Bab.14

***

"Clarisa? Jadi nama anakku Clarisa?"

"I_Iya tuan, maaf."

"Untuk apa minta maaf?"

"Ka_karena aku tidak bisa memberikan yang terbaik untuk Clarisa. Aku hanya bisa membuatnya menderita,"

Ghafin menghela nafas panjang dan berat. Jujur, miris rasanya saat melihat kondisi Ibu dari anak yang tidak sengaja dia tabrak yang ternyata adalah wanita yang hamil oleh dirinya.

Entah apa yang terjadi pada ibu dari anaknya itu hingga berakhir di perkampungan kumuh di ibu kota negaranya.

Setahu Ghafin, Clara lahir dari keluarga konglomerat dan cukup terpandang di kota, di negaranya.

Namun, kenapa wanita itu kini bak orang buangan. Yang bahkan data dirinya menghilang dari data keluarga kaya raya itu.

Clara tidak pernah tercatat di dalam data keluarga Alberto. Didalam data keluarga itu hanya tercatat 2 nama anak saja, yaitu Zack Alberto dan Matilda Alberto.

Kedua anak itu memang anak kandung Wilson Alberto dan Sarah Wilhem. Sementara Clara tidak pernah tercatat sama sekali, bahkan sejak dia lahir. Hanya segelintir orang yang tahu jika Wilson memiliki anak dari art nya yang bernama Maria, wanita yang melahirkan Clara.

Dan beruntung, Boy memiliki anak buah yang memiliki kenalan yang bekerja di dalam mansion keluarga Alberto. Hingga Boy pun bisa mendapatkan info tentang Clara.

"Sudahlah, jangan bahas masa lalu. Mulai sekarang, jangan pernah pergi lagi dari ku. Jangan buat Clarisa menderita lagi, kalian sudah bertemu denganku dan kini biarkan aku bertanggung jawab pada kehidupan kalian berdua."

"Tapi tuan___,"

"Berhenti memanggilku tuan. Atau aku akan melakukan hal tadi, bahkan bisa lebih dari yang tadi,"

Seketika, Clara pun langsung mengatupkan bibir nya. Sungguh, rasanya takut sekali saat mendengar Ghafin akan menciumnya untuk kesekian kalinya.

Meski mereka pernah melakukan hal yang lebih bahkan sampai menghasilkan gadis kecil bernama Clarisa.

Namun itu sudah lama sekali dan itu juga dalam keadaan tidak sadar. Dimana Clara mabuk berat hingga salah masuk kamar.

Dan sialnya, Clara masuk kedalam kamar Ghafin yang juga tengah mabuk. Sama sama dalam pengaruh minuman beralkohol membuat tubuh mereka sama sama bergairah.

Hingga terjadilah malam panjang yang panas dan menggairahkan. Sayangnya, keadaan yang kalut membuat Ghafin kehilangan jejak Clara.

Bahkan keduanya sama sekali tidak tahu nama masing masing. Clara langsung pergi begitu saja saat Ghafin membersihkan diri dan tanpa meninggalkan pesan apapun.

Dan akhirnya, setelah bertahun tahun mencari. Keduanya di pertemukan oleh sebuah insiden yang menimpa seorang anak kecil yang ternyata adalah anak kandung mereka berdua.

"Tidurlah temani Clarisa di kamarnya. Untuk saat ini, kita belum boleh tidur satu kamar. Tapi, aku akan segera mengurus nya. Sekarang kembali lah ke kamarmu,"

"Ba_Baik Tuan,"

"Kenapa tuan lagi? Aku bukan majikanmu,"

"La_lalu, sa_saya harus memanggil apa?"

"Panggil Mas saja, itu jauh lebih enak di dengar dari pada tuan,"

Clara menelan saliva nya saat mendengar Ghafin meminta nya memanggil 'Mas'. Meski bukan terlahir sebagai orang indo tapi Clara cukup tahu jika itu adalah panggilan sayang atau panggilan mesra untuk pasangan yang tidak memiliki hubungan darah atau kata lain nya, sepasang kekasih.

"Ayo cepat bilang," gertak Ghafin lagi.

"I_iya Ma_Mas,"

"Apa? Kamu bilang apa? Aku tidak mendengarnya,"

"Iya Mas, sa_saya permisi ke kamar sebelah."

Clara pun langsung berlari menuju kamar yang ada di samping kamar Ghafin. Kamar dimana putrinya Clarisa sudah tertidur di sana.

Ghafin benar benar menjadi sosok ayah yang baik dan penuh dengan kasih sayang. Sebelum berbicara dengan Clara, lebih dulu dia menemani putrinya sampai putrinya itu tertidur kembali setelah meminum obatnya.

Ghafin tersenyum tipis saat melihat Clara lari keluar dari dalam kamarnya karena gugup. Hatinya menghangat saat melihat rona merah di wajah cantik Clara saat Ghafin menyuruhnya memanggil Ghafin dengan sebutan 'Mas'.

"Menarik dan menggemaskan. Lucu sekali dia," gumam Ghafin setelah Clara menghilang dari dalam kamarnya.

Sementara Clara sendiri langsung menutup pintu kamar lalu menyandarkan dirinya di pintu dengan tangan nya yang tidak lepas menyentuh dadanya.

"Kenapa dengan jantungku. Kenapa bisa berdebar begini?" gumam Clara yang terus mengusap usap dadanya, berharap bisa mengurai debaran jantung nya yang tidak menentu.

Setelah merasa lebih tenang, akhirnya Clara pun berjalan menuju ke ranjang dimana putrinya Clarisa tengah terlelap di atas kasur berukuran besar dan juga terasa sangat empuk.

Jauh sekali dengan kasur yang dia miliki di rumah kontrakan nya. Selain berukuran kecil, kasur itu juga terasa keras saat ditiduri. Bahkan Clara sering pegal pegal dan sakit badan saat bangun di pagi hari.

Namun meski begitu, Clara dan Clarisa harus menahan itu semua karena uang gajih Clara memang hanya mampu menempati tempat itu.

Beruntung Clara memiliki tetangga yang baik. Yang bersedia menjaga dan merawat Clarisa saat Clara harus bekerja. Bahkan hingga usia Clarisa menginjak usia 5 tahun sang tetangga masih setia merawat gadis kecil itu.

Clara menatap seluruh penjuru ruangan. Clara masih belum percaya jika saat ini dia berada di dalam kamar yang begitu mewah dan besar.

Dan itu adalah kamar yang di peruntukan untuk putrinya Clarisa. Lelah memikirkan apa yang terjadi jari ini, Clara pun akhirnya memilih untuk membaringkan tubuhnya di samping putrinya yang masih dalam masa pemulihan itu.

Ibu dan anak itu pun kini terlelap damai di kasur yang empuk dan di dalam kamar yang begitu nyaman.

*

*

Di Rumah...

"Mas," lirih Ana menghentikan gerak tangan Revan yang hampir membuka kancing kemeja yang dia gunakan saat ini.

Tersadar dengan apa yang di lakukan nya sudah melewati batas, Revan pun langsung memberi jarak dan menatap Ana penuh dengan rasa bersalah.

"Maaf, maafkan aku. Aku kelepasan, istirahatlah dan lebih baik aku kembali ke kamar ku saja," ucap Revan merasa bersalah pada Ana karena sudah melewati batas.

Set

Deg

Revan menghentikan langkah kakinya saat Ana mencekal pergelangan tangan nya dan menghentikan Revan yang akan keluar dari dalam kamar itu.

"A_apa? Apa ada yang kamu butuhkan?"

"Tidurlah disini, kenapa harus terpisah lagi? Bukan kah kita sudah sepakat untuk memulainya dari awal?"

"Tapi,,,,"

"Aku menghentikan mu bukan untuk menolak. Aku hanya ingin menanyakan, apa kita masih boleh bersama setelah jatuhnya talak?"

Deg

Jantung Revan terasa sangat membuncah saat mendengar ungkapan dari Ana. Ternyata dia salah mengira, Ana menghentikan nya bukan untuk menolak.

Melainkan untuk memastikan apa mereka masih boleh bersama setelah Revan menjatuhkan talak satu.

"Bisa, tentu saja bisa. Asal, kita sepakat untuk kembali rujuk. Dan bukan kah kemarin kita juga sepakat untuk rujuk?"

"Tapi, apa kita tidak perlu untuk ijab ulang?"

"Sebenarnya, dengan hanya ajakan rujuk dari suami dan itu disetujui oleh istri. Suami istri yang sudah jatuh talak satu sudah boleh bersama tanpa harus menikah ulang, terlebih lagi. Aku belum mengikrarkan talak itu di pengadilan, jadi setelah kita sepakat untuk rujuk. Kita sudah kembali sah menjadi suami istri asal, kesepakatan rujuk itu dilakukan atas keinginan masing masing dan tanpa paksaan. Maka kita masih sah suami istri."

*

*****

..."Semoga jawaban dari Revan bisa menjawab pertanyaan yang kemarin mempertanyakan status Revan dan Ana, ya."...

Happy Reading...

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

betul tuh...Talak 1 hany ada kesepakatan. dan ucapan sang suami untuk memgajak rujuk istri kembali. maka setelahnya mereka sdh resmi kembali jadi suami istri.

2024-02-12

1

guntur 1609

guntur 1609

pNtas maria baik sm clara.rupanya mama kandungnya clara

2024-02-12

2

Lia Bhawell

Lia Bhawell

iy emng gitu asal blm sampai melewati masa iddah

2023-09-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!