Hari demi hari Melinda selalu menjalankan kehidupan seperti biasa, dia sudah tidak mengharapkan rumah tangga yang kini sedang ia jalani.
Kini Arsene sudah kembali liburan dengan kekasih sesama jenisnya, lelaki itu menatap Melinda dengan penuh tanda tanya. Biasanya wanita ini selalu berisik mengenai keadaannya, tapi sekarang lebih banyak diam dari biasanya.
"Kamu kenapa? Gak biasanya kamu diam seperti ini." ucap Arsene menatap Melinda dengan penuh kebingungan.
Melinda menggeleng lalu melanjutkan sarapan, selesai makan Melinda mengambil piring kotor tapi sebelum itu Melinda sempat menatap Arsene.
"Oh ya jangan lupa piring kotornya taruh di wastafel biar aku cuci. Nanti setelah ini aku tidak akan pulang cepat karena aku harus mengurus butik." kata Melinda dengan membawa piring kotor bekas wanita itu makan.
Arsene cukup kebingungan dengan sikap Melinda yang menurutnya sangat aneh, biasanya wanita ini tidak pernah memperlakukannya seperti ini. Apa mungkin Melinda sudah berubah dan membiarkan hidupnya berjalan dengan apa yang ia mau.
Kalau mungkin seperti itu, dia tidak perlu khawatir mengenai perselingkuhannya dengan Lia. Mungkin suatu saat ia akan mendapat izin menikah lagi, atau menceraikan Melinda demi Lia.
Itulah yang ada dipikiran Arsene sekarang ini, setelah membawa piring kotor ia pamit untuk bekerja. Setiap hari Arsene selalu memberikan sebuah kecupan mesra, tetapi Melinda tidak membalas seperti biasanya. Dulu dia senang saat mendapatkan perhatian dari suaminya, tapi sekarang dia sudah terbiasa dengan hal ini.
Walau rumah tangga ini akan runtuh dia akan membiarkan saja, buat apa dipertahankan kalau ujung-ujungnya Arsene tidak pernah ada dalam pernikahan. Malah laki-laki itu mementingkan diri sendiri dari pada rumah tangga.
"Aku tidak tahu apa kamu akan berubah atau tidak mas. Aku merubah sikapku buat kamu sadar kalau aku masih mempertahankan rumah tangga kita, tapi aku tidak tahu denganmu mas apakah kamu ingin melanjutkan rumah tangga ini atau tidak." batin Melinda melihat Arsene pergi.
Bart tersenyum melihat Melinda sibuk dengan kertas yang terus menumpuk, "Sepertinya saya tidak melihat jam untuk ngajak kamu makan siang bersama."
Melinda menghentikan pekerjaan lalu menatap Bart, ternyata pria itu sudah datang dengan menatap kearahnya sambil memberikan sebuah senyuman.
"Sejak kapan kamu ada di sini. Kenapa Rayn tidak memberitahuku."
"Karena saya yang minta Rayn untuk tidak memberitahumu. Yang ada kamu akan menolak kedatanganku dengan alasan sibuk." Melinda terkekeh melihat sikap Bart yang tahu betul sifatnya.
Terkadang dia bingung dengan dirinya, dia bukan wanita single apalagi wanita perawan. Ia wanita yang sudah menikah dan sudah memiliki suami, tapi peran suami dalam rumah tangganya tidak ada. Sekarang apa-apa Melinda melakukan sendiri tanpa bantuan dari suaminya, tapi entah kenapa saat bertemu dengan pria ini kehidupannya mulai berubah.
Walau sebenarnya di antara mereka berdua hanya sebatas rekan bisnis, tapi ia merasa nyaman berada di dekat Bart.
Apa ia mulai jatuh cinta lagi? Atau memang pikirannya saja yang merasakan ini semua. pikiran Melinda terus melayang entah kemana sampai berpikir kalau dia jatuh cinta dengan Bart.
Sedangkan pria ini sibuk memandangi wajah Melinda yang terus menatapnya, entah apa yang ada dipikiran Melinda sampai wanita ini masih memperhatikannya.
"Kenapa? Kenapa kau menatapku. Apa aku ini begitu tampan sampai kau tidak bisa mengalihkan pandanganmu." ucap Bart yang mulai menggoda Melinda, Melinda seketika memalingkan wajahnya kearah lain membuat Bart terkekeh.
"Aku bercanda Mel. Aku melihatmu seperti ini rasanya ingin aku bawa pulang dan aku kurung di kamar." ucapnya kembali membuat Melinda menatap Bart dengan tajam.
***
Tiga bulan ia mengenal Melinda tapi wanita ini tidak pernah menceritakan apapun tentang dirinya, apalagi tentang kehidupan rumah tangganya. Sebenarnya bukan bermaksud untuk menyinggung kehidupan Melinda, hanya saja dia ingin tahu perkembangan suaminya selama menikah dengan Melinda.
"Apa kau yakin tidak ada yang ingin kamu ceritakan kepadaku Mel." Bart menatap Melinda dengan serius saat wanita ini sibuk makan.
Melinda terdiam dan berhenti mengunyah lalu menatap Bart, Melinda menggelengkan kepala bahwa dirinya baik-baik saja. Tapi nyatanya tidak seperti itu, rumah tangganya tidak baik-baik saja.
Bart menghela nafas melihat Melinda tidak mau bercerita, "Mel. Aku tahu aku bukan siapa-siapa kamu, kita kenal baru tiga bulan itupun cuman membahas pekerjaan. Tapi aku mau kamu menganggap ku sebagai seorang sahabat atau teman, supaya kita bisa saling terbuka satu sama lain."
"Aku akan melakukan hal yang sama dengan kamu Mel. Apa selama ini aku tidak terbuka sama kamu sampai kamu terus tertutup seperti ini." Melinda terdiam sejenak barulah ia memutuskan untuk terbuka secara perlahan.
Bart tahu betul gimana perasaan wanita ini, mempertahankan rumah tangga adalah hal yang sulit bagi perempuan. Apalagi peran suami dalam pernikahan tidak pernah dia dapatkan, ada rasa kecewa, marah dan hatinya begitu campur aduk dalam menceritakan masalahnya.
Bart berpindah tempat supaya bisa dekat dengan Melinda, tubuh wanita ini ia peluk dengan lembut sampai dirinya mendengar tangisan rapuh dari sosok wanita cantik yang ia kenal tegar dan kuat.
Sekuat apapun perempuan pasti ada rasa kekosongan dalam hidup, mempertahankan rumah tangga bukan seperti membalikan telapak tangan. Dan inilah yang dirasakan Melinda saat ini, menjalani pernikahan tanpa ada peran suami mungkin baginya sangat berat.
Apalagi suaminya memiliki selingkuhan yang bukan seorang wanita melainkan seorang pria. Hal terberat bagi Melinda, tidak Melinda saja yang merasakan kekosongan dalam rumah tangga. Semua wanita pasti merasakan hal yang sama, walaupun kekosongan itu di tutupi dengan rapat hanya dirinya saja yang tahu.
"Sudah ya Mel. Kamu jangan sedih lagi, masih ada aku yang selalu menemani kamu. Dan kamu tidak merasa kesepian lagi." ucap Bart yang mengelus pundak Melinda dengan lembut.
Melinda sempat terdiam saat pertemuannya dengan Bart, dia sempat curhat tentang rumah tangganya. Apa salah curhat kepada laki-laki yang notabenenya orang lain, jujur ia sedikit aneh curhat dengan pria asing walau dirinya mengenali pria tersebut.
Tapi itu semua bukan keinginan pribadi, entah kenapa di saat bersama dengan Bart rasanya sedikit berbeda apalagi saat terbuka dengan pria itu. Rasanya lebih tenang dari biasanya, sedangkan saat bersama dengan Arsene tidak pernah merasakan kenyamanan seperti ini.
"Ya tuhan. Apa aku salah cerita tentang rumah tanggaku kepada orang lain. Apa tidak tahu harus cerita kemana lagi, sedangkan pria yang aku percaya tidak seperti dia. Padahal aku ingin pria seperti Bart adalah suamiku sendiri, tapi suamiku sibuk dengan urusannya." batin Melinda menatap cermin yang kini berada di dalam kamar.
Ranjang yang ditinggali Melinda hanya wanita itu saja yang menempati, sedangkan ranjang Arsene berada di kamar berbeda.
Disisi lain Arsene sedang sibuk di kantor mengurus berkas, pria itu dari pagi sampai malam masih berada di kantor belum kembali sampai waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Arsene menatap jam dinding, menit jam sangat cepat dari apa yang ia kira.
Tapi Melinda tidak mengabarinya, dulu Melinda sempat memberikan dia pesan untuk menanyakan keberadaannya. Sekarang wanita itu tidak memberikan pesan apapun, menanyakan tentangnya saja tidak.
"Sekarang wanita itu lagi apa? Kenapa Melinda tidak menanyakan kabarnya lagi." batin Arsene menatap handphone yang mulai sepi, hanya beberapa pesan dari kekasih sesama jenisnya.
Arsene membuka pesan dari Lia, ternyata pria itu memberikan sebuah foto yang menurutnya sangat menggoda. Lia memintanya untuk segera pulang, tepatnya pulang ke apartemen pria itu. Mau tidak mau Arsene segera mengiyakan kemauan Lia.
Dia merapikan meja kantor dan bergegas menuju apartemen Lia, kemeja kerja yang dikenakan Arsene sudah ia longgarkan. Begitupun dengan jas yang dikenakan pria itu, setelah mendapat foto dari kekasihnya Arsene sangat buru-buru menghampiri kekasihnya.
Tiba di apartemen Arsene mengetuk pintu, hal pertama yang dia lihat dari Dion lekuk tubuh pria ini. Apalagi pakaian Dion sangat menggoda gairahnya, membuat sekujur tubuhnya ingin memangsa kekasihnya ini.
Tanpa bicara apapun lagi, Arsene mendorong tubuh Lia untuk masuk ke dalam. Sedangkan pintu apartemen ia kunci dengan rapat, Lia tersenyum melihat reaksi pria ini. Dia sangat pintar menggoda kekasihnya, hanya diberikan satu foto dan juga sesuatu yang menggoda membuat pria ini tidak tahan untuk melihatnya.
Mau tidak mau Arsene datang menemuinya, sebentar lagi Arsene akan melupakan istrinya dan memilihnya. Itulah rencana Dion sebenarnya, dia ingin menghancurkan rumah tangga Arsene dan juga Melinda. Dan menjadikan Arsene menjadi miliknya seorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments