#Bagi yang udah baca chapter 17 harap baca ulang ya soalnya tadi aku tambahin jadi bair nyambung aja di bab ini. Terimakasih.#
Aku begitu ngeri saat melihat ibu berdiri didepan cermin dan menyeringai kearah kami.
"Astaghfirullah Ibu!" aku berusaha untuk menyadarkan ibu
"Dia bukan ibumu!" seru Ranum menahan ku untuk tidak masuk. Ranum seakan tahu jika wanita yang di depan cermin itu bukan ibu melainkan Parewangannya yang menyerupai dirinya.
Ia berjalan perlahan menghampiri wanita itu tanpa rasa takut. Ku dengar Ranum seperti sedang merapal mantra sambil mendekati ibuku. Mungkin ia berusaha mengusir makhluk astral itu dan menyelamatkan ibuku dari oara lelembut yang berusaha untuk mencelakainya.
"Hahaha,"
Ku lihat Ibu tertawa mendengar ucapan Ranum. ntah kenapa Kali ini aku merasa jika Ranum benar-benar dalam bahaya karena ibu mulai menyerangnya, membuat aku ta. bisa tinggal diam.
Aku tak bisa membiarkan gadis itu disakiti oleh parewangan ibu.
"Mundur!" seru Ranum lagi-lagi melarang ku mendekatinya
"Tetap di situ, dan jangan mendekati kami. Biar aku yang akan mengurus Buto ijo iki!" ucapnya dengan penuh percaya diri.
Aku hanya berdiri menatap Ranum yang sedang menggunakan kekuatan supranaturalnya untuk menghadapi makhluk gaib yang ada dalam tubuh ibuku.
Karena aku tak mau terjadi sesuatu dengannya aku pun membaca ayat kursi untuk membantunya menghadapi makhluk itu.
Ku lihat Ranum seperti sedang menari mengelilingi ibuku. Ia begitu gemulai seperti seorang penari, namun entah kenapa ibu begitu marah saat melihatnya menari.
Ia berusaha menyerangnya, namun Ranum justru menghindari serangannya dengan cantik.
Kini Ibu menjerit-jerit kesakitan, entah apa yang dirasakannya hingga ia terus berteriak-teriak histeris sambil tangannya berusaha menjambak rambut Ranum.
"Dasar dukun keparat, kau pikir bisa mengalahkan aku!" serunya dengan suara berat
"Singkirkan dia le, dia sudah menyakiti ibu Le," ucap Ibh dengan wajah memelas membuatku kasian.
Tapi aku sadar jika dia bukan ibu, dia adalah Parewangan yang sedang menguasai tubuh Ibuku.
*Buugghh!!
Ku lihat ibu akhirnya jatuh pingsan kelantai. Ranum segera memerintahkan aku untuk memindahkan ibu ke ranjangnya.
Sementara itu ia buru-buru untuk menutup cermin keramat yang kini terbuka. Baru saja Ranum akan menutupnya tiba-tiba ku lihat sosok wanita bertubuh hijau menarik rambut Ranum kedalam cermin.
Ku lihat Ranum berusaha melepaskan diri dari cengkraman makhluk itu.
Dengan sekuat tenaga ia akhirnya bisa melepaskan diri dan menutup cermin itu.
Ku lihat ia tampak terengah-engah setelah berhasil mengalahkan makhluk itu.
Ku ambil segelas air dan ku berikan kepadanya. "Minumlah," ucapku
"Terimakasih Fik," ucapnya lirih
Selesai minum, ia mendekati ibuku dan membersihkannya dengan air kembang yang dibawanya.
"Sering-seringlah memandikan ibumu dengan air kembang ini, agara para demit itu tak bisa keluar dari tubuhnya," ucapnya sambil menyeka wajah ibu
"Baik,"
"Soal pernikahan itu, jangan terlalu dipikirkan. Ibuku memang begitu orangnya suka memaksa, tapi meski begitu sebenarnya dia itu baik. Dia hanya ingin aku yang sudah di cap perawan tua ini segera menikah. Aku tahu dia pasti gak enak karena terus di desak oleh keluarga besar agar segera menikahkan aku," terang Ranum tiba-tiba mengalihkan pembicaraan
"Memangnya kenapa kau belum menikah, apa kamu belum menemukan seseorang yang cocok?" tanyaku hati-hati
"Bisa dibilang begitu, tapi sebenarnya aku hanya belum ingin saja. Karena aku ingin menikah sekali dalam seumur hidupku bukan kawin cerai seperti ibuku. Tapi bukan itu juga alasannya, lebih tepatnya aku ini gak laku fik," jawab Ranum
"Gak laku kenapa, kamu itu cantik, masih muda terus apa yang membuat para lelaki tak menyukaimu?" tanyaku
"Kamu sendiri kenapa tak mau menikah denganku?" jawab Ranum seolah menampar ku
"Itu... Itu ...karena aku tak yakin jika ada perempuan yang mau menikahi ku dan merawat ibuku dengan tulus,"
"Jangan boong, katakan saja sebenarnya aku gak akan marah kok. Kalaupun kamu seperti mereka yang kemudian menolah untuk menikah denganku aku tak masalah," jawab Ranum
"Beneran, aku gak bohong!" jawabku berusaha meyakinkannya
Tiba-tiba terdengar suara adzan Dhuhur membuat kami menghentikan pembicaraan sejenak.
Tiba-tiba Ranum membasuh wajahnya dengan air kembang yang dipakai untuk menyeka wajah ibu.
"Sekarang lihat baik-baik diriku, apapun yang kau lihat katakan padaku?" ucapnya lagi
Aku mengangguk.
Ranum kemudian berjalan mendekatiku.
"Sekarang lihat baik-baik," ucapnya lagi
"Tidak ada apa-apa," jawabku
Ranum terlihat kecewa, kemudian membuka kerudungnya. Sepertinya ia berharap aku melihat sesuatu dalam dirinya, tapi memang aku tidak melihat apapun kecuali ia yang makin cantik jika memakai kerudung.
"Kamu yakin tak melihat apapun?" tanyanya lirih
"Tidak ada Ranum, aku hanya melihat mu lebih cantik jika menggunakan kerudung itu," jawabku seketika membuat gadis itu tersipu-sipu
"Gombal,"
"Beneran, mungkin karena memang kamu gak pernah pakai kerudung makanya kamu terlihat makin manis saat menutup wajahmu,"
"Jika perkataan mu benar, maka ucapan ibu benar, jika hanya kamu yang bisa menjadi suamiku. Ibuku bilang aku memang akan sulit menikah karena sesuatu hal. Dan aku hanya bisa menikah dengan lelaki yang tertentu dengan weton tertentu," jawab Ranum
Gadis itu kemudian menceritakan bagaimana ia bisa disebut perawan tua dan kenapa selalu gagal menikahi kekasihnya.
Entah kenapa aku tiba-tiba merasa iba mendengar penuturan Ranum. Sekarang aku tahu kenapa Bu Dhe menjodohkan kami. Rupanya aku ini pria istimewa yang bisa menghilangkan kutukan dalam diri ranum.
"Kalau begitu menikahlah denganku," tiba-tiba ucapan itu mengalir saja dari mulutku.
Lagi-lagi Ranum tersipu, entah kenapa kali ini aku benar-benar suka sama Ranum. Ia terlihat begitu cantik dan polos.
"Kalau kamu mau tentu saja aku tak bisa menolaknya Fik," jawab Ranum malu-malu
"Alhamdulillah, semoga saja kita bisa berjodoh Ranum,"
Setelah selesai menyeka tubuh Ibu ia menyuruhku untuk makan.
"Sebaiknya kamu makan siang dulu, sementara biar aku yang menjaga ibumu,"
"Kenapa kamu gak makan bareng aku aja?" tanyaku
"Kan Bu Lek gak boleh di tinggal sendirian, jadi gantian saja." jawab Ranum
"Kalau gituan biar aku bawakan makanan mu ke sini saja biar kita makan bareng ya," jawabku
Ranum mengangguk setuju. Saat aku kembali keatas ku lihat Ranum sedang membungkus cermin keramat ibu.
"Mau diapakan cermin itu Num?" tanyaku kaget
"Aku akan menghancurkannya, doakan saja aku berhasil. Karena jika cermin ini berhasil dihancurkan maka satu Parewangan akan mati dan tak mengganggu ibumu lagi,"
Aku hanya bisa mendoakan semoga apa yang dilakukan Ranum bisa membuat Ibu cepat pulih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
KadalKocak
entah terkesan lambat ngobatin ibunya atau alurnya emang sengaja dibikin lambat?
2024-02-10
0
kezia desta
alhamdulillah blm pernah liat buto ijo tpi kl adu mulut ama kuntilanak uda sering saya hi9#ngunyahpaku
2023-12-01
1
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
wow Ranum keren berani melawan buto ijo 👹
kalo aku sih paling juara ngabisin kue ijo 👉 klepon, putu, ape 😚
2023-09-13
3