Bab.20

***

"Ghafin? Benar kan, kamu Ghafin?" seru seorang gadis yang saat ini tengah berjalan menghampiri nya.

"Matilda?"

"Hai, apa kabar? Aku senang banget loh, akhirnya bisa ketemu kamu lagi," tanya gadis itu terlihat sumringah saat kembali bertemu dengan Ghafin.

"Baik, kamu sendiri?" jawab Ghafin datar.

"Baik dong pastinya, kamu sedang apa di sini? Ini kah butik khusu gaun wanita, kenapa tiba tiba datang ke tempat seperti ini?" tanya nya lagi penasaran.

"Ada yang harus aku beli, makanya aku di sini." jawab GHafin lagi terlihat cuek.

Namun hal itu sama sekali bukan masalah untuk gadis bernama Matilda itu. Toh selama ini sikap Ghafin memang seperti itu.

Dan itulah yang membuat nya semakin tertarik pada pria yang menjadi pria pertama yang menolak nya. Hingga Matilda pun rela merantau ke negeri orang hanya demi mendekati Ghafin.

Namun sayang, perjalanan nya menemui Ghafin tidak semudah yang dia bayangkan. Pria itu benar benar tertutup. Bahkan selain kantor dan rumah.

Tidak pernah ada lagi tempat yang dia datangi dan itulah yang membuat Matilda cukup kesulitan saat akan mendekati Ghafin.

Dan kini, mereka malah bertemu di tempat yang tidak terduga. Sebuah undangan jamuan makan malam dari rekan bisnis sang ayah yang di wakilkan padanya.

Membuat Matilda mendatangi butik ternama untuk membeli sebuah gaun malam untuk menghadiri acara tersebut.

Dia tidak menyangka jika kedatangan nya ketempat itu akan membawanya bertemu dengan Ghafin.

Pria yang selama ini di incar oleh nya. Pria yang benar benar tidak memiliki celah untuk seseorang mendekati nya. Dan tentu saja, hal ini tidak akan di sia sia kan oleh Matilda.

"Setelah ini, bagaimana kalau kita makan bersama? Sudah lama kan kita tidak bertemu, ada banyak yang ingin aku bicarakan,"

"Maaf, aku tidak bisa. Aku sibuk, permisi."

Tanpa menunggu jawaban dari Matilda, Ghafin pun langsung pergi begitu saja setelah mendapatkan barang yang tadi di pilih dan dia beli.

"Tetap saja sama seperti dulu. Kita lihat saja, kamu pasti akan jadi milik aku Fin, kita lihat saja," gumam nya penuh dengan rasa percaya diri.

"Mbak, saya pilih yang ini ya. Gunakan ini untuk membayarnya," ucap Matilda pada karyawan butik sembari menyerahkan black card yang dia miliki.

Sebuah gaun malam berwarna hitam dengan belahan dada yang cukup lebar dan juga belah di rok bagian samping, yang akan memperlihatkan keindahan kaki jenjang nya dann juga paha mulusnya.

Menjadi pilihan Matilda untuk di pakai malam ini. Matilda yakin jika Ghafin juga akan hadir di acara itu. Berhubung acara itu juga mengundang beberapa pengusaha sukses lain nya untuk ikut bergabung.

*

*

"Ini,"

Clara menatap bingung pada sebuah paper bag yang baru saja di sodorkan oleh Ghafin ke hadapan nya.

"Ini, apa Mas?"

"Gaun malam,"

"Ga_gaun malam? Untuk apa?"

"Malam ini temani aku menghadiri jamuan makan malam,"

"Apa? Jamuan makan malam? Tapi__,"

"Tidak ada tapi tapian Ra. Mulai sekarang kamu harus mulai membiasakan diri untuk datang ke acara acara seperti ini untuk menemaniku,"

"Tapi, aku merasa kurang pantas Mas,"

"Kurang pantas sebelah mana nya? Kamu cantik, dan kamu juga layak berdiri di sampingku sebagai pasanganku,"

Deg

Clara memalingkan wajahnya saat merasa jika wajahnya mulai memanas seiring pujian itu meluncur bebas dari mulut Ghafin.

Sungguh, hatinya berbunga bunga sekali saat Ghafin mengatakan jika dia layak mendampingi pengusaha sukses itu.

"Bersiap lah, jam 8 aku akan menjemputmu,"

"Ba_baiklah, terima kasih gaun nya,"

"Eemm,"

*

*

"Loh kok kesini Mas?" tanya Ana saat mobil yang dibawa oleh Revan memasuki kawasan rumah sakit yang berbeda dari yang dulu mereka sering datangi untuk memeriksakan ke adaan Riana.

Ini jadwal Riana untuk kontrol, dan tentu saja Revan dan Ana kembali membawa gadis kecil mereka kembali ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin nya.

Namun Ana dibuat bingung saat Revan membawanya ke rumah sakit yang berbeda. Bukan lagi ke rumah sakit dimana dokter Claudia bertugas di sana.

"Mulai sekarang Riana akan berobat disini. Aku mengenal salah satu dokter spesialis kanker disini. Jadi lebih baik kita lanjutkan pengobatan nya Riana di sini saja,"

"Loh, tapi kenapa?"

"Aku tidak nyaman dengan kehadiran Claudia sayang. Setelah apa yang dia katakan, jujur aku selalu merasa risih jika dia tengah berada di ruangan yang sama dengan kita."

"Oh, begitu."

"Ayo turun, kita sudah di tunggu oleh dokternya,"

Ana pun menurut lalu turun dari mobil setelah Riana di ambil alih oleh Revan. Gadis kecil itu kini berada di dalam gendongan sang ayah.

"Papa, turunin Riana. Riana bisa jalan kok," lirih gadis kecil itu yang sudah mulai merasa malu jika sang ayah menggendong nya.

"Yakin bisa jalan?"

"Yakin Papa,"

"Baiklah my princess. Hati hati jalan nya ya, katakan pada Papa jika sudah tidak kuat jalan,"

"Iya Papa,"

Seketika Ana dibuat terharu dengan interaksi yang di lakukan oleh Revan dan putrinya. Ana baru menyadari jika Revan memang begitu menyayangi kedua anaknya dengan tulus.

Revan pun telah hadir menjadi sosok ayah yang baik, penyayang dan bertanggung jawab untuk keluarga nya.

Dan bodohnya, Ana baru menyadari hal itu sekarang. Bahkan yang lebih parah nya, Ana menyadari betapa berartinya kehadiran pria itu di saat pria itu hampir menyerah dengan hubungan keduanya.

Beruntung Ana menyadarinya saat semua nya belum lah terlambat. Hingga kini mereka bisa tetap bersama menjadi keluarga yang utuh meski Revan bukan lah ayah kandung dari kedua anak nya.

Namun ternyata hal itu bukan lah menjadi penghalang bagi seseorang untuk menyayangi dan memberikan kasih sayang nya.

Terbukti dengan Revan, meski Riana dan Rian bukanlah anak kandung nya. Namun Revan begitu menyayangi kedua anak itu.

Bahkan Revan rela melakukan apa saja demi kebahagiaan kedua anaknya itu. Dan kini Ana begitu menyesali karena telah mengabaikan pria sebaik dan setulus Revan.

Tok

Tok

"Masuk," seru seseorang yang pintu ruangan nya Revan ketuk.

Ceklek

"Siang Dok, boleh saya masuk?" tanya Revan setelah membuka pintu ruangan itu.

"Ayo silahkan, masuk Van. Apa kabar? Sudah lama sekali ya kita tidak bertemu," jawab seorang pria yang ber name tag Rama Rahardian itu.

"Baik Ram, kamu sendiri bagaimana?"

"Baik, tentu saja baik. Apa lagi sekarang setelah ada anak anak. Ayo mari, silahkan duduk," jawab pria itu dengan menjabat tangan teman masa sekolah nya dulu.

"Oh iya, kenalkan ini istriku Ana dan anak aku Riana. Dan Riana sayang, kenalkan ini Om Rama. Nanti Om Rama yang akan membantu mengobati sakit mu sayang,"

"Halo Om, salam kenal ya,"

"Hai juga sayang, semangat berobat nya ya. Biar segera sembuh,"

"Iya Om, terima kasih."

*

****

Terpopuler

Comments

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

masih mantengin.....

2024-01-12

1

Wanti Suswanti

Wanti Suswanti

nah gitu bagus Van hempaskan pelakor jauhkan dari keluarga mu..

2023-11-13

3

Bhęå Thęå..

Bhęå Thęå..

walau Revan bukan ayah kandung Riana, tetapi masih bisa menjadi wali nikah untuk Riana karena Revan kakak kandung dari Rey...itulah salah satu keuntungan Turun Ranjang...

2023-10-30

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!