Aku berlari agar bisa menangkap tubuh ibuku. Ku kerahkan seluruh tenaga agar bisa menangkap tubuh ibuku.
Cukup bapak saja yang menjadi tumbal parewangan ini, aku tak mau ibuku mengalami hal yang sama dengan Bapak.
Tiba-tiba sebuah angin kencang berhembus menahan tubuh Ibu hingga ia mengambang dalam posisi terlentang diatas kepalaku.
Persis seperti adegan dalam film horor. Ku tadahkan kedua tanganku bersiap untuk menangkap tubuh ibu jika ia benar-benar jatuh.
Terdengar suara Kyai Mansur membaca doa-doa, sementara itu kulihat Bu Dhe mendekati ku sambil menggerakkan tangannya.
Perlahan ia menggerakkan tubuh ibuku menuju sebuah tikar pandan yang di gelar di ruangan itu.
Ku lihat ibu sudah tenang saat itu. Bu Dhe kemudian mengusap wajah ibu dengan air kembang yang ia persiapkan di dalam kendi.
Ku lihat beberapa kali ibu kejang-kejang dengan mata melotot menatap ke langit-langit.
Ia menjerit kesakitan saat Bu Dhe berhasil mengeluarkan sebuah jarum emas dari keningnya. Seketika ku lihat wajah ibu langsung berubah keriput.
Kini wajah Ibu tampak berbeda. Bila sebelumnya ibu itu sangat cantik dengan kulit wajah mulus, kenyal dan tanpa kerutan meski usianya sudah 60 tahun. Tapi setelah susuknya dikeluarkan, wajah ibu terlihat menghitam dan terlihat keriput serta terlihat sangat tua.
Namun meskipun begitu bagiku ibu adalah wanita tercantik karena ialah yang telah merawat ku dari kecil hingga dewasa.
"Bagaimana Nyai, apa susuknya sudah di keluarkan?" tanya Kyai Mansur
"Sampun Pak Kyai, matur nuwun sudah membantu mengeluarkan susuk widodari dari tubuh Sri," jawab Bu Dhe
"Sama-sama, makasih juga loh udah membantu Nak Fikri,"
Kyai Mansur kemudian duduk di samping Ibu dan memberikan nasihat untuknya.
"Sekarang susuk mu sudah dikeluarkan, tinggal Parewangan yang ada di tubuh kamu. Tapi kami tidak bisa mengeluarkan mereka sekarang karena kondisi mu terlihat sangat lemah. Mungkin beberapa hari lagi setelah kondisi mu membaik kita akan kesini lagi," ucap Kyai Mansur
Terimakasih Kyai, Abu, dan Bu Dhe sudah membantu mengeluarkan susuk Ibu. Maaf saya tidak bisa memberi apa-apa, semoga Gusti Allah yang akan membalas kebaikan kalian," ucapku kemudian menyalami mereka bertiga.
"Sama-sama Fik, kalau ada apa-apa kamu tinggal telpon saja Abu, Insya Allah saya akan bantu kalau ada apa-apa dengan ibumu,"
"Baik Abu, terimakasih banyak atas bantuannya.
Kini Bu Dhe fokus untuk membersihkan tubuh ibu dengan air kembang yang ia bawa.
Ia juga memintaku untuk membawakan baju ganti untuknya.
Bu Dhe sempat terkejut saat aku membawakan sebuah baju berwarna hijau.
"Kenapa gak ganti warna lain saja Le,"
"Tapi pesan Ibu dia hanya mau pakai pakaian warna hijau Bu Dhe,"
"Hmm, memang benar, pakaian ini adalah salah satu ciri untuk menandai jika ia memiliki Parewangan. Tapi Kalau kau ingin melepaskan ilmu ibumu dan juga para lelembut yang menguasai dirinya maka jangan pakaikan pakaian ini lagi," terang Bu Dhe
"Baik Bu Dhe,"
Aku langsung menukar pakaian itu dengan warna lain. Alhamdulillah setelah susuk ibu di keluarkan Ibu sudah sadar. Meskipun kondisinya belum pulih seratus persen, setidaknya ibu sudah bisa tersenyum lagi.
Sebelum pamit pulang Bu Dhe berpesan agar aku tetap memandikan ibu mengunakan air kembang yang ia berikan.
Ia juga berjanji akan sering-sering menjenguk Ibu untuk mengetahui kemajuannya.
Setelah hari itu suara lesung di malam haripun berhenti. Alhamdulillah untuk beberapa minggu ini aku bisa tidur lelap.
Bahkan Bu Dhe Suryati sengaja menyuruh putrinya untuk menjaga Ibuku, agar aku bisa bekerja.
Aku memang memilih bekerja karena warung makan sudah tidak bisa diandalkan lagi.
Meksipun sebenarnya aku lebih suka berwira usaha, namun karena tidak ada modal akhirnya warung makan pun bangkrut.
Aku bekerja di bengkel milik Bu Dhe Suryati. Alhamdulillah Bu Dhe sangat baik padaku, ia tahu jika beban yang ku pikul begitu berat hingga ia mempercayakan sebuah bengkel miliknya kepadaku.
Selain memberikan pekerjaan Bu Dhe bahkan menjodohkan aku dengan Ranum, putri keduanya yang sekarang merawat Ibu.
"Kamu itu sudah cukup umur Le, sudah waktunya untuk menikah. Biar Sri juga ada yang jaga. Karena kamu tuh laki-laki jadi gak bisa kalau harus terus menerus mengurus ibumu. Harus ada yang membantu mu merawat Ibumu," ucap Bu Dhe malam itu
"Inggih Bu Dhe, tapi apa ada yang mau sama aku. Secara semua gadis yang ku dekati langsung mundur kalau tahu aku punya ibu yang sakit-sakitan,"
Memang untuk menikah aku sedikit minder. Tentu saja sangat sulit menemukan seorang perempuan yang mau menerima kondisi ku apa adanya. Khususnya keadaan Ibu. Karena setelah menikah denganku mau tidak mau mereka harus merawat ibu.
Selain itu aku cukup tahu diri karena bukan dari keluarga berada, atau pria mapan dengan penghasilan puluhan juta.
Bude menghela nafas mendengar penuturan ku. Bukannya sombong Dulu waktu keluarga kami masih utuh dan Ibu masih sehat, Aku memang sempat menjadi tipe cowok idaman bagi banyak perempuan yang mendambakan suami yang mapan. Meskipun memiliki wajah yang tidak terlalu tampan, tetapi karena keluargaku kaya raya maka banyak perempuan yang dapat mendekatiku.
Kalau kata orang sih aku ini seorang putra mahkota yang akan mewarisi harta kedua orang tuaku. Jadi siapapun yang akan menjadi istriku sudah pasti hidupnya akan terjamin.
Tentu saja karena aku memiliki warisan yang lumayan banyak.Tapi semua itu sudah berlalu, sekarang semuanya menjauh setelah keluargaku bangkrut dan ibuku juga sakit-sakitan.
Tak ada lagi yang bisa aku banggakan. Setidaknya jika tidak kaya kalau memiliki wajah tampan mungkin aku masih bisa diperhitungkan, tapi apalah daya wajahku cuma pas-pasan.
"Apa kamu mau menikahi Ranum putriku?" tanya Bu Dhe membuatku terhenyak.
Meskipun Ranum itu cantik tapi aku belum berpikir untuk menikah dengannya.
Karena pikiranku untuk menikah itu masih jauh. Saat ini yang terpenting adalah kesembuhan ibu. Tapi aku juga tak enak hati menolak keinginan Bu Dhe.
Apalagi selama ini dia sudah banyak membantu keluarga kami. Tentu saja perjodohan ini membuat aku dilema.
"Menikah itu kan untuk seumur hidup Bu Dhe jadi aku tak bisa buru-buru memutuskannya, kalau bisa beri Fikri waktu,"
"Tentu saja Le, pikirkan dulu masak-masak apapun jawabanmu Bu Dhe gak masalah kok," jawab Bu
Ia kemudian bangun dari duduknya dan pamit pulang. Setelah tawaran Bu Dhe itu membuatku tak bisa tidur.
Aku tak bisa berhenti memikirkan perjodohan itu, meskipun aku tidak keberatan jika harus menikah dengan ranum, tapi entah kenapa ada yang janggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
🦈υℓιє..✰͜͡w⃠
makan makan ada yg mau nikah.... relax je nak jan tegang mluuu yaaa wkk wkkkk... ❤❤❤
2023-09-04
1
🇦ⷦ 🇷๎ 🇴ᷡ 🇰
trims saja lah fik. soal cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya seiring waktu berjalan.
2023-08-19
0
❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸
Jangan suudzon lah, Fik... Tapi iya juga y
2023-08-10
0