*Deg!
Detak jantungku seperti berhenti saat mendapati wajah ibu nyaris menempel dengan wajahku. Mata putih besar ibu seketika membuat aliran darahku berhenti.
Sempat aku berpikir untuk lari, namun kakiku tiba-tiba mati rasa. Bahkan lidahku pun menjadi kelu saat ku ingin berteriak meminta tolong.
Keringat dingin mulai bermunculan memenuhi dahi, bahkan sekujur tubuh. Di saat aku mulai pasrah tiba-tiba bayangan Abu Musa muncul menuntunku membaca doa.
Meskipun susah mengikuti bacaan Abu karena sepertinya ada mahluk lain yang sengaja membungkam mulutku. Namun tak ada yang bisa menyentuh hatiku. Ku ikuti bacaan Abu dalam hati.
Tiba-tiba Ibu berteriak mengerang kesakitan, akupun ikut berteriak karena kaget. Setelah itu ibu kejang-kejang. Untuk beberapa saat aku kebingungan, aku bingung harus melakukan apa.
Aku hanya sendirian dan aku belum pernah mengalami kejadian ini hingga membuat ku benar-benar panik. Aku benar-benar takut jika sesuatu terjadi kepada Ibu.
Aku hanya berusaha memegangi tangan ibu agar tak menyakiti dirinya.
Namun saat terdengar kumandang adzan isya ibu pun tenang sendiri. Aku sampai menangis melihat kondisi ibuku. Aku merasa tak berguna karena tak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan ibuku.
Sebagai anak pertama dan kepala keluarga harusnya melindungi ibu. Tapi bagaimana aku bisa melindunginya sementara aku tak tahu apapun. Aku bahkan sering ketakutan saat berhadapan jadi bagaimana aku bisa melindunginya.
Setelah kejadian itu lesung ibu selalu berbunyi sendiri. Suaranya semakin hari semakin nyaring seolah memberi pertanda sesuatu yang buruk akan terjadi kepada kami, dan hanya tinggal menunggu waktu.
Keesokan harinya Bu Dhe Suryati datang mengunjungi kami setelah malam harinya aku telpon.
"Bagaimana keadaan mu le?"
"Alhamdulillah aku baik-baik saja Bu Dhe,"
"Syukurlah," jawab Bu Dhe kemudian naik keatas untuk menengok ibuku.
Saat hendak memasuki kamar ibu tiba-tiba Bu Dhe Suryati terpental hingga ia terjungkal dan hampir membentur tangga.
Aku segera berlari menghampirinya dan membantunya berdiri. Wanita itu tersenyum kecut sambil membersihkan pakaiannya.
"Sepertinya ada yang menolak kehadiran ku di sini," ucapnya sinis
Bu Dhe berjalan perlahan menuju kamar ibu. Saat tiba di depan pintu ia berhenti dan memejamkan matanya seolah sedang membaca doa.
Setelah selesai berdoa ia kemudian masuk dan duduk di tepi ranjang Ibu.
Ia mengusap wajah ibu. Ajaib, ibu langsung membuka matanya setelah itu. Namun tatapan ibu seperti murka saat melihatnya.
Matanya melotot seolah menyuruhnya pergi. Bu Dhe kembali mengusap wajah Ibu dan kali ini ibu menggerakkan tangannya menepis lengan Bu Dhe.
"Bantu doa Fik," ucap Bu Dhe
"Inggih Bu Dhe," Aku langsung membaca ayat kursi, tiba-tiba tubuhku seperti ditarik oleh seseorang hingga menempel di cermin ajaib.
Saat aku terus melanjutkan bacaanku kini tubuhku malah berputar-putar di cermin seperti baling-baling.
Itu terkekeh menertawakan aku, sementara Azam yang baru pulang sekolah menangis ketakutan.
Ku lihat Azam berlalu pergi. Sementara aku fokus untuk menyelamatkan diriku, aku tak boleh kalah dengan mahluk itu.
Kepalaku mulai pusing dan pandangan ku mulai kabur. Aku mengepalkan tangan ku agar tetap terjaga. Aku tak mau sampai pingsan.
Tiba-tiba aku melihat sosok mahluk buto ijo perempuan itu di depanku.
Kuku-kukunya yang tajam seolah siap untuk mencekik ku.
Ku lihat di sebelah ku bapak tampak menangisi ku dan menyuruhku pergi.
Tapi bagaimana aku bisa pergi, menggerakkan tubuhku saja aku tidak bisa.
Ku rasakan makhluk itu mulai mencengkram leherku hingga aku kesulitan bernapas.
Aku merasa dadaku panas, mungkin ini rasanya orang mau mati. Rasanya sakit sekali tak bisa aku gambarkan bagaimana sakitnya saat itu.
Aku benar-benar tidak kuat lagi, saat mataku benar-benar akan terpejam tiba-tiba ku dengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an membuatku tersadar kembali.
Ku lihat senyum Abu Musa, membuat ku lega karena ini berarti aku masih hidup.
"Alhamdulillah, kamu sudah sadar Fik," ucap Abu Musa kemudian memberikan segelas air putih kepadaku.
Rasanya sejuk sekali saat meneguk air itu. Aku bahkan tak sadar sampai menghabiskan air satu teko.
"Ibu??" tiba-tiba aku teringat dengan ibuku.
Bagaimana keadaannya sekarang??
"Dimana Ibuku?" tanyaku
"Dia ada di ruang tengah, kebetulan Mbak Suryati dengan Kyai Mansyur sedang berusaha mengeluarkan susuk ibumu,"
Mendengar ucapan Abu Musa aku segera bangun dan berlari menuju ke ruang tamu.
Karena kondisi ku yang belum stabil, aku hampir saja jatuh di tangga. Beruntung Abu Musa langsung menarik ku.
"Hati-hati Fik, pelan-pelan saja. Ibumu aman kok, berdoa saja semoga mereka berhasil mengeluarkan susuk yang ada dalam tubuh ibumu," terang Abu Musa
Alhamdulillah, aku benar-benar bersyukur kepadamu ya Rabb karena masih ada orang-orang baik yang mau membantu kami. Di saat aku mulai menyerah kau kirimkan orang-orang baik untuk menolong kami.
Semoga setelah ini semua peristiwa menyeramkan di rumah ini hilang. Aku tidak muluk-muluk, aku hanya ingin ibu sembuh, lesung itu berhenti berbunyi dan juga para lelembut itu pergi dari rumah ini.
Setibanya di ruang tamu, aku melihat Ibu meraung-raung kesakitan saat Kyai Mansur membacakan doa-doa.
Sementara itu Bu Dhe Suryati tampak duduk bersila sambil menggerakkan tangannya di atas kepala ibu seolah sedang mengeluarkan sesuatu yang tak kasat mata dari tubuh ibuku.
Abu Musa kemudian duduk di samping Kyai Mansur dan mengajak ku untuk bergabung dengannya.
"Bantu doa aja Fik, semoga susuk di tubuh ibumu bisa cepat di keluarkan," ucap Abu Musa
Aku mengangguk dan duduk di sampingnya. Ku ambil buku yasin dan membacanya.
Tiba-tiba kembali ku dengar teriakan ibu. Kali ini aku benar-benar terkejut saat ia berhasil mendorong Bu Dhe Suryati hingga menempel ke tembok.
Kyai Mansur langsung berlari menghampiri mereka ia berusaha melepaskan Bu Dhe dari cengkraman Ibu.
Ibu menyeringai, ia menggerakkan tangannya hingga kursi-kursi berterbangan dan menghantam Kyai Mansur.
Abu Musa tak tinggal diam ia membantu Kyai Mansur. Sementara aku begitu ketakutan melihat situasi itu.
Rasanya benar-benar menakutkan, ternyata benar ucapan Mbah Sukardi kalau parewangan yang dimiliki Ibu begitu banyak dan mereka terlalu.
*Brakkk!!
Ku lihat ibuku jatuh terpental membentur tembok. Ia menyeringai kemudian merayap naik seperti seekor cicak. Ia bahkan menempel di plafon membuat aku begitu ketakutan.
Aku takut jika ibu akan mengalami nasib tragis seperti bapak, aku takut makhluk gaib itu akan membunuh ibuku.
Dugaanku benar, ibu melompat sengaja menjatuhkan diri dari atas plafon.
"Ibu!"Aku berteriak histeris melihat ibu jatuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
KadalKocak
terr...laa..luu
2024-02-10
0
Mimik Pribadi
Astaghfirullah tegang bngt bacanya,,,,,ikut ngeri,ikut sedih,ikut gregetan
2024-01-29
1
kezia desta
ya Allah setannya ngajak gelud ya yg kuat fik buang semua ketakutan, konsentrasi pasrah n yakin Allah menolongmu bacakan ayat2 mustajab buat roh halus yakin Allah bersamamu,. saya uda pernah ketemu say perempuan rambut panjang matanya merah kaya api berdiri di depan saya waktu saya mau sholat malam, dia melototin saya lalu saya bilang minggir w mau sholat lu mau di situ ya uda bodo amat. w mau menghadap Allah, ketika takut + takut = berani pasrah inget Allah eh pas rakyat kedua saya sholat ilang tuh mahluk#pengalaman pribadi dikirimin makhluk ghoib ama mantan pacar saya dulu
2023-12-01
0