Menyesal

***

Beberapa saat sebelumnya...

"Eeuugghhh,"

"Kamu sudah bangun Nak? Bagaimana, apa ada yang sakit?" tanya Ghafin saat melihat pergerakan dari atas ranjang yang menandakan jika anak kecil yang dia tolong telah bangun dari tidurnya.

"Om siapa? Ini dimana?" tanya anak kecil itu.

"Semalam kamu tertabrak oleh mobil Om, tapi kamu tenang saja, semua baik baik saja dan kamu bisa pulang sekarang,"

Ceklek

Obrolan antara Ghafin dan anak kecil itu terhenti saat melihat pintu ruangan itu terbuka. Tampak Boy kembali masuk setelah beberapa saat menerima panggilan telpon dari orang kepercayaan nya.

"Bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang anak ini?" tanya Ghafin pada Boy yang baru saja masuk kembali ke ruangan rawat inap yang mereka tempati saat ini..

"Sudah. Aku sudah mengirim semua datanya pada ponselmu. Anak ini, anak dari seorang wanita bernama Lara. Ibunya seorang single parent dan untuk memenuhi semua kebutuhan sehari hari mereka. Ibunya bekerja di tempat laundry dekat dengan rumah nya, dan saat malam kejadian. Namun, hanya itu yang bisa mereka temukan informasinya. Selebihnya kenapa anak itu bisa terluka dan berakhir dengan tertabrak oleh mobilmu, kami tidak bisa menemukan informasinya karena tidak ada saksi mata yang melihat kejadian setelah nya," jelas Boy yang membuat Ghafin merasa lebih penasaran lagi tentang siapa anak gadis kecil itu.

"Kamu sudah menemukan alamat nya?" tanya Ghafin lagi.

"Sudah, di perkampungan tidak jauh dari lokasi kejadian."

"Ok, bawa aku kesana. Anak ini sudah di ijinkan pulang, dan sekarang kita bawa dia kembali ke rumah nya,"

"Ok, Ayo,"

"Ayo Nak, kita pulang ke rumah mu," ajak Ghafin membawa tubuh anak kecil itu dalam gedongan nya.

Anak itu tampak menurut dan diam saja, merasa kan begitu nyaman nya berada didalam gendongan seorang pria dewasa layaknya seorang ayah untuk nya.

Sepanjang perjalanan menuju ke alamat rumah gadis kecil itu. Si gadis kecil tampak tertidur didalam pangkuan Ghafin.

Ghafin sendiri, merasa kan hatinya begitu tenang saat memeluk tubuh mungil itu. Ada perasaan aneh yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata kata.

Namun, entah mengapa. Hatinya begitu merasa tenang dan damai saat bisa memeluk tubuh mungil yang begitu mirip dengan nya itu.

"Kita hanya bisa sampai sini Fin. Setelah nya kita harus jalan kaki karena gang nya terlalu sempit untuk di masuki mobil," ujar Boy menghentikan laju mobilnya di dekat sebuah gang kecil di perkampungan yang cukup kumuh untuk orang sekelas Ghafin.

Ghafin mengangguk mengerti, lalu turun tanpa melepaskan gadis kecil itu dari gendongan nya.

Kedatang dua pria dewasa dengan penampilan yang sangat menonjol dilingkungan yang cukup kumuh itu, tentu saja menarik perhatian para warga sekitar.

Bahkan tidak sedikit yang sampai keluar dari rumah petak mereka demi melihat siapa yang datang dan mau apa kedua pria dengan pakaian mahal itu datang ke tempat kumuh itu.

"Yang mana rumah nya?" tanya Ghafin setelah beberapa saat terus berjalan menelusuri lorong gang sempit di mana anak kecil itu tinggal bersama orang tua tunggalnya.

"Itu, rumah dengan cat warna hijau kusam," jawab Boy menunjukan sebuah rumah yang amat sangat kecil untuk ukuran Ghafin yang terbiasa tinggal di rumah dan apartemen mewah dan besar.

Kedua pria itu terus berjalan menuju ke rumah yang di perkirakan adalah rumah gadis kecil yang saat ini ada didalam gendongan Ghafin dalam ke adaan tertidur.

Tok

Tok

Tok

Boy mengetuk pintu yang sudah usang dan rapuh itu. Sementara Ghafin sendiri menatap sekeliling dengan perasaan yang teramat sangat miris.

Dimana lingkungan itu begitu sangat tidak layak untuk di jadikan tempat tinggal, menurut nya. Bukan hanya sempit, namun juga keberadaan sampah dimana mana membuat orang pasti nya tidak akan nyaman tinggal disana.

Tok

Tok

Tok

"Ada orag didalam?" tanya Boy setelah kembali mengetuk pintu itu karena ketukan yang pertama tidak ada respon sama sekali dari si pemilik rumah.

"Sebentar," jawab seseorang dari dalam ruangan sempit itu dengan suara yang sangat lirih.

Ceklek

Deg

Akhirnya, setelah sekian tahun berlalu. Kedua netra itu kembali bertemu. Keduanya tampak diam membeku di tempat mereka berdiri.

Baik Ghafin dan Clara sama sama tidak menyangka jika hilang nya Risa dan kecelakaan yang di alami oleh anak itu akan mempertemukan mereka kembali.

Wanita muda dengan wajah yang kusam dan pucat itu hanya terdiam saat melihat siapa orang yang mendatangi rumah nya sore itu.Namun, detik kemudian si wanita tersadar dan mengalihkan perhatian nya pada putri kecilnya yang berada di dalam gendongan pria itu dengan perban membalut kepalanya.

"Ri_Risa sayang, ka_kamu kenapa Nak?" tanya nya di sisa tenaga yang dia miliki mencoba meraih tubuh mungil itu dari gendongan seseorang yang tengah menyorotnya dengan begitu tajam.

Tangan Lara terulur untuk mengambil alih putrinya namun, dengan segera Ghafin mencegahnya.

Dengan sebelah tangannya, Ghafin mencekal pergelangan tangan Lara yang begitu sangat kecil saat ada di dalam genggaman nya.

Sementara tangan satu nya lagi mendekap erat tubuh mungil yang sudah di pastikan adalah anak nya, darah daging yang terlahir karena kesalahan satu malam nya bersama dengan Clara.

*

*

Sementara di rumah sakit...

Ana masih terdiam, menatap sendu ke arah ranjang dimana putri nya tengah tertidur lela setelah di beri obat oleh suster jaga.

"Riana akan baik baik saja kan Mas?" tanya Ana dengan suara lirih melirik ke arah Revan yang tengah sibuk dengan laptop yang ada di depan nya

"Aku akan pastikan jika putri kita akan baik baik saja. Tegar lah, jangan biarkan dia melihat ibunya seperti ini," jawab Revan saat melihat Ana kembali meneteskan air matanya.

"Aku takut Mas, aku sangat takut," Ana semakin terisak saat mengingat jika putrinya kini tengah mengidap penyakit yang sama dengan mendiang suami nya.

Hati Ana semakin terasa hancur saat melihat anak sekecil putrinya sudah harus menjalani serangkaian proses pengobatan yang menyakitkan.

Melihat Ana yang tampak begitu terpuruk, mau tidak mau, akhirnya Revan pun menghancurkan pembatas yang dia bangun sendiri.

Revan pun akhirnya kembali menarik Ana masuk kembali kedalam dekapan nya. Revan memeluk erat tubuh Ana yang bergetar hebat karena menangis.

Dan tanpa di duga, Ana membalas pelukan dari Revan. Sungguh hal yang tidak pernah Ana lakukan selama ini.

Revan semakin mempererat pelukkan nya di tubuh Ana yang semakin menangis tersedu di dalam pelukan nya.

"Menangislah, setelah ini kita harus terlihat baik baik saja didepan nya," bisik Revan di telinga Ana.

"Maaf kan aku Mas, aku terlalu egois. Aku hanya memikirkan luka dan keterpurukan ku karena di tinggalkan oleh Mas Rey. Maaf kan aku Mas, sungguh aku benar benar menyesal," jawab Ana di sela isak tangis nya, lalu semakin mengeratkan pelukan nya di tubuh kekar milik Revan.

*

*****

Terpopuler

Comments

Rossa Simangusong

Rossa Simangusong

si ana ini wanita tolol. udah janda malah ga tau diri,ngga ingat anak.

2025-03-03

0

Sri Puryani

Sri Puryani

gt lho ana,buka hatimu buat revan jgn egois...

2024-12-16

0

PANJUL MAN

PANJUL MAN

bagus ada 2 cerita jadi gak bosan.

2024-02-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!