul hingga membuat ku selalu terjaga.
Meskipun kematian Bapak meninggal trauma untukku, namun aku harus tetap bertahan demi keluarga ini. Karena bagaimanapun juga setelah kematian Bapak, sekarang aku praktis menjadi kepala rumah tangga sekaligus tulang punggung keluarga ini. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk berlarut-larut dalam kesedihan.
Di hari ke empat kematian bapak aku menemukan sebuah catatan bapak yang berisikan motivasi untuk bertahan hidup demi ibu.
Catatan itu di buat sehari sebelum bapak meninggal, dimana ia mengatakan jika dirinya sedang melakukan tapa brata agar bisa menghancurkan lesung milik Mbah Kung.
Tentu saja hal itu membuat aku berpikir ada yang aneh dengan kematian Bapak.
Bagaimana tidak, selama ini bapak selalu menjaga kesehatannya agar bisa merawat ibuku. Bahkan dari catatan itu saja aku tahu kalau bapak sedang menjalani ritual yang di sarankan oleh seorang paranormal yang sedang mengobati ibu.
Jadi intinya tak ada alasan untuk Bapak bunuh diri, apalagi setelah ia berhasil mendapatkan seseorang yang sanggup mengobati ibu. Itulah yang membuatku berpikir jika kematian ayah tidak wajar.
Hingga hari ke lima kematian ayah, tak ada satupun dari keluarga ibu yang datang untuk membantu keluarga kami yang sedang kesusahan. Jangankan memberi bantuan uang untuk keperluan pengobatan ibu bahkan muncul dalam acara tahlil pun tidak.
Itulah kenapa aku selalu terlihat sedih saat acara tahlil. Aku merasa jika Keluarga Ibu sengaja mengucilkan keluarga kami, terlebih saat bapak meninggal.
Malam ini kami kedatangan seorang tamu istimewa. Ia mengaku sebagai sahabat dari Mbah Kung.
Lelaki itu bernama Darno.
"Kamu sing sabar yo le, semua ini adalah ujian. Aku yakin dengan kesabaran dan ikhtiar mu akan bisa menyelamatkan keluarga ini dari mara bahaya," ucap Pak De Darno
Pak De Darno menceritakan jika bapakku memang meninggal tak wajar. Beliau sengaja dibuat mengalami tekanan batin yang amat mengguncang dirinya hingga membuatnya terpaksa harus melakukan bunuh diri. Ia nekad melawan mahluk gaib yang bukan tandingannya hingga membuat nyawanya melayang.
"Azis itu jadi korban parewangan yang dimiliki ibumu," ucap Pak De Darno membuat aku sedikit terkejut
Parewangan??
Rasanya aku tak asing dengan istilah ini. Iya sebelumnya aku pernah mendengar kata-kata parewangan dari mulut Bapak sebelum ia meninggal.
Awalnya aku tidak begitu mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Pak De Darno.
Namun setelah beliau menjelaskan semuanya dengan perlahan aku baru sedikit paham.
"Beliau sudah berjuang melawan para mahluk gaib itu, namun sayangnya kekuatannya belum cukup untuk melawan kekuatan yang besar yang menguasai ibumu. Doakan saja Pak De bisa membantu kalian," pungkas Pak De Darno
Lelaki tua itu bahkan sempat mengunjungi ibuku, sebelum ia pulang.
Ia bahkan berpesan untuk membasuh tubuh ibuku menggunakan kembang tujuh rupa setiap magrib dan saat subuh.
Aku sangat bersyukur dengan kedatangan Pak De Darno, setidaknya kini aku mulai tahu kenapa ibu bisa seperti itu dan penyebab kematian bapak
Namun Pak De Darno tiba-tiba menghilang setelah hari itu.
Bila biasanya ia selalu datang untuk mengikuti tahlil, namun setelah hari itu ia tak pernah terlihat batang hidungnya lagi.
Aku berpikir mungkin dia sedang sibuk makanya tidak sempat datang di acara tahlil ke delapan.
Namun siapa sangka aku mendengar kabar jika Pak De Darno meninggal sepulang dari tahlilan tempo hari.
Seorang saksi mengatakan jika Pak De Darno meninggal dengan cara bunuh diri. Ia sengaja menabrakkan dirinya kepada kereta api yang sedang melaju hingga tubuhnya hancur terlindas kereta.
Bukan hanya itu, kepalanya bahkan sampai terpisah dari anggota tubuhnya dan terlempar ke samping rel.
Kondisi yang mengenaskan, dan hampir mirip dengan kondisi ayah saat meninggal.
Tentu saja kabar ini semakin membuatku ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ass Yfa
yg dibuat wadah bunya,, lah sodara yg lain menikmati kekayaan nya
2024-01-29
2
Aya
bapak apa ayah si manggil nya yg bener ?
2024-01-19
0
Winarsih Anik
hati ikut berdebar debar
2024-01-18
0