Tangan laki-laki itu menarik sebuah selimut untuk menyelimuti tubuh Melinda, sedangkan wanita yang kini menutup mata sudah nyaman berada di ranjang. Bart berjongkok menyamakan posisi Melinda yang kini berada di ranjang, pria itu tersenyum melihat wajah cantik Melinda.
Tidak hanya cantik saja, Melinda memiliki penampilan yang luar biasa. Pintar, cerdas dan tubuhnya sangat dijaga sampai sekarang. Entahlah ia tidak pernah bosan memandangi wajah Melinda, sampai wanita ini membalikan tubuh tepat menghadap Bart.
Bart merapikan rambut Melinda yang menutupi wajah, matanya, bibirnya dan alisnya sangat luar biasa. Pahatan wajahnya sangat sempurna, di tambah malam ini Melinda memakai pakaian yang begitu seksi membuat siapa saja menginginkannya.
"Kamu sungguh luar biasa Mel. Saya sampai tidak bisa menebak kalau kamu sudah menikah, saya tidak tahu harus berbuat apa untuk kebahagiaan kamu. Andai saya bisa merebut mu mungkin saya sudah bahagia mendapatkan kamu." batin Bart yang terus mengelus wajah Melinda dengan memainkan rambut.
Melinda terus meracau seperti orang yang terganggu tidur, Bart tersenyum saat tangannya digenggam dengan erat. Apalagi tangannya dijadikan sebuah bantal di wajah wanita ini.
Bolehkah saya merebut mu? Itulah pikiran Bart saat ini yang tidak pernah bosen memandangi wajah Melinda.
Bart bangkit dan berusaha melepaskan tangan yang digenggam Melinda, saat berhasil malah Melinda menariknya dengan kuat. Membuat tubuhnya terpental ke atas ranjang, Bart berusaha menahan bobot tubuhnya supaya tidak menimpa tubuh Melinda yang saat ini tertidur pulas.
"Huft... Untung gak bangun." ucapnya menatap wajah Melinda, Bart dengan perlahan melepaskan tubuhnya dan menjauh dari Melinda.
Tetapi ia kembali terjatuh saat Melinda memeluknya, deru nafas yang kini Bart rasakan dari Melinda terasa tenang. Apalagi ketenangan saat tidur membuat Bart tersenyum dengan sendirinya.
"Kalau seperti ini terus aku bisa saja khilaf." batin Bart. Bart kembali di buat sesak nafas saat Melinda seperti memeluknya seakan tubuhnya sebuah guling.
"Emm... Nyaman." racau Melinda, kepala Melinda terus mengelus dada bidang Bart membuat lelaki itu kini menahan gejolak api.
"Astaga Mel kalau kaya gini terus aku bisa membuatmu tidak bisa bangun." ucapnya pelan.
"Arsene." Bart menatap Melinda saat wanita ini terus menyebut nama Arsene, entah kenapa hatinya terasa terbakar saat bibir Melinda menyebut nama pria lain.
Sedangkan posisinya dia ada di sana, tapi kenapa Melinda terus menyebut nama lelaki brengsek itu.
"Arsene."
"Arsene." ketiga kalinya Melinda memanggil nama pria brengsek itu lagi, membuat Bart geram dengan bibir manis Melinda.
Setan mana yang merasuki jiwa Bart sampai dirinya tergoda dengan Melinda, tanpa menunggu lagi Bart dengan cepat melepaskan tangan Melinda dan menghantam bibir Melinda dengan lembut.
Bart melepaskan ciuman tersebut sampai Melinda menariknya, membuat ciuman itu kembali bersatu. Bart menikmati permainan panas ini apalagi Melinda, tanpa sadar Melinda melakukan ciuman dengan pria lain bukan suaminya.
Bart tidak peduli apapun yang akan terjadi nantinya, yang ia pikirkan satu yaitu menyalurkan hasratnya dengan Melinda. Karena sudah lama sekali menahan hasrat saat bersama dengan Melinda.
Bart bangkit dan menindih tubuh Melinda dengan ciuman panas itu masih bermain, Melinda sempat membuka sedikit mulut. Bart yang mengerti langsung menghajar dan memasukan lidahnya untuk mengabsen satu persatu rongga mulut Melinda.
"Emm... Ahhh..." Bart melepaskan ciuman itu membuat Melinda merasa kalau ciuman yang kini dia rasakan sangat berbeda, tapi Melinda ingin memintanya lebih dari sekedar ini.
Dengan penglihatan yang remang-remang saat Melinda berusaha membuka mata dengan berkata, "Aku ingin lagi Arsene. Kita tidak pernah melakukan ini, hampir berapa tahun kamu tidak menyentuhku."
"Baiklah, aku akan menuruti keinginan kamu. Tapi aku ingin kamu sebut namaku dengan Bart tidak boleh Arsene suamimu. Mengerti sayang!" Melinda mengangguk saat perintah yang dikatakan Bart disetujui.
***
Bart tersenyum melihat respon dari Melinda, dia kembali menyerang bibir Melinda. Sekarang bibir itu sudah menjadi miliknya, lelaki manapun tidak boleh menyentuhnya. Hanya dia yang bisa menyentuhnya.
Melinda terus mendes@h hebat saat Bart kembali menyerangnya, serangan kali ini membuat Melinda kewalahan mengimbangi gerakan yang terus dihantam oleh Bart. Kini Bart tidak lagi mencium bibir ranum Melinda, kini ciuman itu berpindah ke leher jenjang.
Leher yang mulus membuat Bart mengigit dengan kecil, ada satu tanda yang sengaja Bart buat supaya nantinya saat Melinda terbangun wanita ini mengingatnya.
"Ahhh... Jangan di gigit..." desis Melinda, mendengar itu Bart menatap dan kembali melumati dan menjilati leher dan juga bagian sensitif yang dimiliki Melinda.
Bart seperti seperti menjilat sebuah permen yang sangat manis, saking manisnya Bart tidak ingin melepaskan. Sebelum memulai Bart kembali menatap dan melihat reaksi Melinda saat ini.
Walau dengan mata yang masih tertutup Melinda seakan menikmati permainannya, apalagi des@han nikmat yang keluar dari bibir wanita ini sangat menggoda.
Bart membuka selimut yang menutupi tubuh Melinda, ia tersenyum saat melihat penampakan dari lekuk tubuh Melinda. Sangat sempurna dan luar biasa, dibagikan depan saja sangat jelas bentuk apalagi bagian yang lain.
Bart menciumi bagian depan Melinda tanpa melepaskan pakaian wanita ini, Bart selalu mendengar suara indah yang keluar dari bibir Melinda. Kini Melinda berusaha membuka mata saat merasakan ada sesuatu yang menyentuh bagian gunung besarnya.
"Bart." ucap Melinda saat melihat Bart berada di atas tubuhnya, "Kamu sedang apa di atas tubuhku."
Bart tersenyum saat melihat Melinda sudah terbangun dengan sempurna, "Aku sedang menikmati tubuhmu."
Melinda membuka matanya dengan lebar lalu dia dorong dengan kuat tubuh Bart, tubuh pria itu jatuh di samping membuat Melinda mengambil selimut dengan cepat.
"Apa yang kau lakukan Bart." Melinda menatap Bart dengan marah, tidak lupa tubuhnya masih dia tutupi dengan selimut.
"Mel jangan takut gitu. Yang mulai duluan kamu, aku cuman ingin menuruti kemauan kamu. Kalau kamu tidak menyentuhku lebih dulu aku tidak akan melakukannya." ucap Bart dengan enteng.
"Gak mungkin. Aku mana mungkin gitu, pasti kamu yang lebih dulu menggodaku." urai Melinda, Bart menghela nafas saat tuduhannya kali ini menimpanya.
Bart turun dari ranjang dengan menatap Melinda, "Sudahlah Mel kita lupakan malam ini lagian aku tidak menyentuh tubuhmu." Bart melangkah sampai dia berada di posisi Melinda, ia membungkuk sedikit tubuhnya dengan bibir berhadapan dengan telinga Melinda.
"Aku tidak menyentuh semua tubuhmu hanya sebagian yang aku rasakan dari bibirmu. Tapi aku tidak bisa melupakan malam ini Mel, kamu sekarang sudah menjadi milikku. Akan aku rebut kamu dari suamimu." kata Bart membuat sekujur tubuh Melinda merinding, sebelum pergi Bart menatap Melinda dengan wajah tersenyum lalu ia mencium kening Melinda dengan lembut.
Barulah Bart memutuskan untuk pergi dan memilih memesan kamar lagi, Melinda masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Bart. Kenapa akhirnya seperti ini? Kenapa tubuhnya harus diberikan oleh pria asing yang bukan suaminya sendiri.
"Bodoh kamu Mel, kenapa kamu memberikan tubuhmu dengan suka rela. Ingat Mel kamu sudah menikah, yang pantas menjamah tubuhmu suamimu bukan orang lain." batin Melinda yang mengutuk dirinya.
Paginya Bart menatap Melinda, wanita ini begitu menikmati sarapan tanpa menatapnya. Apalagi Melinda seperti menjaga jarak dengannya.
"Mel, kamu masih marah dengan kejadian semalam?" tanya Bart menatap Melinda, Melinda mengakhiri sarapan dengan menatap Bart dengan tatapan kesal.
"Aku akan mengakhiri kerjasama kita. Dan kita tidak memiliki hubungan lagi, anggap saja kita tidak pernah bertemu." ujar Melinda membuat Bart tertawa, Melinda yang ingin pergi memilih untuk berhenti sambil menatap kearah Bart.
"Kenapa? Apa ada yang lucu?"
Bart melipat kedua tangannya dengan tatapan masih mengarahkan Melinda, "Mel. Mel. Apa kamu lupa dengan kontrak kerjasama kita? Kalau kamu lupa aku beritahu kamu lagi."
"Perjanjian kerjasama yang aku lakukan sama kamu adalah persetujuan dari kamu. Dan kamu tidak bisa memutuskan apalagi mengakhiri kerjasama kita, kamu tahukan akibatnya kalau kamu putus kerjasama denganku?"
Kini Bart mengambil minuman dan meneguk minuman tersebut barulah ia kembali bicara, "Pihak B kalau memutuskan kerjasama tanpa disetujui oleh pihak A, pihak B harus membayar ganti rugi sebanyak kerugian yang diterima pihak A."
"Tapi kalau pihak B masih mau bekerjasama dengan pihak A, pihak B harus mengikuti apa yang diinginkan pihak A. Bukan begitu Mel isi kontrak kerjasama kita?"
Melinda terdiam, seperti mengingat isi dari kontrak kerjasama yang dulu ia tanda tangani.
"Oke, aku akan mengganti rugi pembatalan kerjasama kita." jawab Melinda, ia mengeluarkan kartu ATM yang berisi tabungannya selama ini. Mungkin bagi Melinda itu cukup untuk mengganti rugi tapi Bart terkekeh melihat tekat dari wanita ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments