Bab.15

***

"Ja_jadi, a_apa kita ma_masih suami istri?" tanya Ana terbata karena mendadak merasa begitu gugup.

"Apa, kamu menerima permintaan rujuk dari aku?" tanya Revan balik bertanya sambil menatap lekat wajah cantik Ana yang saat ini terlihat begitu tegang.

"Ten_tu saja. Bu_bukan nya kemarin kita sudah sepakat untuk rujuk?"

"Iya sayang. Dan itu artinya, kita masih resmi suami istri."

Revan pun langsung menarik Ana masuk kedalam dekapan nya. Revan memeluk erat tubuh Ana yang kini juga tengah membalas pelukan nya.

"Apa, malam ini aku boleh meminta hak ku?" bisik Revan tepat di telinga Ana. Hingga membuat tubuh gadis itu meremang.

Jujur, Ana masih merasa gugup dan malu. Namun, dia tidak bisa menghindar apalagi menolak permintaan Revan saat ini.

Rasanya sangat keterlaluan jika Ana masih menghindar apalagi menolak permintaan Revan. Pasalnya, pria itu telah lama bersabar dan setia menunggu Ana hingga Ana siap dan menerima pernikahan mereka.

Bahkan Revan terus bertahan hingga 5 tahun lamanya agar bisa membuat hati sang istri luluh dan menerima pernikahan mereka dan tentu saja menerima kehadiran dirinya juga.

Akhirnya, setelah terdiam beberapa saat. Ana pun menganggukkan kepalanya. Tanda bahwa dia bersedia menghabiskan malam panjang bersama dengan suaminya, Revan.

Merasakan gerak tubuh Ana yang menganggukkan kepala untuk merespon pertanyaan darinya. Revan pun langsung mengurai pelukannya.

Pria itu menatap lekat demi meyakinkan lagi jika Ana memang sudan mengijinkan nya berkunjung malam ini. Melihat tatapan dari suaminya, Ana pun kembali menganggukkan kepalanya.

Lalu menundukkan kepalanya karena malu. Jantung nya berdebar kencang saat Revan mulai mengikis jarak hingga tubuh keduanya menempel sempurna di tubuh masing masing.

Revan menarik dagu Ana hingga wajah nya kembali terangkat hingga kini mereka kembali saling bertatapan. Revan kian menatap dalam ke dalam netra hazel milik Ana.

"Mas," lirih Ana saat Revan menatapnya dengan begitu intens.

"Aku, sangat merindukanmu sayang. Bahagia sekali rasanya, akhirnya aku bisa memeluk mu dengan nyata. Bukan mimpi," jawab Revan sedikit berbisik didepan wajah Ana yan kini hanya berjarak beberapa centi saja dari wajah nya.

"Maaf, maafkan ak__mmffttt,"

Ana tidak bisa melanjutkan ucapan nya karena Revan sudah membungkam bibir Ana dengan bibirnya. Revan ******* habis bibir ranum sang istri yang saat ini terlihat pasrah menerima serangan darinya.

Keduanya pun kembali larut dalam lautan hasrat yang membara setelah sekian lama tertahan dan tidak bisa tersalurkan karena terhalang ego masing masing.

Kini, setelah sekian lama menahan dan menanti. Akhirnya keduanya pun kembali bisa merasakan indah dan manisnya madu pernikahan dalam balutan hasrat yang menggebu dan bergelora.

"Terima kasih, terima kasih sayang. Aku mencintaimu Ana, sangat mencintaimu," bisik Revan mencium kening Ana sebelum menjatuhkan tubuh nya ke samping Ana setelah melakukan pelepasan nya.

Ana sendiri hanya bisa mengangguk sembari mengatur nafas yang masih memburu, juga masih mencoba menetralkan tenaganya yang terkuras habis saat penyatuan itu berlangsung.

Revan pun kembali menarik tubuh Ana masuk kedalam dekapan nya, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka yang masih polos.

"Tidurlah, kamu pasti sangat lelah. Cup,"

Kembali, Revan membenamkan ciuman di kening sang istri yang kini sudah mulai memejamkan matanya di dalam pelukan Revan.

Melihat jika sang istri sudah terlelap, Revan pun mulai ikut memejamkan matanya. Rasanya, malam ini adalah malam terdamai dan tidur ternyaman sepanjang 5 tahun terakhir yang Revan rasakan.

Hingga pria itu pun tidur sangat pulas hingga pagi menjelang siang. Ayah dari dua orang anak itu, masih anteng bergelung di dalam selimut di atas ranjang milik Ana, bukan lagi di ranjang nya.

*

*

Di Apartemen...

Lara mulai membuka matanya saat pagi menyapa. Lara sedikit kaget saat membuka mata, dia melihat sekeliling ruangan yang begitu tampak asing baginya.

Namun, tangan mungil yang tiba tiba memeluk tubuhnya menyadarkan Lara akan lamunan nya tentang tempat yang saat ini dia tempati.

"Pagi Mama," lirih Clarisa dengan suara yang khas bangun tidur.

Gadis kecil itu tersenyum senang saat melihat sang Mama tidur di samping nya. Risa semakin mengeratkan pelukan nya di leher sang Mama.

"Kenapa, hhmm?" tanya Lara saat Risa memeluknya.

"Mama, apa Risa boleh tanya sesuatu?"

"Boleh sayang. Memang nya, Risa mau tanya apa?"

"Apa benar Om itu Papa nya Risa? Soalnya, semalam Om, eh Papa bilang. Kalau dia adalah Papa nya Risa dan mulai sekarang tidak boleh panggil Om lagi, tapi harus panggil Papa,"

"Apa Risa senang kalau sekarang Risa punya Papa?"

"Tentu saja, semua anak anak di lingkungan rumah punya Papa semua. Hanya Risa yang nggak, tapi kini Risa juga punya. Nanti kalau kita pulang dari sini, Risa mau pamer sama teman teman kalau Risa juga punya Papa,"

Seketika Lara merasa bersalah pada putrinya itu. Seandainya saja dulu dia berusaha untuk mencari ayah dari janin yang dia kandung.

Mungkin anak nya tidak akan merasakan hal seperti ini. Merasa iri pada teman teman bermain nya saat mereka semua memiliki ayah dan dia tidak.

Belum lagi, jika dulu dia tidak pasrah begitu saja pada keadaan. Mungkin saat ini, putrinya itu akan menderita, tidak akan merasakan kekurangan dalam masalah finansial dan juga pasti dia akan memiliki tempat tinggal yang layak seperti saat ini.

"Iya sayang. Papa itu, adalah Papa mu sayang. Jadi mulai sekarang, panggil dia Papa,"

"Hore, akhirnya Risa punya Papa."

Lara pun hanya bisa tersenyum haru saat melihat kebahagiaan anak nya. Sekarang Lara baru menyadari, jika keputusan nya dulu adalah tindakan yang salah.

Seharusnya, Lara berusaha mencari pria yang sudah menghamilinya dan meminta pertanggung jawaban nya. Bukan pasrah dan menjalani semua penderitaan itu seorang diri.

"Ayo, lebih baik kita mandi. Lalu ketemu sama Papa, nggak enak kalau baru pertama kali tinggal bersama sudah kesiangan. Mama juga harus menyiapkan sarapan,"

"Baiklah, nanti Risa bantu Mama,"

"Boleh sayang, yuk kita mandi."

Ibu dan anak itu pun langsung melesat ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sama seperti hal nya Lara dan Risa.

Ghafin pun melakukan hal yang sama. Hari ini, rencana nya Ghafin akan mengurus berkas berkas yang dia butuhkan untuk meresmikan hubungan nya dengan Lara.

Meski di antara mereka belum ada cinta, namun Ghafin tetap akan menikahi ibu dari anak nya itu. Ghafin pun sudah meminta Boy untuk menyiapkan dokumen tentang data diri Clara agar bisa menikah dengan nya secara resmi.

Meski agak kesulitan, namun akhirnya Boy pun bisa mendapatkan berkas data diri asli milik Clara. Meski begitu, Boy menyarankan agar Ghafin tidak mencantumkan nama Alberto di belakang nama Clara.

Ghafin pun tidak mempermasalahkan hal itu. Karena mau memiliki nama belakang atau pun tidak. Itu tidak penting bagi Ghafin, toh pada akhirnya Clara akan menggunakan nama Herlambang dibelakang namanya nanti.

*

*****

Terpopuler

Comments

Reni Anjarwani

Reni Anjarwani

doubel up thor

2023-07-26

2

Nar Sih

Nar Sih

ahir nya ,bersatu juga revan dan ana ,semoga cpt tumbuh adik baru buat kakak riana dan abang riyan ,

2023-07-25

3

Winy Hardiyani

Winy Hardiyani

hai kak boleh ga cerita ghavin dan lara dibuat terpisahkan aja dari cerita Revan dan ana, sepertinya kisah mereka juga cukup menarik loh 😊😊😊🤭

2023-07-25

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!