Bab.16

***

"Papa,"

Set

Deg

Ghafin dan juga Clara sama sama dibuat tertegun saat kedua netra mereka saling bertemu dan saling menatap dalam satu sama lain.

Clara pun langsung memalingkan wajah nya dan memutus aksi saling tatap itu. Jujur, Clara merasa sangat gugup dan selalu di buat salah tingkah di depan Ghafin.

Pria bertubuh tinggi dengan wajah yang nyaris sempurna ketampanan nya itu. Selalu mampu membuat Clara merasa gugup dan canggung.

"Hey sayang. Anak Papa sudah bangun ya? Sini, kita sarapan." ucap Ghafin menyambut hangat kedatangan putrinya dan juga Clara.

Ghafin pun langsung membawa Clarisa menuju ke meja makan dan mendudukkan tubuh mungil itu di pangkuan nya.

Sementara Clara langsung bersiap menyiapkan menu makanan yang akan di santap untuk sarapan pagi ini.

"Biar saya yang siapkan Mas. Mas mau makan dengan lauk apa?" tanya Clara mencoba memberanikan diri membuka komunikasi dengan ayah dari putrinya itu.

Deg

Jantung Ghafin tiba tiba saja berdebar dengan hebat nya saat Clara mulai memanggil nya dengan sebutan Mas. Bahkan Ghafin sampai harus berdehem beberapa kali demi menetralkan rasa gugup dan juga senang yang hadir secara bersamaan di dalam hatinya.

"Apa saja, aku suka semua makanan," jawab Ghafin yang di angguki oleh Clara.

Clara pun mulai mengambil beberapa lauk yang ada di dalam mangkuk saji untuk di simpan di piring milik Ghafin. Setelah nya, baru menyodorkan piring itu pada Ghafin.

"Risa, duduk di sini sayang. Jangan ganggu Papa Nak, biar Papa nya makan dulu." ucap Clara saat melihat Ghafin mulai makan dengan Clarisa yang masih ada di pangkuannya.

"Biarkan saja, aku masih bisa makan kok."

"Tapi itu pasti tidak nyaman, sini. Biar Risa nya sama saya dulu, Mas selesaikan makan nya nanti bisa sama sama lagi. Sini sayang, makan nya sama Mama," bujuk Clara pada Clarisa karena masih merasa sungkan pada Ghafin meski Ghafin adalah ayah dari Clarisa.

"Tapi aku mau sama Papa Ma," jawab Clarisa memelas.

"Tapi sayang___,"

"Biarkan saja. Aku masih bisa makan kok, kamu juga makan. Habis ini ikut aku ke suatu tempat,"

"Kemana Mas?"

"Nanti juga kamu akan tahu, makan lah dulu. Habis itu kamu bersiaplah, kita bertiga akan pergi bersama,"

"Baiklah,"

Ketiganya pun akhirnya makan bersama dengan saling diam. Rasa canggung dan sungkan masih menyelimuti hubungan kedu.anya.

Hanya suara si kecil Clarisa saja yang terdengar, mengisi suasana pagi ini. Menceritakan banyak hal yang di tanggapi dengan hangat oleh sang ayah.

Dengan begitu sabar Ghafin mendengarkan segala sesuatu yang di ceritakan oleh putri kecilnya itu. Hingga membuat hati Clara menghangat saat melihat kedekatan antara Ghafin dan juga putrinya.

*

*

Di kediaman Ana & Revan...

Sepasang mata lentik secara perlahan mulai membuka matanya. Seketika dia dibuat tertegun saat melihat wajah tampan yang masih terlelap ada di depan matanya dengan jarak yang begitu dekat.

Ingatan Ana pun mulai kembali berputar pada kejadian tadi malam. Dimana, untuk pertama kalinya Ana dan Revan menyatu setelah sekian lamanya mereka menikah.

"Maafkan aku," gumam Ana membelai lembut wajah Revan yang masih terlelap di depan nya.

Set

Greeppp

Ana di buat kaget saat tangan nya di genggam erat oleh tangan Revan. Ana kira, Revan masih tertidur. Tapi sepertinya, pria itu sudah terjaga namun entah sejak kapan.

"Ma_Mas? Mas sudah bangun?" tanya Ana yang di landa rasa gugup saat harus bertatapan dengan Revan.

Jika 15 tahun yang lalu Ana begitu percaya diri untuk mendekati Revan. Bahkan dengan terang terangan Ana memperlihatkan rasa suka nya pada pria itu.

Namun entah mengapa, saat ini padahal hubungan mereka sudah resmi dan halal. Namun hal itu malah membuat Ana merasa kaku dan canggung saat berhadapan dengan suaminya sendiri.

"Eemm, pagi sayang. Cup," jawab Revan sambil membenamkan kecupan di bibir Ana.

Wajah Ana seketika di buat merona saat Revan mencium lembut bibirnya. Rasanya, masih belum bisa percaya jika saat ini Ana bisa sedekat ini dengan Revan.

Greeppp

"Mas," lirih Ana saat Revan menarik pinggang Ana hingga membuat tubuh keduanya kembali merapat.

Ana bisa merasakan halusnya dan hangatnya kulit tubuh Revan yang tidak terhalang oleh apapun karena tubuh mereka berdua masih sama sama polos.

"Sayang," bisik Revan dengan suara berat nya seakan mengisyaratkan sesuatu.

"A_apa Mas," jawab Ana gugup.

"Lagi, Bolehkan?" lanjut Revan semakin berbisik.

Paham akan permintaan yang Revan ucapkan. Ana pun hanya bisa mengangguk pelan, rasanya masih terlalu malu untuk menjawab permintaan dari Revan dengan kata kata.

Pasalnya, mengawali pernikahan dengan hubungan yang kurang baik membuat nya merasa canggung dan kaku sendiri.

Mendapat persetujuan dari sang istri, Revan pun tidak menunda nunda waktu lagi. Revan kembali menyatukan bibirnya dengan bibir Ana.

Revan ******* dan menghisap lembut kedua bibir Ana secara bergantian hingga akhirnya Ana yang terbuai oleh sentuhan lembut itu mulai mengerang dan mendesah.

Dan hal itu semakin membuat libido di dalam tubuh Revan kian naik. Hingga akhirnya keduanya pun kembali meraup manis madu nya pernikahan.

*

*

Ting...

Ana yang saat ini tengah mengeringkan rambutnya di meja rias, seketika menghentikan gerak tangan nya saat mendapati notif pesan yang dikirim oleh sang Kakak.

["Siang ini, datanglah kerumah Mama. Ada yang ingin Abang beritahukan dan bicarakan. Jangan sampai tidak datang, ini PENTING."]

Dahi Ana mengerut saat menerima pesan dari Ghafin. Tidak biasanya pria itu mengirimkan pesan yang memaksanya untuk datang.

"Baca pesan dari siapa sih? Sampai serius begitu muka nya?"

Ana terlonjak kaget saat tiba tiba sepasang tangan kekar milik Revan melingkar indah di perutnya. Revan mendekap Ana dengan sangat erat dari arah belakang.

Bahkan pria itu dengan santai nya menciumi ceruk leher Ana hingga membuat tubuh Ibu dua orang anak itu meremang.

"I_ini Bang Ghafin Mas. Dia meminta kita untuk datang ke rumah Mama."

"Oh itu. Mas sudah tahu kok, semalam dia kirim pesan,"

"Memangnya ada apa ya? Apa yang mau Bang Ghafin bicarakan? Kok kayanya serius banget. Ini pertama kalinya loh dia kirim pesan maksa gini. Apa Bang Ghafin mau nikah ya?"

"Lebih dari itu sayang, dia akan memberikan kamu kejutan,"

"Kejutan? Kejutan apa?"

"Kalau Mas bilang sudah bukan kejutan lagi dong,"

"Iiihh, curang. Memang nya Mas nggak bisa apa kasih bocoran ke aku? Sedikit saja."

"Maaf sayang, tapi Mas sudah janji. Dan Mas tidak bisa ingkar janji. Tenang saja, ini hal baik kok. Malah akan membuat semuanya bahagia," jelas Revan yang membuat Ana menekuk wajah nya.

"Jangan cemberut, kamu makin cantik dan menggemaskan dengan wajah seperti itu,"

"Nyebelin ah, lepas aku mau ke__mmfffttt,"

Belum juga selesai bicara, bibir Ana kembali di bungkam oleh bibir Revan. Sepertinya, bibir ranum itu sudah menjadi candu untuknya. Hingga Revan tidak pernah membiarkan bibir itu menganggur di setiap ada kesempatan.

*

*****

Terpopuler

Comments

PANJUL MAN

PANJUL MAN

sudah kuduga diantara mereka berempat ada yg bersaudara.

2024-02-14

1

YuWie

YuWie

oww, baru mau kutanyakan kenapa ada 2 cerita dan 2 tokoh disini...ternyata ghavin kakakny ana tho

2023-08-19

4

Nar Sih

Nar Sih

wahh...semakin hari tmbh romantis psangan lama yg baru bahagia ini,dan semoga cpt otw penerus mu ya mas revan

2023-07-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!