***
"Ma_maksud kamu apa sayang? Be_berpisah? Memang nya, siapa yang mau berpisah?" tanya Ana pada Riana yang baru saja membahas prihal perpisahan antara kedua orang tuanya nya.
"Aku dengar Papa bicara dengan Om Zacky. Papa bilang, Papa meminta Om Zacky untuk menghubungi pengacara keluarga untuk membantu Papa mengurus perceraian kalian. Aku sedih dan juga takut Ma, aku tidak mau kalian berpisah," lirih gadis kecil yang saat ini terbaring lemah tidak berdaya di ranjang rumah sakit.
Seketika, Ana langsung menatap pria yang saat ini ada di depan nya. Ana tidak menyangka jika pria itu memutuskan sesuatu tanpa membicarakan hal itu lebih dulu padanya.
"Maksudnya apa Mas?" tanya Ana pada akhirnya.
"Kita bicara nanti." ucap Revan saat Ana menatap penuh tanya padanya.
"Sayang, kamu salah paham Nak, kami tidak akan pernah berpisah. Sekarang, lebih baik Riana tidur ya. biar Riana bisa cepat sembuh Dan kita pulang ke rumah," jawab Revan sembari membujuk anaknya untuk tidur.
"Papa nggak bohong kan? Papa dan Mama tidak akan berpisah kan?" tanya Riana dengan suaranya yang semakin melemah.
"Tentu saja tidak sayang, sekarang istirahat ya Papa dan Mama akan di sini menemanimu," bujuk Revan lagi.
Si Kecil Riana pun terlihat mengganggu kan kepalanya, lalu perlahan mulai menutup kedua matanya. Revan membelai lembut pucuk kepala putrinya agar segera tertidur.
Hingga setelah beberapa saat, akhirnya Riana pun tertidur lelap setelah meminum obat nya. Revan sendiri kini langsung menatap sendu ke arah sang istri.
"Kita, bicara di luar," ajak Revan, menarik lembut tangan Ana agar mengikuti nya ke luar ruangan.
Kini kedua pasangan halal itu tengah duduk berdampingan di kursi tunggu di depan kamar rawat inap Riana, putri keduanya.
"Maaf," lirih Revan lebih dulu membuka suara nya setelah beberapa menit dia habiskan dengan diam.
"Apa ini yang Mas inginkan? Kenapa tidak bilang sejak awal?" tanya Ana tanpa berani menatap wajah apalagi mata dari pria yang sudah 5 tahun ini menikahi nya itu.
"Tidak, tentu saja tidak. Menikah dengan mu adalah impian dan cita cita aku satu satu nya dalam hidup ini. Tapi___,"
"Tapi? Kenapa?" lirih Ana.
"Setelah aku menikahi mu. Aku hanya melihat luka dan kecewa tersirat dari tatapan matamu. Kamu mungkin tidak pernah mengatakan nya, tapi aku tahu. Selama ini kamu merasa begitu tersiksa dengan pernikahan ini. Aku sangat mencintai kamu Ana, bahkan jika bisa, hal yang paling aku inginkan adalah membuat mu bahagia. Tapi ternyata, nyata nya kamu malah tersiksa dana menderita dengan adanya pernikahan ini, jika perpisahan ini bisa membuat mu bahagia dan tersenyum kembali. Maka, aku akan mengabulkan nya, aku, akan mewujudkan itu agar kamu bisa berbahagia kembali," jelas Revan dengan suara berat dan bergetar menahan sesak di dada saat harus melepaskan orang paling dia cinta dan dia sayangi.
Deg
Dada Ana bergemuruh, hatinya mendadak penuh sesak. Memori nya kembali berputar pada beberapa kejadian, dimana dirinya terus meminta Revan untuk menceraikan nya.
Namun saat itu Revan terus menolak karena alasan Revan tidak bisa meninggalkan kedua anak nya. Dan kini, Ana tidak menyangka jika pria itu kini akan mengabulkan keinginan nya.
Tapi, kenapa hatinya tiba tiba saja merasa sakit saat pria itu kini akan mengabulkan keinginan nya. Bukankah ini yang dia inginkan? Lalu, mengapa kini hatinya merasa sakit bukan nya senang.
Kedua nya pun lalu terdiam, mencoba meresapi keinginan hati masing masing. Berulang kali Revan terlihat menghela nafas panjang demi mengurai rasa sesak di dada nya.
Sementara Ana, tidak bisa lagi berkata kata karena hatinya tengah di landa rasa kalut yang melanda usai Revan mengutarakan keinginan nya untuk melepaskan nya dari ikatan yang begitu menyiksa ini.
Dan tanpa mereka berdua sadari, ada seseorang yang tersenyum di balik dinding yang sedari tadi tengah memperhatikan dan menguping pembicaraan pasangan pasutri itu.
*
*
Sementara di tempat lain...
"Kamu akan langsung pulang?" tanya Boy pada sahabat sekaligus klien nya Ghafin.
"Apa lagi? Besok aku harus bekerja, tentu saja malam ini aku harus pulang," jawab pria itu berjalan ke parkiran, menuju ke arah mobilnya terparkir.
"Ok, kalau gitu sampai jumpa besok di kantor,"
"Ok."
Keduanya pun berpisah di parkiran dan masuk kedalam mobil masing masing. Ghafin pun mulai melajukan mobilnya.
Namun saat akan keluar dari area restoran yang baru saja dia datangi untuk bertemu dengan Boy.
Tiba tiba saja Ghafin harus mengerem mobilnya secara tiba tiba, hingga mobil Boy yang berada di belakang nya terpaksa menabrak bagian belakang mobil Ghafin yang tiba tiba saja berhenti tanpa aba aba.
"Sial," umpat Boy segera turun darai mobil untuk melihat ada apa dengan mobil sahabat nya yang tiba tiba saja berhenti dan membuat mobil nya menabrak mobil Ghafin.
"Ada apa? Kenapa berhenti mendadak?" tanya Boy saat melihat jika Ghafin juga keluar dari dalam mobilnya.
"Ada anak kecil, gue menabrak anak kecil Boy," jawab Ghafin langsung berlari menuju ke depan mobil nya.
Dan benar saja, di sana ada seorang anak tengah tergeletak tidak sadarkan diri dengan pelipis yang berdarah
Boy dan Ghafin sama sama dibuat terkejut dengan hal itu. Ghafin dan Boy pun langsung menghampiri dan mengecek keadaan anak itu.
"Dia masih hidup Fin. Ayo, lebih baik kita bawa dia ke rumah sakit," ucap Boy setelah membantu Ghafin memeriksa denyut nadi anak tadi.
Dengan segera Boy mengangkat tubuh mungil itu untu di masukkan ke dalam mobil miliknya untuk di bawa ke rumah sakit.
"Pake mobil gue aja," ucap Ghafin saat melihat Boy akan membawa nya ke arah mobilnya.
"Ok. Kita pake satu mobil aja. Mobil gue biar nanti di ambil sama orang gue," jawab Boy langsung membawa tubuh anak kecil itu kedalam mobil milik Ghafin.
Kedua pria dewasa itu pun akhirnya membawa tubuh anak kecil yang baru saja tertabrak oleh mobil Ghafin yang baru saja mau keluar dari area restoran dimana dirinya makan malam bersama dengan Boy sembari membicarakan pekerjaan.
Setelah 30 menit membelah jalanan yang ramai dengan penghuni nya. Akhirnya mobil yang dibawa oleh Ghafin pun tiba disebuah rumah sakit.
Boy segera turun dengan membawa anak kecil itu dalam gendongan nya. Boy segera berlari menuju ke ruang IGD untuk meminta bantuan petugas yang berjaga di sana.
"Anak siapa itu? Kenapa malam malam begini keluyuran di luar? Kemana kedua orang tuanya? Tidak bertanggung jawab sekali, membiarkan anak sekecil itu masih berada di jalanan padahal hari sudah hampir tengah malam," gerutu Boy setelah keluar dari ruang penanganan dimana tubuh anak kecil itu tengah di tangani oleh seorang dokter.
Sementara Ghafin sendiri hanya bisa diam membeku dengan hati yang tidak baik baik saja. Dimana dia tengah merasakan rasa khawatir dan takut yang teramat sangat berlebih.
Bahkan tangan nya sampai berkeringat dan dingin sakit takut nya menghadapi situasi saat ini. Dimana pria itu melihat tubuh mungil dengan wajah yang terasa begitu mirip dengan nya terbaring lemah dengan kepala yang berdarah.
*
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Dia Amalia
anakmu gaffin yg blm tau keberadaannya selama ini mungkin 🤔🤔🤔
2024-07-07
0
Alzena Firyal
Aku kok bingung bacanya😄
2024-04-25
0
Lina aja
nah Lo ketemua anak nya juga
2024-03-13
0