Melihat kening ibu yang dipenuhi luka membuatku berpikir untuk mengobatinya.
Ku suruh ibuku duduk di kursi depan meja rias, sedangkan aku membalikkan badan untuk mengambil kotak P3K yang ada di samping ranjang ibu. Saat aku hendak mengambil Betadine tiba-tiba aku kembali dibuat jantungan dengan sosok ibu yang terbaring di ranjangnya menggerakkan tangannya mencoba meraih lenganku.
Rasa penasaran membuatku memberanikan diri menoleh kearah meja rias dimana sosok ibu duduk di sampingnya.
Kembali tubuhku seketika membeku saat mengetahui sosok wanita yang duduk di kursi meja rias menghilang. Tentu saja hal ini membuat bulu kudukku langsung berdiri.
Belum hilang rasa takutku tiba-tiba ibu berhasil menarik lenganku seolah meminta pertolongan dariku.
"Tolong ibu le!" serunya dengan suara serak
Aku langsung menoleh kearahnya. Ini adalah pertama kalinya aku melihat sosok mahluk gaib yang begitu mengerikan hingga membuatku benar-benar takut setengah mati.
Sosok mahluk tinggi besar dengan perut membuncit, dan air liur yang terus menetes tampak duduk jongkok diatas perut ibuku.
Ingin rasanya aku membuka mulutku dan meminta tolong, namun entah kenapa mulutku seolah terkunci. Bukan hanya mulutku yang tak bisa aku gerakkan bahkan kakiku pun ikut mati rasa hingga tak bisa digerakkan.
Kini aku semakin gemetaran saat mahluk itu turun dari tubuh ibuku dan menghampiriku.
Karena ketakutan tubuhku pun tumbang hingga membentur tembok.
*Dug!!
"Alhamdulillah akhirnya bangun juga," ucap Azam kemudian membantuku berdiri
"Mas mimpi apa sih sampai teriak kenceng banget membangunkan semua orang. Pasti Mas mimpi dikejar-kejar setan ya, ayo ngaku?" ucap Azam kembali menyerang ku dengan rentetan pertanyaan.
Mimpi, jadi semua yang ku alami tadi hanya mimpi??
Aku masih belum percaya atas apa yang ku alami tadi. Rasanya seperti nyata dan itu bukan mimpi.
Ku ambil segelas air putih dan ku minum untuk menenangkan diriku yang masih gemetaran.
Aku bahkan mengambil beberapa lembar tisu untuk mengusap keringat dingin yang membasahi seluruh wajahku.
Dengan tubuh yang gemetaran aku duduk di bibir ranjangku sambil sesekali aku berdzikir untuk menghilangkan bayangan mahluk menyeramkan itu yang masih terngiang-ngiang di hadapan ku.
"Mas, mas!" seru Azam mengguncang tubuhku
"Iya," jawabku reflek kemudian menatapnya
Azam tersenyum saat aku mulai meresponnya.
"Mas mimpi serem ya?" tanyanya penasaran
Aku mengangguk mengiyakan pertanyaannya.
"Makanya kalau mau tidur doa dulu. Eh iya hampir lupa, tadi bapak pesan kalau Mas suruh mandiin Ibu," ucap Azam
"Emangnya bapak kemana?" tanyaku penasaran
"Gak tahu, tadi abis sholat subuh dia buru-buru pergi. Katanya mau mencari pengobatan alternatif buat Ibu," jawabnya
"Yasudah, nanti Mas ke kamar ibu,"
Aku segera keluar dari kamarku menuju kamar Ibu. Di sana ku lihat Ibu sedang duduk di depan meja rias sambil menyisir rambutnya.
"Kamu sudah bangun le?" sapanya begitu ramah
"Iya Bu, maaf aku kesiangan,"
Ibu kemudian bangun dan menghampiri ku.
Entah kenapa aku merasa aneh dengan ibuku hari ini.
Wajahnya terlihat segar hari ini hingga kecantikannya jelas terpancar di wajahnya.
Meskipun ibu sudah berusia 60 tahun tapi ia masih terlihat cantik dan awet muda.
Mungkin Ibu menuruni Mbah Kung yang juga dikenal sebagai sosok yang awet muda.
"Ibu mau jalan-jalan," ucapnya kemudian menggandeng tanganku
Tentu saja aku tak bisa menolak keinginan ibuku. Aku kemudian mengajaknya keluar rumah.
"Kita mau kemana bu?" tanyaku penasaran
"Kita ke halaman belakang saja le,"
"Katanya mau jalan-jalan kok malah ke halaman belakang?. Kan di sana gak ada apa-apa, terus mau lihat apa?" tanyaku Ibu langsung menghentikan langkahnya dan menatapku
"Tapi ibu mau kesana sebentar," ucap Ibu kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju halaman belakang.
Setibanya di sana, ia kemudian membuka lesung yang ditutupi kain hitam.
Ia kemudian memintaku memetik aneka macam bunga yang ibu tanam di pekarangan belakang.
Aku lihat Ibu mengambil air dari gentong yang ada di samping rumah dan memasukkannya kedalam ember.
Ia kemudian menambahkan bunga yang baru aku petik keatas ember yang sudah diisi air.
Ibu kemudian menyanyikan lagu jawa sambil membasuh lesung itu.
Entah kenapa nyanyian yang dinyanyikan oleh ibu bukan seperti tembang jawa pada umumnya.
Karena liriknya yang menggunakan bahasa jawa kuno mirip seperti sebuah mantera.
Namun aku berusaha menepisnya karena aku tahu Ibuku bukan tipe orang yang mempercayai kejawen.
Seperti yang ku ketahui selama ini Ibu adalah wanita yang memegang teguh prinsip dan selalu realistis dalam bertindak.
Selesai berlindung ia kemudian memintaku menurunkan alu yang di gantung di atas lesung.
Selesai membersihkan lesung ia juga membersihkan alu untuk menumbuk padi.
"Apa kau serius mau melanjutkan usaha warung makan kita menggantikan Ibu?" tanya Ibuku sambil mengeringkan lesung
"Iya Bu, aku mau ibu istirahat saja. Biar aku yang menggantikan Ibu, jangan khawatir aku pasti akan belajar bisnis agar rumah makan kita tetap laris seperti saat di pegang oleh Ibu," jawabku mencoba meyakinkan Ibuku
"Kalau begitu kau harus belajar menumbuk padi," jawab Ibuku
"Untuk apa Bu, aku bisa membuat nasi yang enak tanpa harus menggunakan beras tumbuk," jawabku yang langsung di sambut tawa ibuku
Ibu tertawa terbahak-bahak.
Ia kemudian segera mengisi lesung dengan dua ikat padi dan mulai menumbuknya.
Entah kenapa suara dentuman lesung kali ini terasa hambar tak seperti biasanya. Meskipun Ibu terlihat begitu bahagia saat menumbuk padi-padi itu namun tetap saja ada yang beda.
Mungkin karena ibu sedang sakit makanya aku merasakan ada yang berbeda dengan suara ibu. Aku segera menghentikan Ibu dan mengambil alu dari tangannya saat ia terlihat batuk-batuk hingga mengeluarkan darah.
"Ibu, sudahlah jangan dilanjutkan," ucapku kemudian mengajak ibu duduk
"Sudah ibu istirahat saja jangan terlalu memaksakan diri," imbuhku
"Kamu tahu kenapa simbah meninggal?" tanya ibu
"Aku gak tahu Bu?" jawabku lirih
"Karena usahanya tidak ada yang melanjutkan?" jawab Ibu
Seketika aku mengernyit mendengar jawaban ibu.
"Bagaimana bisa, kan ada ibu yang melanjutkan usahanya?" jawabku menyanggah ucapannya
Ibu menyeringai mendengar jawabanku.
"Sayang sekali, ibumu telat le!" jawabnya kembali membuatku bingung
Belum sempat aku menanyakan kepadanya kenapa telat ibu justru jatuh pingsan.
Aku langsung menggendong tubuh ibu dan memindahkannya ke kamar.
Ku selimuti tubuhnya yang tiba-tiba saja berubah menjadi dingin sedingin es.
Tidak lama bapak ku pulang dengan wajah lesu.
"Bagaimana keadaan ibumu le?" tanyanya lirih
"Tadi dia udah mendingan tapi setelah ia menumbuk padi malah pingsan dan sampai sekarang belum sadar juga," jawabku
"Semua itu gara-gara lesung itu!" ucap Bapak dengan nada kesal ia segera bergegas ke belakang rumah. Aku yang khawatir dengan kondisi bapak langsung ku ikuti di dari belakang.
Bapak mengambil sebuah kapak yang tergantung di samping rumah. Sepertinya bapak berusaha menghancurkan lesung itu dengan kapak di tangannya.
Mengingat ibu sangat menyayangi lesung itu maka akupun melarangnya.
Ku coba menahan bapak agar tak menyentuh benda keramat peninggalan Mbah Kung itu.
Ku ambil kapak dari tangan bapak dan ku coba untuk menenangkannya.
Bapak akhirnya mau mendengarkan aku dan pergi meninggalkan halaman belakang.
Semenjak kejadian itu bapak berubah menjadi pribadi yang pendiam. Kadang ia bicara sendiri, marah-marah sendiri bahkan suka tertawa tanpa alasan seperti orang gila.
Hingga pada suatu malam ayahku pergi untuk menemui seorang paranormal.
Paranormal itu berjanji akan menyembuhkan ibuku dengan syarat-syarat tertentu, dan bapak menyanggupi semua persyaratannnya.
Namun siapa sangka jika ayahku bunuh diri sepulang dari rumah sang dukun dengan cara yang tragis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Amelia
❤️❤️👍
2024-02-26
0
Bunda Silvia
emang sih pernah denger di kampung aq kalo ada warisan leluhur keluarga ngeri
2024-01-20
1
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
astagahh... susahnya kalo udah kerjasama dgn jin ya. Pasti anak turunnya bakal sengsara pula
2023-12-10
1