***
"Sebelum aku pulang,ada yang ingin aku bicara. Kita bicara di luar," ucap Ghafin setelah membaringkan tubuh Clarisa di atas ranjang di kamarnya yang ada di rumah keluarga Herlambang.
Setelah makan malam, akhirnya papa Bian dan juga mama Laras memutuskan jika Clara dan Clarisa akan tinggal di rumah itu sampai Ghafin dan juga Clara resmi menikah.
Tidak ingin putranya kembali melakukan dosa dengan pasangan yang belum halal. Maka mama Laras pun memerintahkan agar cucu dan calon menantunya itu untuk tinggal di rumah utama sampai hubungan Ghafin dan Clara resmi dan halal.
Meski sempat mendapat protes dari Ghafin yang merasa tidak akan berbuat kesalahan yang sama sebanyak 2x. Namun tetap saja, ke khawatiran orang tua jauh lebih besar apalagi telah ada jejak noda kesalahan itu.
Tentu saja hal itu sulit untuk kembali memberi rasa percaya. Dengan berat hati, akhirnya Ghafin pun menyerah dan membiarkan calon istri dan anaknya tinggal bersama kedua orang tuanya untuk sementara waktu.
"Apa yang ingin Mas bicarakan?" tanya Clara saat keduanya tiba di balkon rumah yang terdapat di lantai dua rumah mewah itu.
"Bagaimana perasaanmu? Apa semua baik baik saja?" tanya Ghafin yang hari ini tidak begitu bisa berinteraksi dengan Clara karena Ana dan sang mama menahan wanita itu di kamar utama selama berjam jam lamanya.
Jujur sebenarnya Ghafin sangat khawatir jika Ana dan sang mama akan melakukan yang mungkin akan melukai hati wanita yang sudah melahirkan anak untuknya itu.
Meski Ghafin tahu jika Ana dan sang mama tidak akan berbuat seperti itu, namun tetap saja. Ke khawatiran itu ada kian menggunung saat Clara tidak keluar keluar dari kamar sang mama.
"Memang nya kenapa Mas? Aku baik baik saja kok,"
"Yakin? Apa Ana dan Mama melakukan sesuatu padamu," tanya Ghafin lagi yang kini tidak bisa menutupi ke khawatiran nya pada Clara. Melihat Ghafin yang seperti itu, malah membuat Clara terkekeh.
'Jadi, seperti ini ya rasanya, melihat orang mencemaskan kita? Dan menjadi orang yang di cemaskan orang lain? Kenapa senang sekali rasanya.' gumam Clara dalam hati saat melihat Ghafin mengkhawatirkan nya.
"Kenapa malah tertawa? Jawab, apa mereka melakukan sesuatu padamu?"
"Kenapa bertanya seperti itu? Ana dan Mama baik banget sama aku Mas. Bahkan Ana memberikan beberapa baju untuk ganti selama aku tinggal disini, Mama juga. Ada beberapa barang yang Mama berikan, tapi aku tidak bisa menerima nya."
"Syukurlah kalau begitu. Memang nya apa yang Mama kasih? Kenapa tidak bisa menerima nya?"
"Itu, aku merasa belum pantas menerima barang sebagus dan seberharga itu,"
"Itu pasti kalung turun temurun ya?"
"Iya, aku masih belum layak mendapatkan itu. Menikah saja kita belum, menjadi istri dan ibu yang baik untuk Mas dan anak anak saja aku belum bisa melakukan nyaa. Jadi, aku belum bisa menerimanya," jawab Clara menundukkan kepalanya, karena merasa takut jika Ghafin akan tersinggung dan marah.
Tap
Tap
Tap
Greeppp
Clara tersentak kaget saat merasakan jika saat ini tubuhnya tengah di peluk dengan sangat erat oleh Ghafin.
"Tidak apa apa, pelan pelan saja. Mulai sekarang ayo, kita sama sama belajar dan berjuang untuk menjadi pasangan yang sesungguhnya dan memberikan keluarga yang utuh untuk putri kita dan untuk anak anak kita selanjutnya, ya?" bisik Ghafin yang membuat tubuh Clara meremang.
"Mas,"
"Hhmm?"
"Mas nggak pulang? Ini sudah malam,"
"Masih kangen, nggak boleh ya?"
"Bukan, tapi jangan pulang terlalu malam. Bahaya,"
"Kamu khawatirkan aku, ya?"
"Te_tentu saja,"
"Huuuhhhhh, jadi nggak sabar pengen segera nikah deh,"
"Me_memangnya kenapa?"
"Biar bisa gini terus,"
"Le_lebih baik Mas pulang sekarang. Hari sudah hampir tengah malam,"
"Iya, baiklah."
Ghafin pun mulai mengurai pelukan nya lalu menatap lekat wajah yang saat ini terlihat begitu gugup lengkap dengan rona merah di wajah cantik nya.
Set
Deg
Clara kian dilanda rasa gugup saat Ghafin menarik dagu nya agar Clara mengangkat kepalanya yang sedari tadi hanya menunduk.
"Jangan menundukkan kepalamu saat bersama dengan ku. Aku tidak suka melihat rambutmu, aku lebih suka melihat wajah mu,"
Clara bergeming, namun rona merah yang kembali muncul sudah menjawab apa yang dia rasakan saat ini.
"Cantik, aku pulang ya. Cepat istirahat, mulai besok kita akan sibuk dan kamu tidak boleh sakit hanya karena kecapean,"
"I_iya Mas,"
"Ya sudah, aku pergi ya, selamat malam dan selamat beristirahat. Cup,"
Seketika tubuh Clara membeku saat Ghafin mendaratkan satu kecupan perpisahan di kening nya.
Bahkan sampai pria bertubuh jangkung itu pergi dan menghilang dari pandangan nya. Clara masih saja berdiri membeku di tempat.
Meski kemarin mereka juga pernah berciuman bibir, namun sangat berbeda dengan saat ini. Dimana Ghafin melakukan nya dengan penuh kelembutan dan penuh perasaan.
Sangat berbeda dengan kemarin yang diliputi oleh hawa nafsu dan amarah yang di pendam oleh Ghafin selama ini.
Setelah beberapa saat termenung, akhirnya Clara pun kembali ke kamar yang saat ini akan menjadi kamarnya bersama dengan Clarisa untuk mengistirahatkan tubuh lelah nya.
*
*
"Kamu kenapa sih sayang? Kok cemberut gitu?" bisik Revan memeluk Ana dari arah belakang.
Sepulang dari rumah sang mama, Ana dan Revan pun langsung masuk ke kamar untuk beristirahat.
Sementara si kembar mereka tinggalkan di rumah mama Laras. Berhubung sekarang ada Clarisa di sana, maka di kembar Rian dan Riana pun meminta izin pada kedua orang tuanya untuk menginap di sana.
Berhubung weekend, maka mereka pun mengijinkan nya hingga Ana dan Revan pun akhirnya hanya pulang berdua saja.
"Aku masih kesal sama Mas," jawab Ana ketus.
"Kenapa sih sayangku ini?"
"Kenapa Mas nggak pernah cerita sama aku masalah Bang Ghafin?"
"Bagaimana mau bicara, orang kamu nya aja jarang di rumah. Sekalinya di rumah langsung masuk kamar dan tidak pernah keluar lagi. Mana ada waktu buat cerita,"
Deg
Jantung Ana serasa di hantam oleh batu besar saat Revan menyinggung sikapnya dulu. Benar, semua ini bukanlah salah Revan, Ana yang terlalu menutup diri menjadi jalan komunikasi mereka menjadi tertutup juga.
Ana langsung berbalik lalu menatap lekat wajah sang suami dengan penuh penyesalan. Tangan nya terulur membelai wajah tampan Revan.
"Maaf," lirih Ana saat kembali menyadari kesalahan nya pada pria yang selama ini selalu ada untuknya dan juag kedua anaknya.
"Kenapa lagi?" tanya Revan yang melihat jika mata sang istri kini kembali berkaca kaca.
"Maaf karena selama ini sudah menyia nyiakan Mas dan membuat Mas men__mmffftttt,"
Ana tidak bisa melanjutkan ucapannya saat Revan kembali membungkam bibir Ana dengan bibirnya.
Revan ******* habis kembali bibir ranum yang kini menjadi candu untuknya itu. Bak oase di tengah gurun pasir, Revan seakan akan tidak memberikan kesempatan untuk Ana lepas bebas begitu saja dari cengkraman nya.
Hingga lagi dan lagi, Ana hanya bisa pasrah dan mendesah dibawah kungkungan Revan yang lagi lagi meminta untuk mengulang malam panjang mereka.
*
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ketawang
Gasss plong rem blong Revan,5th bukan wktu yg sbentar untuk mnahan hawa nafsu trhadap Ana yg halal bagimu...
Skrang saatnya melepas dahaga🔥🔥🔥
2025-01-18
0
Nurlaela
untuk mas ghafin tunggu dulu sampai halal ya, sabarrrr🤭😁 sudah waktunya Clara pasti habis diterkam, ya untuk ana dan Revan yang semakin ganas dan candu ngank buang kesempatan langsung gasss moga saja si kembar dapat dedek lagi heee kan jadi rame nantinya...tapi penasaran keluarga arberto gimana kabar ceritanya nih🙄
2023-07-28
3
Defi
Ghafin sabar ya ga lama lagi kok 😂.. kalau Revan udah berbuah manis ya penantiannya 😂
2023-07-28
2