Setelah 5 Tahun

***

5 Tahun Kemudian...

Ana masih menatap gundukan tanah dengan nama Reynaldi Adinata, di atas batu nisan yang terbuat dari batu marmer.

Ana masih tidak menyangka jika saat ini hanya gundukan tanah yang berselimutkan rumput Axonopus/gajah mini. Dengan batu nisan bertuliskan nama mendiang suaminya itulah yang hanya bisa di lihat saat merindukan sang mantan suami.

Bahkan setelah 5 tahun berlalu, Ana masih belum bisa menggantikan posisi alm.Rey di dalam hati dan hidup nya. Saking besarnya cinta Ana pada Rey, membuat ibu dari dua anak kembar itu abai bahkan terkesan tidak menganggap keberadaan suami ke duanya.

Hubungan mereka benar benar dingin dan berjarak. Meski begitu, mereka tetap bertahan dalam pernikahan itu karena kedua anak Ana dari pernikahan nya dengan Rey tidak bisa lepas dari ayah sambung nya.

Itulah mengapa Ana masih bertahan dengan pernikahan nya dengan Revan meski mereka hidup bagaikan di dua dimensi yang berbeda. Mereka sibuk dengan kehidupan mereka masing masing meski hidup satu atap.

"Aku harus bagaimana Mas? Aku lelah, aku ingin menyerah saja," keluh Ana saat kembali mengingat kehidupan rumah tangga nya bersama dengan Revan yang penuh dengan kepalsuan dan kepura puraan.

*

*

Sementara di rumah yang dulu di beli oleh Rey sebagai kado pernikahan nya bersama Ana, tampak seorang ayah tengah menenangkan putrinya yang terus menangis mencari sang mama.

"Sayang, lebih baik kamu tidur dulu ya. Biar obat nya bekerja, nanti pas kamu bangun, Mama pasti sudah pulang," bujuk nya pada putrinya yang saat ini tengah demam tinggi.

"Tapi aku mau sama Mama, Papa." lirih Riana, salah satu anak kembar yang dilahirkan oleh Ana.

"Iya, Papa tahu. Tapi Mama masih kerja sayang. Sekarang Riana sama Papa dulu ya? Nanti setelah Mama pulang baru sama Mama," bujuk nya lagi yang akhirnya berhasil.

Gadis kecil bernama Riana Pradha Adinata, yang kini berusia 5 tahun itu mendadak demam tinggi dan terpaksa di pulangkan oleh pihak sekolah.

Karena tidak ada respon dari Ana selaku wali murid. Akhirnya pihak sekolah pun menghubungi Revan yang merupakan ayah si kembar Rian Pradhana Adinata dan Riana Pradha Adinata.

Revan pun langsung segera pulang tanpa peduli lagi dengan apa yang tengah di lakukan nya saat ini.

"Zack, tolong kamu handle semua nya ya. Riana sakit, aku harus pulang sekarang," titah Revan pada asisten pribadi nya yang bernama Zacky.

Pria keturunan London - Australia itu sudah lama ikut bekerja dengan Revan. Bahkan saking setia nya, dia rela berjauhan dengan keluarganya yang tinggal di London dan ikut dengan Revan ke tanah air lima tahun yang lalu.

Bahkan pria yang awalnya kesulitan dalam berkomunikasi karena masalah bahasa itu pun kini sudah sangat mahir dalam berbahasa indonesia.

Setelah menyerahkan semua pekerjaan nya pada sang asisten, Revan pun langsung mendatangi sekolah dimana kedua anak kembar nya bersekolah untuk menjemput putrinya yang saat ini tengah demam tinggi.

Dan disini lah dia saat ini, di dalam rumah mewah yang sudah 5 tahun dia tempati. Rumah mendiang adiknya Rey yang meninggal dunia 5 tahun yang lalu.

Dan Revan terpaksa harus tinggal di sana saat harus menikahi mantan istri dar adik nya itu dan menjadi ayah sambung bagi kedua anak kembar Rey.

*

*

Revan menatap sendu wajah cantik Riana yang begitu mirip dengan mendiang adiknya, Rey. Pria itu tampak melirik jam yang ada di salah satu sudut dinding kamar itu.

"Sudah jam 20.00, kemana Ana pergi?" gumam nya dalam hati.

Setelah meyakin kan jika putrinya sudah tertidur lelap setelah seharian rewel dan susah di tenang kan. Revan pun akhirnya pergi keluar dari kamar itu.

Dan saat Revan keluar dari dalam kamar putrinya, bertepatan juga dengan Ana yang baru pulang entah dari mana.

"Baru pulang? Dari mana saja? Kenapa tidak bisa di hubungi?" cecar Revan saat mendapati istri nya baru saja pulang.

"Aku sibuk kerja, kenapa masih bertanya?" jawab Ana dengan nada dingin dan datar nya, lalu berlalu begitu saja melewati tubuh Revan.

Revan menghela nafas sepenuh dada, dia tahu jika Ana masih belum bisa menerima pernikahan yang terjadi pada mereka berdua. Dan Revan masih bisa menerima sikap Ana yang dingin dan datar padanya.

Tapi jika sudah abai terhadap kedua anak nya, tentu saja Revan akan bereaksi. Selain mereka berdua nya masih butuh kasih sayang dan perhatian dari ibu nya.

Rian dan Riana adalah satu satu nya peninggalan Rey yang harus mereka jaga dan rawat dengan baik.

"Tunggu, aku belum selesai bicara Ana," cegah Revan mencekal tangan Ana yang hendak masuk ke dalam kamar nya.

"Apalagi sih Bang? Aku lelah, aku ingin istirahat," jawab Ana menatap tidak suka pada tangan Revan yang ada di lengan nya.

"Riana demam tinggi, dari siang dia terus mencari mu tapi kamu mengabaikan semua panggilan telpon yang kami lakukan. Ok, kamu boleh benci sama aku Ana, tapi tolong. Jangan abaikan mereka, mereka masih butuh kamu. Jangan sampai kamu kehilangan untuk yang kedua kalinya baru kamu akan menyesal."

Ana tersentak kaget. Ini pertama kali nya Revan berbicara dengan nada tinggi padanya, namun yang membuat Ana semakin tercengang adalah kata kata 'kehilangan' yang baru saja di ucap kan oleh Revan.

Namun baru saja Ana ingin meminta penjelasan dengan apa yang sudah di katakan oleh suaminya itu, Revan sudah berlalu pergi meninggalkan nya dan masuk kedalam kamar putranya, Rian.

Ana yang tadi berniat masuk kedalam kamar nya pun urung dia lakukan dan kini beralih masuk ke dalam kamar putrinya, Riana.

"Sayang, kamu kenapa Nak? Maaf kan Mama, maafkan Mama," bisik Ana saat memandangi wajah pucat putri nya yang saat ini tengah tertidur lelap di ranjang nya.

Tidak ingin menggangu tidur sang anak, Ana pun keluar kembali dari kamar Riana dan berniat masuk kembali kedalam kamar nya.

Namun, langkah nya terhenti saat mendengar seseorang tengah berbicara di arah balkon rumah itu. Merasa penasaran dengan suara bariton itu, Ana melangkah perlahan mendekati balkon dan sedikit mendengar apa yang di katakan oleh Revan pada seseorang di sebrang sana yang entah itu siapa.

"Dia, tidak mungkin mewarisi penyakit itu kan Clau? Aku tidak akan sanggup jika putriku mengidap penyakit itu," tanya Revan dengan suara yang lirih.

"Baiklah, besok aku akan membawa nya ke rumah sakit. Aku harap, apa yang kita pikirkan tidak pernah terjadi. Ok, terima kasih atas informasinya Clau. Maaf aku selalu mengganggumu, ok, selamat malam. Sampai jumpa besok,"

Deg

Ana semakin dibuat terpaku saat mendengar percakapan Revan dengan seseorang yang di panggil oleh Revan dengan sebutan Clau.

"Apa itu Caludia? Untuk apa Bang Revan berkomunikasi dengan Claudia? Tadi dia menyebut putriku? apa jangan jangan itu Riana? Tidak, itu tidak mungkin. Putri ku baik baik saja, dia sehat, sangat sehat," gumam Ana dalam hati demi mengurai rasa sesak yang tiba tiba menyerangnya setelah mendengar percakapan yang dilakukan oleh Revan dengan seseorang yang Revan panggil 'Clau' itu.

*

*****

Terpopuler

Comments

Sri Puryani

Sri Puryani

ana klo sedih klo smpe tahunan gt sih? suami meninggal selalu didoakan jgn di sesali, smpe tdk mau membuka hati utk suami barunya gk perhatian sama anak....egois sekali memikirkan diri sdr

2024-12-16

0

Lina aja

Lina aja

kasian ana di tinggal Rey....sedih q

2024-03-13

2

Ida Sriwidodo

Ida Sriwidodo

Astagaa.. biasa mah.. laki2 yang nolak pernikahan seperti ini
Ini malah yang perempuan.. menurutku ngga tau diri si. ngga bersyukur
Dah syukur Revan mau nikahi Ana n' jadi papa sambung buat 2 ponakannya
Bukannua bersyukur malah belagu

Coba Ana.. sesekali pikiranmu dibalik.. andai kami di posisi Revan.. gimana?
Emangnya Revan hepi banget gitu nikah sama janda adiknya?
Mungkin alasan Revan hanya karena wasiay adiknya dan demi ponakan kembarnya.. 🤔🤔

2024-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!