Setelah dua kejadian itu aku memberanikan diri untuk bercerita kepada seorang ustadz yang selalu memimpin tahlil di rumah.
Aku menceritakan semua yang ku alami beberapa hari ini dan juga perihal kematian bapak yang tak masuk akal.
Beruntung Abu Musa seorang yang cepat tanggap dengan apa yang aku ceritakan.
Ia langsung merespon dan begitu antusias untuk membantu keluargaku.
"Boleh saya melihat ibumu?" tanya Abu Musa
"Tentu saja boleh Abu," aku kemudian mengajaknya menemui ibu yang ada di kamarnya.
Setibanya di depan kamar Ibu,
Ku lihat Ia sedang merias wajahnya di depan cermin.
"Assalamualaikum," sapa Abu Musa
Ibu menoleh kearah kami.
Melihat kedatangan kami Ia pun beranjak dari duduknya dan menyambut kedatangan kami.
"Waalaikum salam Ustadz," jawab Ibu dengan senyuman simpulnya
Aneh, bila biasanya Ibu terbaring lemah di tempat tidur malam ini ia terlihat bugar dan wajahnya bersinar seperti saat ia belum sakit.
Bahkan senyuman ibu membuat wanita enam puluh tahun itu terlihat begitu cantik seperti wanita usia 30 tahun. Ia terlihat cantik dengan menggunakan kebaya berwarna hijau.
"Ada perlu apa Ustadz datang menemui ku?" tanya ibuku
"Saya hanya ingin berkenalan dengan anda Bu," jawab Abu Musa
"Kalau begitu mari kita bicara di ruang tamu saja, tidak enak kalau ngobrol di depan pintu begini,"
Ibu kemudian mengajak Abu Musa ke ruang tamu.. Sementara aku ke belakang untuk membuatkan minuman untuknya.
Saat aku mengantar minuman, ku lihat mereka tampak berbincang begitu akrab.
Tak ada tanda-tanda yang aneh dengan ibuku, begitu pun dengan Abu yang terlihat santai dan mampu mengikuti obrolan ibu.
"Mas, temenin aku tidur, aku takut," ucap Azam menarik baju Koko ku
Karena merasa aman-aman saja aku pun mengikuti Azam ke kamarnya.
Memang semenjak kematian bapak Azam jadi penakut, ia bahkan tidak berani tidur sendirian.
Azam segera membaringkan tubuhnya di kasur sedangkan aku memilih melanjutkan membuat laporan keuangan warung makan.
Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, ku lihat Azam sudah terlelap. Aku hampir lupa kalau ada Abu yang sedang berbincang dengan Ibu.
"Apa Abu sudah pulang atau masih ada di sini?" karena penasaran aku segera bergegas keluar dari kamar menuju ke ruang tamu.
Aku lihat lampu ruangan itu sudah di matikan pertanda Abu sudah pulang.
"Duh sayang sekali aku gak tahu apa yang mereka perbincangkan," meskipun sedikit kecewa namun setidaknya aku lega karena bisa mempertemukan Ibu dengan Abu.
Saat lewat di depan kamar ibu aku lihat lampunya masih menyala yang berarti ibu belum tidur.
Karena pintu terbuka aku pun bisa melihat ibu sedang duduk di depan meja riasnya.
Ia tampak menyisir rambutnya yang panjang.
"Kok belum tidur Bu?" tanyaku menghampirinya
Ibu menoleh sinis kearah ku, entah kenapa tatapan matanya seolah menyiratkan kebencian kepadaku hingga membuat ku menjadi tak enak hati.
"Ibu tidak bisa tidur karena memikirkan bapakmu le?" jawab Ibu
"Kenapa dengan Bapak Bu, kan dia sudah tenang di alam sana, jadi sebaiknya ibu ikhlaskan bapak dan jangan bersedih lagi," ucapku mencoba menghiburnya
"Aku kasian saja dengan bapakmu, pasti dia kesepian di sana," jawab Ibu
"Bapak tidak kesepian Ibu, karena ia bersama dengan Rob sang penciptanya. Kalau ibu kasian sama bapak lebih baik ibu kirimkan doa atau alfatihah untuknya. Aku yakin dengan begitu bapak akan bahagia di alam sana,"
Seketika ibuku tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan ku membuat aku menjadi kaget.
Ia segera bangun dan menatap nanar kearah ku membuatku sedikit takut. Kenapa aku melihat sosok ibu terasa berbeda, ia seperti orang lain yang berada dalam raga ibuku.
"Apa kau yakin bapak mu akan bahagia di kuburnya?" tanya Ibu sinis
"Insya Allah Bu, bapak adalah orang baik jadi aku yakin ia akan mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan,"
"Baik apanya, kalau dia baik tak mungkin ia membiarkan ibumu ini masuk ke lubang hitam," jawab ibu ketus
Ibu kemudian kembali duduk di depan meja riasnya dan memandangi wajahnya sambil tersenyum-senyum.
"Apa ibu masih cantik le?" tanya ibuku membuatku langsung mengangguk setuju.
"Iya ibu masih cantik," jawabku singkat
"Kalau begitu apa boleh ibu menikah lagi?" tanyanya seketika membuat ku terkejut bukan main.
"Menikah lagi!" seruku tak percaya
"Iya, memangnya gak boleh ya kalau ibu nikah lagi?" tanyanya sedih
"Boleh saja Ibu, tapi tidak sekarang. Pusara Bapak masih basah dan ibu harus menunggu masa idah selesai baru boleh menikah lagi," jawabku
Ku dengar ibu mendengus kesal sebelum akhirnya membaringkan tubuhnya di ranjangnya.
Aku menyelimuti tubuh ibu.
"Sekarang ibu istirahat ya," ucapku kemudian mematikan lampu kamar ibuku.
Pagi harinya ku dengar suara lesung terdengar merdu. Suaranya begitu beraturan hingga terdengar merdu. Suara lesung ibu memang selalu menjadi alarm yang otomatis membangunkan kami setiap pagi.
Ibu memang selalu menyambut datangan pagi dengan menumbuk padi, ia bilang jika itu adalah olahraga alami untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
Ku lihat ibu bersenandung merdu sambil menumbuk padi, sepertinya hari ini begitu bahagia. Aku rasa Abu Musa sudah berhasil memberikan nasihat kepada Ibu hingga ia kembali bersemangat lagi.
Selesai mandi akupun bersiap-siap untuk pergi bekerja.
Namun siapa sangka ibu justru melarang ku pergi bekerja.
"Sekarang aku sudah sehat le, jadi kamu tak perlu mengurus warung lagi, biarkan ibu saja yang mengurusnya. Lagipula ibu tidak mau mendengar adanya keluhan dari para pelanggan yang bilang nasinya gak enak saat kamu yang pegang," ucap Ibuku membuat ku sedikit kecewa.
Memang selama aku yang mengelola rumah makan aku tak pernah menggunakan beras tumbuk seperti yang ibu lakukan selama ini.
Bukan hanya masalah beras saja yang diperdebatkan ibu, tapi ia juga memecat beberapa karyawan yang sengaja aku angkat untuk membantunya mengurus beberapa warung cabang.
Saat ibu sudah pergi bekerja tinggallah aku sendirian di rumah besar ini sendirian.
*Tok, tok, tok!!
Ku dengar suara pintu rumah diketuk.
"Assalamualaikum,"
Mendengar suara salam aku langsung bergegas keluar untuk membuka pintu.
Ku lihat Abu Musa tampak tersenyum melihat ku.
"Waalaikum salam Abu, ada perlu apa Abu datang ke sini pagi-pagi?" tanyaku penasaran
"Tentu saja aku ingin bertemu denganmu," jawab Abu Musa
"Kalau begitu mari masuk,"
Aku mengajak Abu masuk dan duduk di ruang tamu. Karena penasaran aku langsung menanyakan maksud kedatangannya menemui ku.
Tanpa basa-basi Abu Musa langsung menceritakan semuanya tentang ibuku.
"Kamu tahu kenapa ibumu sakit-sakitan?" tanyanya membuka rasa penasaran ku yang pertama
Tentu saja aku langsung menggelengkan kepala saat mendengar pertanyaan itu.
"Ibumu sakit-sakitan karena keberatan ilmu,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ass Yfa
kabotan ilmu
2024-01-29
0
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
ilmu hitam ya Ustadz?
pesugihan sama pengasihan, mungkin
2023-12-12
0
kezia desta
ilmu apa pak ustad?
2023-12-01
0